Chapter 22 - You're Mine

902 267 196
                                    

*

*

Happy Reading

Jangan lupa untuk vote+comment ya~


*

*

*

Teriakan Jihoon membuatku tersentak kaget. Lantas aku langsung berlari menuju sumber suara, dapur. Mataku membulat ketika melihat pisau berlumuran darah diwastafel cuci piring, juga dijari telunjuk dan tengah tangan kanannya.

"Ya, neo waeyo?!" tanyaku panik sembari menghampirinya.

"G-gwaen---akh!" Jihoon meringis kesakitan saat kutekan jari telunjuknya yang terluka.

"Baik-baik apanya? Paboya!" gerutuku sambil mencuci pisau yang berlumuran darah itu.

"Tunggu diruang tamu sekarang dan jangan kemana-mana!" titahku disertai anggukannya.

Aku mencari kotak p3k dilemari atas wastafel dan membawanya menuju ruang tamu. Setidaknya aku bisa melakukan penyelamatan pertama pada jarinya yang terluka itu.

"Kemarikan jarimu," pintaku.

"Um..."

Jihoon menyodorkan jarinya yang terluka padaku, aku pun langsung membersihkan darahnya dengan air hangat dan handuk basah. Setelah itu aku mensterilkan lukanya dengan alkohol dan membuatnya sediikit bergaduh kesakitan.

"Tahan sebentar!" ucapku tegas.

"..." dia hanya diam dan mengangguk kecil.

Tak ingin berlama-lama, langsung saja aku menorehkan obat luka kebagian yang terluka dan membalutnya dengan perban kecil dan plaster.

"Setelah mandi atau keadaan jarimu lembab, kau bisa menggantinya. Hm~ sebelum tidur juga tidak apa-apa, yang penting perbannya harus diganti, arasseo?" ucapku.

"Kau seperti dokter saja.. hehehe.." kekehnya kecil.

"Aku pernah bertugas sebagai ketua unit kesehatan sekolah sekaligus ketua kelas tiga tahun berturut-turut di high school dulu," jelasku singkat.

"Hah.. jika saja kau satu sekolah denganku tak mungkin kau punya jabatan setinggi itu," ejeknya.

"Inikah cara Park Jihoon yang sudah berubah berterima kasih padaku?" aku menatapnya malas.

"Walau dunia mengatakan aku berubah, aku tetaplah Park Jihoon," ucapnya padaku.

"Huh. Aku tidak menyukai Park Jihoon ini!" ketusku sembari menatapnya tajam.

"Anjoha? Lalu kenapa kau tidak berontak saat kucium dan terlihat pasrah saja?" ia balik menatapku tajam dan membuat wajahku memerah.

"Itu---."

"Kau menyukaiku, matji?" ia mendekatkan wajahnya kewajahku dan membuat wajahku semakin memerah.

"J-jangnan hajima.." aku berdiri dan beranjak pergi tapi Jihoon menarik lenganku dan membuatku duduk kembali.

"Kau tahu kan aku tak suka saat pertanyaanku tidak dijawab dan diacuhkan seperti itu?" ia tersenyum kecil.

"N-na molla.. ya ya ya.. j-jangan bahas itu lagi!" kesalku padanya.

"Wae? Neo museowo?" ia memaparkan smirk menyebalkan itu padaku.

"Ya, aniya!!" teriakku.

"Lalu?" Jihoon menaikkan sebelah alisnya dan menunggu jawabanku.

Sweet Dream • Jihoon | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang