"Kenapa, Yang?" Tanya Ali saat melihat istrinya sejak tadi terus saja mengeluarkan cairan dari mulutnya yang berasal dari perut wanita itu.
Ali dengan setia memijat tengkuk Metta, berharap itu sedikit bisa mengurangi rasa mual Metta. Ia bahkan tak merasa jijik kala melap cairan berlendir di sudut bibir Metta.
"Mas kok pagi-pagi udah pakai parfum aja?" Bukannya menjawab pertanyaan sang suami, Metta malah bertanya balik membuat Ali mengernyit heran.
"Parfum? Mas bahkan baru habis mandi, Yang," ujar Ali.
Pria itu jarang menggunakan parfum dan hanya di waktu-waktu tertentu saja menggunakan parfum, contohnya saat bersama sang istri atau akan keluar bersama istrinya.
"Tapi kok baunya menyengat banget?" Gumam Metta.
Ali menggaruk kepalanya, ia tak tahu kenapa bisa sabun yang ia gunakan begitu menyengat bagi Metta, padahal Ali menggunakan sabun yang biasa dia gunakan kala mandi.
"Ya udah, besok-besok kalau Mas mau mandi, Mas gak usah pakai sabun," ucap Ali membuat Metta jadi merasa bersalah.
Wanita itu berpikir kalau Ali marah lantaran dia yang bertanya seperti itu. Metta pun mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak ingin Ali melihat matanya yang berkaca-kaca, siap untuk menangis. Ali marah? Setelah mereka menikah, baru kali ini Metta merasa sangat bersalah kalau suaminya marah. Perkataannya tadi benar-benar salah, tak seharusnya ia berkata seperti itu.
Namun, pertahanan Metta agar air mata tak keluar malah runtuh apalagi saat Ali sudah tua mengeluarkan suaranya. Ia berpikir kalau Ali benar-benar marah padanya.
Sementara itu, Ali yang melihat punggung Metta bergetar jadi merasa aneh dengan istrinya. Metta jarang menangis, sekali pun menangis, Metta akan menangis karena ada sebabnya. Contohnya saat wanita itu mendengar berita mamanya yang kecelakaan sampai dirawat di rumah sakit.
"Metta?" Panggil Ali semakin membuat Metta merasa bersalah dan Isak tangisnya semakin terdengar.
Benar, Ali marah padanya, bahkan Ali sudah tidak memanggilnya dengan panggilan 'sayang' seperti sebelumnya.
"Aku berdosa banget yah, Mas?"
"Berdosa kenapa?" Tanya Ali.
Tangan pria itu terulur, menyentuh pundak Metta, kemudian ia membalikkan tubuh Metta hingga berhadapan dengannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Ali lembut.
"Kamu marah sama aku?"
"Marah kenapa?"
"Karena pertanyaan aku tadi, kamu marah kan, Mas, sama aku? Jangan marah yah, Mas?" Desak Metta agar sang suami tak marah padanya.
Ali mengernyit, kemudian ia menghapus air mata Metta yang tergenang di pipi wanita itu. Ali tersenyum saat memegang pipi Metta yang terlihat sedikit berisi, bahkan istrinya itu sering sekali makan tengah malam dan langsung tidur setelah makan padahal itu tak boleh.
"Siapa yang marah?"
"Kamu."
"Aku gak marah," ujar Ali karena nyatanya pria itu memang tak marah pada Metta.
"Tapi kenapa tadi ngomong besok-besok kalau mandi gak usah pakai sabun?" Rengek wanita itu seraya terisak.
Ali tertawa geli mendengarnya, istrinya jadi lebih sensitif.
"Emang Mas marah?"
"Iya."
"Tahu dari mana?"
"Mas udah gak panggil aku 'sayang' lagi," ujar Metta semakin membuat Ali tertawa geli.
"Ih, Mas, kok ketawa," tegur Metta sambil merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️
SpiritualAmetta Stephani nama lengkapnya, ia suka keluar malam, suka berDJ dan suka meminum-minuman keras, bukan karena ada masalah, ia hanya ingin mencari kesenangan selagi kedua orang tuanya bekerja. Menurutnya, anak kedua orang tuanya adalah uang. Tanpa d...