"Sebaik-baiknya perhiasan adalan wanita shalehah."
***
Dentuman musik memenuhi ruangan yang dipenuhi oleh orang-orang di dalamnya, porak poranda dengan orang-orang yang bergoyang serta teriakan yang seru dan bising. Sesekali mereka akan kembali di meja pantry untuk memesan minum, kemudian lanjut bergoyang di dance floor.
Ametta Stephani, bergoyang dengan tubuh meliyuk-liyuk sambil menepuk-nepukkan tangannya ke atas dan menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik DJ.
Gadis itu semakin menggoyangkan pinggulnya dengan baju kekurangan bahan miliknya. Sesekali ia meminum-minuman keras yang berada di samping kirinya tak peduli nantinya ia akan mabuk berat karena meminum minuman keras tersebut. Kenal dunia malam sejak kelas sebelah SMA. Metta suka mencari kesenangan di luar daripada dia di rumah tidak melakukan apa-apa, sementara kedua orang tuanya sibuk mengejar uang.
Beginilah kebiasaan gadis berumur dua puluh dua tahun itu, pulang ke rumah selalu dengan keadaan mabuk berat. Bahkan kedua orang tuanya tak peduli jika anak semata wayang mereka mabuk berat dan pulang malam. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan mereka tak pernah memerhatikan Metta yang saat ini sedang kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Menghentikan aktivitasnya ber-DJ dan turun dari atas panggung, Metta berjalan ke meja bar memesan segelas wine kesukaannya dan kembali menegukkan hingga habis, Setelah selesai, gadis itu berjalan dengan gontai keluar dari area club malam ini.
Ia berjalan keluar dari club memasuki mobil Jazz putihnya dan menjalankannya keluar dari parkiran club dengan keadaan mabuk. Well, dia harusnya bersyukur karena tidak mabuk berat malam ini.
Metta melajukan Jazz putihnya dengan kecepatan rata-rata. Ia memarkirkan mobilnya di halaman rumah bertingkat dua, di sana terlihat sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan. Namun, ia hanya mengangkat kedua bahunya acuh, tak peduli mau rumah itu sepi atau kenapa karena memang dasarnya Metta cuek pada semua keluarganya.
Metta melangkah masuk ke dalam rumahnya, di sana ia tak mendapatkan siapa-siapa, mungkin Papa sama Mama masih kerja, itulah yang ada di pikiran Metta.
Keadaan rumahnya memang selalu sepi, ia yang selalu keluar malam dan orang tuanya yang selalu pulang larut malam dan alhasil mereka jarang bertemu. Ketika pagi hari saat sarapan Metta sudah tak mendapatkan keduanya lagi, dan malam harinya karena ia juga di club dan biasanya pulang tengah malam mereka tak bertemu sekedar mengobrol bersama karena lelah dengan kegiatan masing-masing, hanya sekali-sekali mereka bertemu itupun cuma beberapa menit bahkan bisa dihitung dengan jari waktu mereka berkumpul.
Metta jalan ke arah dapur, mengambil air dingin di dalam kulkas dan meminumnya secara langsung di botol. Terdengar suara deru mobil dari luar, Metta sudah menduga itu adalah orang tuanya. Ia bergegas menyimpan kembali botol air ke dalam kulkas dan berjalan ke tangga menuju kamarnya berada di atas tanpa membukakan pintu untuk kedua orang tuanya.
Seorang wanita paruh bayah berlari kecil membuka pintu, ia menundukkan kepalanya tanda hormat pada sang majikan. Tanpa berucap satu kata pun Mira dan suaminya--Reza--masuk ke dalam rumah, Mira menuntut Reza duduk di salah satu sofa di ruang tamu itu. Ia memijit pelipis suaminya pelan.
"Metta mana Bi?" tanya Mira.
"Sepertinya Non Metta sudah tidur Nyonya, cuma selisih beberapa menit Non datang Nyonya juga datang," jelas Bibi yang biasa dipanggil Bi Sumi. Mira manggut-manggut mengerti terus memijit-mijit pelipis suaminya yang terasa pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️
SpiritualAmetta Stephani nama lengkapnya, ia suka keluar malam, suka berDJ dan suka meminum-minuman keras, bukan karena ada masalah, ia hanya ingin mencari kesenangan selagi kedua orang tuanya bekerja. Menurutnya, anak kedua orang tuanya adalah uang. Tanpa d...