“Cinta memang lucu. Datang tak diundang pulang tak diantar, kayak jelangkung saja.”
***
Cinta adalah satu kata yang memiliki banyak arti dan satu kata penuh makna, tanpa adanya definisi yang tetap. Cinta itu hukum alam, datang dengan sendirinya tanpa diminta.
Dari tadi Ali terus melihat Metta dari jauh, tak berani mendekati Metta yang sedang menyapu. Berdekatan dengan Metta tak baik untuk kesehatan jantungnya. Mungkin jika dihitung-hitung sudah hampir lima belas menit Ali berdiri di situ, lebih tepatnya di bawah pohon beringin tak jauh dari tempat Metta menyapu halaman.
Terbesit dalam pikirannya untuk mengajak Metta ta’aruf hanya saja ia terlalu takut Metta menolaknya, takut jika Metta tak memiliki perasaan yang sama dengannya, takut Metta tak mencintainya. Bagaimana pun juga ia akan tetap memikirkan sakitnya.
Ia kembali menghembuskan napasnya kasar, tak kuasa menahan ini. Seseorang datang, berdiri di sampingnya.
“Cinta memang lucu ya? Datang tak diundang pulang tak diantar kayak jelangkung saja,” kata Andar sembari terkekeh geli mendengar perkataannya sendiri. “Aku ‘kan sudah bilang padamu, kalau cinta ajak dia ta’aruf jangan sampai ada orang lain yang lebih dulu ajak dia ta’aruf. Sebenarnya aku tak mau mencampuri urusanmu, tapi saat melihat kau seperti ini membuat aku gereget sendiri.”
Ta’aruf?. Bahkan Ali sudah memikirkannya beberapa hari ini, shalat istikharah pun juga sudah ia lakukan namun sama sekali ia tak bermimpi apa-apa.
“Aku bingung, Ndar. Aku sudah shalat istikharah tapi belum ada petunjuk apa-apa.”
“Mungkin Allah belum memberikanmu perunjuk,” balas Andra.
Lagi. Ali menghela napas. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
“Aku harus ajak Metta ta’aruf dengan cara bagaimana?, dia saja belum belajar tentang ta’aruf.” Ali hampir frustrasi. Dia bingung.
“Ya ajarinlah! Biar dia tahu. Jangan nantinya kau menyesal sendiri,” jawab Andra santai.
Merasakan bahwa ia diperhatikan dari tadi, Metta menoleh dan mendapatkan Ali dan Andra sedang mengobrol bersama dengan pandangan mata yang menatap pada dirinya. Pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan Ali, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika merasakan degup jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari batas normalnya.
Ya Allah, apa ini? benarkah aku cinta pada Ali yang notabenenya adalah guru serta sahabatku sendiri. Metta membatin.
Ia berbalik hingga membelakangin Ali dan Andra, lalu memegang dadanya. Tiba-tiba pipinya bersemu merah dan beruntungnya Metta, di situ tidak ada orang lain selain dirinya. Tak ingin berlama-lama, Metta secepatnya menyelesaikan tugasnya menyapu pagi ini.
Di tempatnya berdiri, Ali menghembuskan napasnya panjang, karena Metta telah melihatnya, ia berlalu dari sana meninggalkan Andra yang memberenggut kesal dengan tingkah laku sepupunya itu.
“Kalau cinta ya ajak ta’aruf, jangan cuma diliatin terus,” gerutunya pelan namun masih terdengar oleh Ali.
Saat akan melanjutkan gerutunya, Ali berhenti melangkah menatap Andra tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️
SpiritualAmetta Stephani nama lengkapnya, ia suka keluar malam, suka berDJ dan suka meminum-minuman keras, bukan karena ada masalah, ia hanya ingin mencari kesenangan selagi kedua orang tuanya bekerja. Menurutnya, anak kedua orang tuanya adalah uang. Tanpa d...