22. Metta

4.5K 246 1
                                    

“Terkadang, jika rasa kesal terlalu lama di diri seseorang maka itu akan berubah menjadi marah, kemudian bermetamorfosis menjadi kecewa lalu menjadi benci.”


***

Setelah mengikuti sidang penentuan kelulusan, Ali langsung menyusul Metta di pasantren, ditemani oleh Icha dan juga Andra. Diperjalanan menuju pasantren semuanya diam tanpa ada yang mengeluarkan suara. Icha lebih memilih memainkan poselnya daripada harus berbicara dengan Ali.

Jujur saja, sebenarnya Icha kesal dengan Ali. Icha sudah mendengar penjelasan Ali tentang ia yang dipukul oleh Bagas. Dan gadis itu harus mengucapkan terima kasih pada Bagas karena sudah menyadarkan abangnya.

“Terkadang, jika rasa kesal terlalu lama di diri seseorang maka itu akan berubah menjadi marah, kemudian bermetamorfosis menjadi kecewa lalu menjadi benci,” kata Andra tiba-tiba.

“Jangan terlalu lama kesal sama orang!.” Andra berbalik menghadap ke belakang, melihat sepupunya yang terlihat cuek-cuek saja.

“Abang kau tak tahu apa-apa tentang Metta. Memang aku juga kesal sama Ali tapi kan tak seperti itu juga kesalnya berkepanjangan. Tak baik.”

Icha menghela napasnya. “Aku kesal sama Abang karena gak percaya dengan Kak Metta, gak mau dengarin penjelasan Kak Metta, siapa sih yang gak kesal? Kalau aku tuh yang jadi Kak Metta, aku gak bakal nangisin Abang yang gak mau dengar penjelasan aku.” walaupun Ali sudah meminta maaf, rasanya sulit bagi Icha memaafkan abangnya.

“Maafin Abang.” Hanya dua kata dan satu kalimat itu yang diucapkan Ali.

“Abang sih, jangan gitu lagi.” Ali terkekeh geli mendengar perkataan Icha yang manja.

“Gak akan,” balas Ali.

Sekitar tiga jam menempuh perjalanan ke pasantren, mereka akhirnya sampai juga. Ali segera memarkirkan mobilnya di parkiran yang telah disediakan.

Tanpa ba-bi-bu Icha langsung turun dari mobil, diikuti oleh Andra dan terakhir Ali. Sebelum keluar Ali menyempatkan dirinya untu menarik napas dan menghembuskan secara perlahan. Merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat untuk meminta maaf pada Metta dan mendengar semua penjelasan Metta. Perkataan Andra ada benarnya, ia harus mendengarkan penjelasan Metta tanpa harus percaya pada berita yang belum tentu benar itu.

Saat sudah di luar, Ali disapa oleh beberapa santri yang lewat di hadapannya. Diedarkannya pandangannya, mencari keberadaan Metta. Sekarang yang ia dahulukan mencari Metta dan meminta penjelasannya kemudian ia akan ke rumah kakeknya.

***

Sudah lebih dari satu jam ia mencari Metta, tapi sama sekali tak ia dapatkan di mana keberadaan Metta.

Hanya ada dua tempat yang belum Ali datangi yaitu, asrama santriwati dan dapur tempat memasak. Dan tak mungkin jika ia ke asrama santriwati tanpa harus meminta izin terlebih dahulu kepada kakeknya.

Ali hanya bisa menghela napasnya gusar, ia memilih untuk ke rumah kakeknya daripada mencari Metta dengan melakukan pelanggarana hingga menyebabkan ia akan mendapatkan hukuman langsung dari kakeknya.

Sesampainya, Ali memasuki rumah kakeknya tak lupa dengan mengucapkan salam pada orang-orang di dalam. Saat di dalam, ia tak percaya, di luar tadi ia seperti orang bodoh mencari keberadaan seseorang dengan mengelilingi pasantren dan sekarang, orang yang ia cari sedari tadi ternyata ada di sini, di rumah kakeknya, bahkan ia sedang mengobrol bersama Icha di ruang tengah dengan laptop di meja tepat di hadapan mereka berdua.

Ali mendengus, menggelengkan kepalanya pelan, ia tahu kerjaan siapa ini. Tak perlu ditanya lagi sudah pasti ini adalah kerjaan adiknya, Icha mengerjai dirinya.

Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang