Chapter 15

2.9K 110 5
                                    

"Felica!! Felica!! Aku mohon buka pintunya." panggil kelvin dari luar kamar

Tok tok

"Felica!!"

Tok tok

"Felica!!"

"Apa dia masih marah ya??" bingung kelvin tak tau lagi harus melakukan apa, agar felica mau membuka pintu untuknya.

"Baiklah, kalau memang kau masih marah kepada ku. Aku akan selalu menunggumu felica" ucap kelvin seraya pergi meninggalkan kamar felica.

Disisi lain.

"Dasar pria tidak waras!!" umpat felica geram.

"Apa dia sudah gila, aku saja tidak mengerti jalan pikirannya. Masa iya dia memaksa aku harus menikahinya." katanya sendiri.

"Pokoknya, aku harus bisa keluar dari mansion pria tidak waras ini. Bagaimana pun caranya" tekat felica ingin keluar.

❤❤❤❤

"Bagimana apa dia sudah memaafkanmu??" tanya lavid memastikan.

Menggeleng lesu

"Buka pintu kamar saja tidak"

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang. Apa kau akan berdiam disini terus?? Seperti pria bodoh" kesal lavid melihat wajah bodoh kelvin.

"Aku tidak tau papah. Memang seharusnya aku mati saja saat itu, lalu kenapa saat itu kau menolong ku" teriak kelvin marah dan menghamburkan benda dimeja rias dikamarnya.

"Karena belum saatnya kau pergi kelvin"

"Aku tidak perduli, aku sudah lelah hidup seperti ini. Seharusnya aku mati saja, aku tidak sanggup lagi" ujarnya sambil menarik rambut frustasi.

"Aku mohon tenanglah, kau belum sembuh sepenuhnya kelvin. Nanti otakmu berkontraksi lagi" takut lavid dengan keadaan kelvin.

"Biarkan saja"

"Pleasa, dengarkan aku sekali ini saja"

"Tidak!!"

"AKU BILANG TENANG KELVIN" marah lavin berteriak, membuat kelvin terdiam.

"Baiklah, maafkan aku kelvin. Aku tidak bermaksud berteriak, aku hanya tidak mau kau sakit lagi" lirih lavid sedih melihat keadaan kelvin.

Terdiam.

"Kelvin"

Terdiam.

"Kelvin" panggil lavid menggoncang tubuh kelvin.

"Apa.."

"Ayo kita pergi kerumah sakit, untuk melakukan terapi." ajak lavin.

"Aku tidak butuh terapi, aku tidak apa-apa papah. Aku sudah sembuh, hanya saja luka bakar dibagian bahu ku saja terasa sakit" kata kelvin menyentuh bahu sebelah kanan.

"Lalu, salah siapa. Aku sudah menyuruhmu untuk operasi bukan. Tapi kenapa kau menolaknya??" tanyanya.

"Aku hanya ingin mengingat rasa sakitnya saja" ucap kelvin tersenyum kecut.

"Itu lagi, itu lagi. Apa kau tidak bisa melupakan masa lalumu" kemarahan lavid lagi.

"Sangat sulit untuk melupakannya"

"Cukup kelvin, aku mohon lupakan itu semua. Aku tidak mau kau mengganggu mereka lagi" mohon lavid.

"Heh, aku tidak mengganggunya. Hanya membuat mereka takut saja" menatap sekilas.

"Itu sama saja kelvin"

☁☁☁☁

Hari sudah semakin larut malam, felica tidak bisa tidur. Sama seperti kelvin yang hanya berdiam diri dibalkon kamarnya menghadap indahnya kota london saat ini, dia sangat ingin memeluk wanita itu. Karena bodohnya, dia malah memaksa felica untuk menikah. Kalau seandainya dia tidak memaksa felica, mungkin saja dia sudah bisa memeluk felica saat ini.

The Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang