“Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Bukhari dan Muslim)
***
Dua bulan cukup sudah bagi Ali dan Metta untuk ta’aruf. Hari ini, Ali kembali datang di pasantren bersama keluarga besarnya bermaksud untuk meminang Metta menjadi pendamping hidupnya.
Semua keluarga Ali sudah berada di ruang tamu rumah Kyai Umar, keluarga besar Metta pun juga ada.
Saat ini Ali serta keluarganya menunggu jawaban Metta atas pinangan Ali, diterima atau tidaknya pinangan tersebut. Di tempatnya Ali harap-harap cemas, sejak tadi Metta belum menjawab pertanyaannya.
Sedangkan Metta, terus tersenyum walau senyumnya itu tertutup oleh niqab merah marun. Lalu, gadis berniqab itu, membisikkan sesuatu pada papanya dengan malu-malu.
Suara dehaman Reza membuat semuanya menunggu apa yang akan dikatakan oleh Reza.
“Saya sudah mendapat jawaban dari Metta atas pertanyaan Ali yang meminang anak saya,-” Reza menjeda perkataannya. “Bismillah... anak saya menerima pinangan Ali.”
Ali yang sejak tadi menahan napasnya kini menghembuskan secara perlahan karena lega mendengar perkataan Reza. Metta menerima pinangannya.
***
Hari pernikahan antara Ali dan Metta akhirnya tiba. Keduanya tak ingin menunda waktu untuk menyempurnakan agama mereka.
Di bawah sana terdengar suara Ali yang sedang membaca surah Maryam atas perrmintaan Metta. Sedangkan Metta, jantungnya sejak tadi terus berdegup kencang mendengar suara merdu Ali melantunkan ayat al-Qur’an.
Mira mengelus lembut puncak kepala anaknya yang tertutupi oleh hijab putih. Tak terasa anaknya kini mendapat jodoh, bahkan jodoh itu adalah jodoh yang tepat untuk anaknya. Metta yang merasakan elusan mamanya di puncak kepalanya, segera memeluk mamanya dengan tangis yang tak bisa dibendung.
“Maafin aku kalau aku banyak salah sama Mama. Hari ini aku akan menjadi seorang istri.”
Mira mengangguk, tak kuasa membalas perkataan Metta. Ia semakin memeluk erat anaknya ketika suara isak tangis Metta semakin meninggi.
“Mama mohon, di hari bahagiamu ini, kamu jangan nangis. Kamu adalah anak kebanggaan Mama dan Papa. Kamu mau berhijrah, kamu mau menghafal al-Qur’an cuma mau Mama dan Papa memakai jubah emas di akhirat. Kamu buat Mama sama Papa bangga.”
Tanpa sadar, ternyata Ali telah mengucapkan ijab kabul. Setelah Ali selesai mengucapkan ijab kabul, Mira mengajak Metta turun tempat dilaksanakannya akad di rumah mereka. Ini atas permintaan Metta, mereka melakukan ijab kabul di rumah kedua orang tuanya di Jakarta.
Saat Metta turun, Ali tak bisa mengalihkan pandangannya dari sang istri. Istri? Benarkah gadis berniqab itu menjadi istrinya?. Metta terlihat anggun dengan gaun nikah pilihannnya, ditambah lagi dengan niqab dan juga jilbab pilihannya.
Dengan perlahan Metta menghampiri Ali. Setelah sampai di hadapan Ali. Dengan malu Metta memegang telapak tangan Ali, kemudian gadis yang kini telah memiliki suami itu langsung mencium punggung tangan Ali, sementara Ali, pria itu mengecup kening Metta lalu meletakkan telapak tangan kanannya di pucak kepala Metta, kemudian berdoa tepat ubun-ubun Metta, mendoakan kebaikan untuk Metta.
“Allahumma inni as-aluka khaira-ha wa khaira ma jabaltaha ‘alaiha wa a-‘udzu bika min syarriha wa min syarri ma jabaltaha ‘alaihi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️
SpiritualAmetta Stephani nama lengkapnya, ia suka keluar malam, suka berDJ dan suka meminum-minuman keras, bukan karena ada masalah, ia hanya ingin mencari kesenangan selagi kedua orang tuanya bekerja. Menurutnya, anak kedua orang tuanya adalah uang. Tanpa d...