18. Keanehan Ali

3.9K 229 5
                                    

“Jika ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin dan jangan lari dari masalah, karena jika kalian lari dari masalah,itu tak akan selesai sampai kapan pun.”

***

Suasan makan malam terasa berbeda bagi Icha. Ali hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa memakannya. Sementara Umi, terlihat begitu gelisah. Icha segera menghabiskan makannya agar bisa secepatnya bertanya pada Abang dan juga Uminya.

Ratna hanya memakan makanannya sedikit, sedangkan Ali malah terus mengaduk-aduknya seraya melamun.

“Abang, makanannya dimakan!,” tegur Salim saat ia melihat anaknya hanya mengaduk-aduk makanannya.

Ali mengangguk. “Iya Bah,” sahutnya.

Andra beranjak dari duduknya, menepuk pundak Ali, kemudian ia berlalu sebelumnya ia pamit ke kamar yang biasa ia tempati pada semuanya. Semua yang melihat tingkah laku Andra mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan Andra yang bangkit lalu menepuk bahu Ali.

Setelah beberapa menit Andra kembali ke kamarnya, mereka—Icha, Abah, dan Umi—melanjutkan makannya untuk menyelesaikan makanannya. Salim yang melihat Ali sejak tadi tak memakan makanannya menggelengkan kepalanya pelan, suatu kebiasaan Ali jika sedang ada masalah.

“Kalau ada masalah diselesaikan,” kata Salim.

Salim beranjak, membantu istri serta anaknya mengumulkan piring-piring kotor.

“Umi juga tadi kenapa? Kayaknya gelisah banget.”

Ratna menoleh ke samping, menatap sang suami yang kini juga menatapnya. Ia menghembuskan napasnya pelan.

“Gak tahu kenapa, Umi jadi khawatir sama Metta, Bah. Kan udah hampir dua minggu kita gak ketemu sama dia, bukan cuma gak ketemu tapi kita juga gak pernah dengar kabar dia.”

Mendengar nama Metta disebut-sebut uminya, Ali lebih memilih meninggalkan meja makan daripada ia harus mendengar mereka membahas tentang Metta dan berakhir dengan ia yang ditanya kabar Metta saat ini. Karena sangat tak mungkin jika Ali mengatakan rumor yang beredar di kampus saat ini.

“Abang ….” Icha memanggil Ali saat Ali akan berlalu.

“Mubadzir makanannya gak dimakan,” lanjut Icha.

“Abang gak nafsu makan,” sahut Ali kemudian berlalu.

Icha menggelengkan kepalanya, tidak biasanya abangnya itu sepertinya ini. Walau dia tidak nafsu makan, makanannya tetap dimakan sampai habis.

***

Icha tahu jika Ali sedang ada masalah, terbukti dengan Ali yang lebih banyak diam daripada seperti biasanya. Bahkan Ali lebih banyak di dalam kamar daripada bergabung dengan mereka, ditambah juga dengan nomor ponsel Metta yang kini sudah tak aktif. Dan itu membuat Icha kesal. Icha berpikir mungkin Ali seperti ini ada kaitannya dengan Metta yang kini nomor ponselnya tak aktif, terbukti kan.

Andra mendudukkan dirinya di samping Icha yang terlihat kesal. Dielusnya kepala Icha yang tertutupi jilbab hitam itu, menarik adik sepupunya yang sangat ia sayangi ke pelukannya.

“Kau kenapa?.”

Icha mendengsu sebal. “Kak Metta nomornya gak aktif,” jawabnya.

“Mungkin dia lagi sibuk,” sahut Andra mengambil pikiran positif.

“Tapi Icha khawatir, bukan cuma Icha juga yang khawatir tapi juga Umi….” Balas Icha tak mau kalah.

“Ambil positifnya lah, nanti juga Metta kemari.”

“Ambil positifnya? Kak Andra harus liat keadaan sekarang,” ucap Icha.

“Bang Ali dari kemarin banyak diamnya, Kak Metta udah dua hari ini nomornya gak aktif. Coba deh Kak Andra pikir-pikir, bisa jadikan Kak Metta dan Bang Ali itu ada masalah. Kan akhir-akhir ini Bang Ali kelihatan aneh,” jelas Icha.  Ternyata keanehan Ali bukan hanya Andra saja yang melihatnya, tapi juga Icha.

“Udah, gak usah dipikirin. Abang kau sudah gede bukan anak kecil lagi yang harus ada masalah perlu cerita sama orang-orang, paling juga nanti dia cerita sendiri tanpa kita minta.”

Icha mengangguk, benar juga. Ali akan menceritakan masalahnya sendiri tanpa diminta seperti yang sudah-sudah.

***

Assalamualaikum....

Alhamdulillah....

Update lagi...

SPAM NEXT KUYY DI KOLOM KOMENTAR

JANGAN LUPA... VOTENYA JUGA.
KASIH FIYY BINTANG BIAR FIYY SEMANGAT

Salam sayang dari si penulis amburadul

Fiyy

Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang