“Hanya mereka yang kuinginkan, bukan harta. Hanya kebahagiaan yang kuinginkan, bukan harta dan hanya kasih sayang dari mereka yang kuinginkan, bukan harta.”
***
Mira mengusap wajahnya kasar, bagaimana ini? Di mana Metta?. Sejak semalam Metta tak pulang membuat dirinya khawatir, orang-orang suruhannya dan suaminya sudah mencari Metta bahkan mereka semua berpencar untuk mencari anak semata wayangnya. Ponsel Metta tak aktif sejak semalam dan itu membuatnya bertambah kebingungan mencari Metta.
Ponselnya berbunyi, Mira segera mengambil benda pipih itu di atas meja kerjanya, melihat id caller di benda pipih itu dan menunjukkan nama salah satu orang suruhannya. Tanpa pikir panjang lagi, Mira langsung saja mengangkat telpon dari orang suruhannya itu, ia bahkan tak berbasa-basi terlebih dahulu dan langsung masuk ke intinya.
“Bagaimana?”
“Maaf Nyonya, kami masih belum bisa mendapatkan Nona Metta,” Ujar Pedro―orang suruhannya.
“Cari sampai dapat! Saya membayar kalian untuk menjaga anak saya dan mencarinya di saat ia pergi bukan untuk bermalas-malasan seperti ini,” Seru Mira tegas.
“Baik Nyonya, kami akan mencari Nona Metta sampai dapat.”
Setelahnya sambungan langsung Mira putuskan secara sepihak lalu ia menjatuhkan tubuhnya di sofat. Lalu memijat-mijat pelipisnya, pening di kepalanya bertambah ketika mendengar berita jika anaknya belum diketahui di mana keberadaannya.
Mira membaringkan tubuhnya di sofa, ia membuka aplikasi Galeri di ponselnya dan melihat-lihat potret Metta di sana yang ia ambil wakru Metta kelulusan saat SMP. Foto itu sudah sangat lama, ia bahkan lupa, sudah berapa lama ia tak mengambil gambar Metta melalui ponselnya.
“Metta, kamu di mana, Nak?” gumam Mira lirih.
Kemana lagi harus mencari Metta? Hampir semua teman-teman Metta sudah didatangi oleh orang-orang suruhannya, tetapi tak ada satu pun dari mereka tahu di mana keberadaan Metta. Hanya ada dua orang lagi yang belum didatangi orang suruhannya yaitu, Ali dan Rinjani.
***
Pintu rumah diketuk hingga membuat Rinjani bangkit dari duduknya untuk membuka pintu rumahnya. Saat membuka pintu ia mendapatkan beberapa anak buah orang tua Metta yang sudah sangat ia kenal semua itu sedang berdiri di hadapannya dengan wajah datar mereka masing-masih, tubuh kekar nan beroto milik mereka tak membuat Rinjani takut melihat mereka semua, bahkan ia malah menampilkan wajah datarnya pula.
“Apa?” tanya Rinjani ketus. Baginya ini adalah hal yang lumrah jika dia kedatangan tamu secara tiba-tiba dengan pakaian seragam hitam.
“Kami kemari ingin menjemput Nona Metta,” sahut salah satu di antara mereka dengan datar pula. “Jadi tolong panggilkan Nona Metta sebelum kami masuk tanpa dipersilakan di rumah anda, Nona.”
Rinjani tersenyum sinis mendengar ucapan itu. Menjemput Metta? Setelah semalam orang tuanya tak mencarinya. Apa mereka baru sadar kalau mereka punya anak selain uang?.
“Bilang sama majikan lo, Metta di rumah gue. Dia gak mau pulang kalau bukan majikan lo yang jemput,” Ujar Rinjani sinis. Bahkan ia yakin pastinya orang tua Metta tak akan ada yang datang untuk menjemput Metta. Rinjani membenci orang seperti mereka, yang lebih mementingkan uang dibandingkan anak sendiri.
Setelah itu Rinjani menutup pintu rumahnya dengan kasar, dadanya naik turun menandakan jika ia sedang menahan amarahnya. Ia tak menyangka orang tua Metta mencari Metta setelah semalam mereka malah membiarkan Metta keluar dari rumah dan pergi ke club malam. Di mana hati mereka berdua? Rinjani tak habis pikir ternyata ada orang tua yang mementingkan uang daripada anak semata wayang mereka. Ia bersyukur orang tuanya tak seperti itu.
“Ni, siapa?”
“Anak buah Bonyok lo.”
Metta mengernyitkan dahinya bingung, anak buah orang tuanya.
“Lo kasih tahu kalau gue di sini.”
“Kagak, mereka-nya aja langsung tahu lo di sini. Katanya mau jemput lo, tapi gak gue izinin, gue bilang kalau mau jemput lo suruh Bonyok lo yang jemput jangan mereka,” Jelas Rinjani malah membuat Metta berdecak sebal. Sahabatnya ini benar-benar, kayaknya mulutnya perlu dijahit biar tidak ember.
“Lo kenapa bilang kayak gitu sih. Lo gak tahu anak pertama mereka itu lagi butuh mereka?” Omel Metta. Siapa pun tahu bahwa kata anak pertama yang Matta maksud adalah uang
Rinjani terkekeh. Anak yang dimaksud Metta itu adalah uang dan Rinjani tahu itu.
“Udah Mending sekarang kita ke kamar gue, kita nonton sepuasnya, kemarin gue dari perpustakaan daerah wifi gratis buat download film-film baru.”
Metta langsung tersenyum ketika mendengar kata film yang keluar dari mulut Rinjani, ia mengikuti langkah kaki Rinjani yang mengajaknya untuk nonton bersama. Ah, mereka memang memiliki hobi yang sama namun memiliki nasib yang berdiri.
***
Mira memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Rinjani, setelah itu ia bergegas keluar dari mobilnya. Sesampainya di depan pintu rumah Rinjani, ia langsung mengetuknya. Tak lama sosok wanita paruh baya yang sudah berumur kepala empat itu muncul dari balik pintu yang tadi diketuknya.
“Eh! Nyonya?!”
“Mana Metta?” Tanpa sapaan, Mira langsung bertanya pada intinya.
“Metta ada di dalam Nyonya.”
Ibu Rinjani mempersilakan Mira masuk. Saat di dalam, Mira melihat Metta sedang menonton di laptop bersama Rinjani.
Marah?
Tentu saja Mira marah. Menunggu kepulangan Metta sejak semalam hingga membuatnya khawatir akan keadaan anak semata wayangnya, tetapi Metta malah asik bersama sahabatnya menonton kartun Tom and Jerry seraya tertawa.
Apa Metta tak berpikir jika ia sangat khawatir? Atau Metta lupa kalau di rumah ada sang ibu yang menunggu kepulangannya?.
“Metta....”
Panggilannya membuat Metta menoleh. Metta melihat mamanya sedang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Ia pun bangkit.
“Kenapa?” tanya Metta santai tak merasa bersalah.
“Pulang!”
Metta berdecak sebal, ia memutar bola matanya. “Iya tunggu bentar, ambil tas dulu.”
Tidak ada yang biasa ia lakukan. Di lubuk hatinya, Metta merasa senang karena mamanya masih peduli dengannya walau dalam keadaan terpaksa.
***
Assalamualaikum....
Yuhuuuuu....
Maafkan Fiyy yang lagi-lagi ingkar janji 😭, Fiyy itu kehabisan kuota, malah lagi gak punya duit jadi gak bisa tepatin janji deh.
Tapi tenang aja, Fiyy udah ada kuota jadi udah bisa update tiap hari dan sebagainya digantinya, hari ini Fiyy update dua part yaa dan besok juga kayak gitu
SPAM NEXT KUYY DI KOLOM KOMENTAR
KASIH FIYY BINTANG BIAR TAMBAH SEMANGAT NULISNYA
Salam sayang dari si penulis amburadul
Fiyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️
SpiritualAmetta Stephani nama lengkapnya, ia suka keluar malam, suka berDJ dan suka meminum-minuman keras, bukan karena ada masalah, ia hanya ingin mencari kesenangan selagi kedua orang tuanya bekerja. Menurutnya, anak kedua orang tuanya adalah uang. Tanpa d...