3.Mubadzir

5K 286 3
                                    

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan sentan itu sangat ingkar kepada tuhannya.”
(Q.S al-Isra’ ayat 26-27)

***

Ali menghentikan mobilnya di pinggir jalan saat indra penglihatannya melihat seorang wanita paruh baya dengan kerutan yang sangat banyak di wajahnya serta juga berpenampilan yang tak layak dipakai oleh wanita itu sedang mengobrak-abrik tong sampah di samping warung makan dan Ali bisa memastikan jika wanita tua itu sedang mencari sisa makanan yang dibuang oleh pemilik warung makan. Ali keluar dari mobilnya, menghampiri wanita paruh baya itu tak lupa dengan ia mengucapkan salam walau wanita tua itu tak menjawab salamnya.

Wanita itu menoleh ke arah Ali, ia menatap Ali dengan tatapan bingungnya.

“Kenapa?” tanya wanita itu terdengar garang.

Ali tersenyum hangat pada wanita itu, “Ibu lapar?”

“Udah tahu nanya lagi.”

“Ayo Bu! Kita makan di dalam nanti saya yang bayar.” Ali mengajak wanita itu masuk ke dalam untuk makan.

Wanita tua itu dengan cepat mengagguk, ia mengikuti Ali yang lebih dulu masuk ke warung makan itu. Di dalam warung makan itu tanpa disengaja Ali bertemu dengan Metta yang juga sedang makan sembari memainkan ponselnya. Pria itu menggelengkan kepalanya pelan, lalu mendekati Metta―sebelumnya ia menyuruh wanita tua tadi untuk memesan makanan.

Ali menarik salah satu kursi yang berada di hadapan Metta dan menjatuhkan bokongnya di sana, sementara itu, Metta memutar bola matanya jengah, mengapa ia selalu bertemu dengan pria yang sekarang ini sedang duduk di hadapannya?. Metta tak habis pikir nggak di kampus, nggak di luar, ia selalu bertemu dengan Ali. Sungguh Metta benar-benar jengah dengan Ali, apalagi mengingat Ali yang setiap kali mereka bertemu pasti banyak ceramah dan semacamnya membuatnya pusing mendengar ceramah Ali yang menurutnya tak bermutu itu.

“Lo lagi lo lagi,” Metta menarik napasnya panjang dan menghembuskan secara kasar.

“Fatimah kalau makan itu jangan sambil main HP.”

“Suka-suka gue, apa urusannya sama lo?,” tanya Metta ketus pada Ali.

“Emang gak ada, tapi kalau waktu makan ya makan.”

Metta tak peduli, ia malah melanjutkan memainkan ponselnya dan tanpa memakan makanan yang sudah terhidang di hadapanya sekarang. Ia tetap asik dengan ponselnya sampai suara Ali menghentikan kegiatannya memaikan ponsel karena ia kesal mendengar Ali yang lagi-lagi mengeluarka ceramah andalannya.

“Fatimah, jika makan itu sesuai sunnah Nabi Muhammad SAW, tanpa melakukan kegiatan yang lain selain makan. Makan dengan tangan kanan bukan dengan tangan kiri apalagi berdiri itu tidak diperbolehkan sama Nabi.”

“Ya terserah lo deh, gue jadi gak nafsu gara-gara lo,” Kata Metta cuek.

Ia bangkit dari duduknya untuk membayar makanan tadi yang ia pesan tanpa memakan makanannya bahkan minumnya saja ia hanya minum setengah tanpa ia habiskan. Ali yang menyaksikan itu beristighfar melihat sifat boros Metta, ia mengikuti Metta yang sedang membayar makanan yang tadi di pesannya, setelah Metta selesai membayar makanannya ia ingin beranjak keluar namun tertahan saat ia mendengar suara Ali.

“Fatimah! Mohon maaf, kalau aku liat-liat kamu itu boros banget, makanan yang kamu beli tanpa kamu makan itu mubadzir. Coba saja makanan ini kamu bungkus terus kamu kasih ke orang yang lebih membutuhkan bukannya itu lebih bagus daripada boros seperti ini. kamu harus tahu kalau orang pemboros itu dalah saudaranya setan.”

Ali berkata seperti itu karena ia pernah membaca bahkan mempelajari isi kandungannya surah al-Isra’ ayat 26 sampai 27

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.

Metta membalikkan badannya menatap Ali datar ketika ia lagi-lagi mendengar ceramah tak jelas Ali. Kemudian ia berkata.

“Ya udah, kalau lo mau, makan aja!”

"Aku sebenarnya bukan mau ceramahin kamu, cuma aku kasian liat kamu yang boros. Kasian sama orang tua kamu yang kerja."

Ali menggelengkan kepalanya, jujur saja ia tak mengerti dengan jalan pikiran Metta yang sulit untuk ditebak itu. Ali berjalan mendekati salah satu karyawan yang berada di warung makan itu dan menyuruhnya untuk membungkus makanan yang tadi sudah Metta bayar tetapi tanpa dimakan oleh sang pemiliknya.

Setelah selesai karyawan itu membungkus makanan yang tadi, Ali memberikan pada Metta seraya berkata, “Mubadzir kalau ini dibuang sama pemilik warungnya, untung-untung kalau mereka makan tapi kalau mereka buang gimana?. Itu lebih baik kasih sama orang-orang dijalanan yang belum makan biar kamu juga dapat pahala dari mereka.”

Setelah itu Ali meninggalkan Metta yang terdiam di tempatnya mendengar perkataannya. Metta terus melihat punggung Ali yang sedang berbincang dengan salah satu karyawan di warung makan, ia membenarkan perkataan Ali tadi. Di luar sana masih banyak orang yang kesusahan untuk makan walau itu hanya sesuap nasi bahkan mereka sampai mengobrak-abrik tong sampah hanya ingin mendapatkan sisa makanan orang-orang yang sudah dibuang, seharusnya Metta bersyukur bahwa ia bisa makan tiga kali sehari dan tak membuang-buang makanan yang belum habis dimakan.

***

Assalamualaikum....

Alhamdulillah....

Update lagi...

Kalau untuk part yang ini Fiyy gak terlalu banyak ubah yaa, soalnya di part ini banyak pelajaran penting buat kalian semua

SPAM NEXT KUYY DI KOLOM KOMENTAR

JANGAN LUPA... VOTENYA JUGA.
KASIH FIYY BINTANG BIAR FIYY SEMANGAT

Salam sayang dari si penulis amburadul

Fiyy

Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang