Chapter 18

2.2K 90 0
                                    

💔💔💔💔

KEDIAMAN ANDERTIFAN
Pukul 14.15 pm.

"Zida" panggil daddy mendekati anak tertuanya yang berdiri dibalkon kamar.

Berbalik "iya,dad"

"Apakah sudah ada kabar mengenai adikmu" tanya daddy menatap sendu melihat anak tertuanya diselimuti kesedihan.

Menggelang lesu "belum"

Menangkup wajah zida "zida,daddy mohon kepadamu jangan lemah seperti ini. Daddy juga ikut sedih melihatmu sedih" ucapnya.

"Ini sudah 1 minggu dad,tapi felica belum ditemukan keberadaannya" sela zida sendu.

"Baiklah, daddy juga akan ikut turun tangan untuk mencari felica. Karena masalah ini begitu serius, daddy merasa rumah ini begitu sepi tanpa omelan adikmu zida" jelas daddy hampir menangis.

"Tidak daddy,biarkan zida saja yang akan mencari felica. Aku tidak mau merepotkan daddy, dan hari ini juga aku mau menjemput varoz dibandara. Nanti beri tahu pada ramdra kalau aku akan datang ke X-sycel satu jam lagi" seraya zida pergi meninggalkan daddy yang masih menatap kosong kedepan.

Bandara

Brienzo terus menelusuri setiap kerumunan dibandara untuk mencari sosok yang ingin dia temui,tapi sepertinya sosok tersebut belum kelihatan batang hidungnya. Brienzo merasa risih terus berlama-lama dibandara,bagimana tidak semua orang menatap dirinya. Para pramugari yang keluar dari ruangan menatap genit kepadanya.

"ZIDA!!" teriak varoz melambai tangannya.

Brienzo yang sedari tadi menatap pramugari itu terus berjalan ia tak sengaja menabrak pengunjung yang sedang menelvon, bukannya menolong zida malah menatap geli memperhatikan pramugari itu merasa malu.

"Tu wajah mau diletak dimana?? Aku yakin tu orang pasti malu banget" tutur zida terkekeh.

"Hi, zida" panggi varoz mengejutkan zida.

Terkejut "apaan sih,bisa gak sopan dikit." marah zida.

"Ya maaf, aku sudah dari tadi memanggilmu tapi kau tidak mendengarnya" ujarnya.

"Tapi gak perlu sampai bikin aku terkejut"

"Sudah lah," kesal varoz.

"Apa!!"

15 menit kemudian
Brienzo dan varoz masih tidak mau mengalah, dua-duanya memilih diam dari pada harus memulai topik pembicaraan. Dalam hati mereka gengsi dong harus memulai duluan,siapa yang salah dia yang harus mulai.

30 menit kemudian.

Ponsel brienzo berdering,dia sama sekali tidak mau mengangkatnya. Dia memilih diam, sampai varoz memulai dulu berbicara. Tapi brienzo mulai merasa kesal, dia sudah bosan berlama dibandara tanpa berbicara sama sekali. Varoz saja keras kepala sama seperti dirinya, ya mau gak mau zida lah yang harus mengalah kali ini.

"Varoz"

"Hemm" dehem varoz tapi wajahnya menghadap lain.

"Lihat aku"

"Buat apa melihatmu, setiap hari saja aku sudah puas melihatmu" pandang menatap kearah lain.

"Aku minta maaf, aku janji tidak akan seperti itu lagi" ucapnya.

Menghadap brienzo "kau janji"

"Huff, aku janji"

"Lupakan saja, bagaimana apakah felica sudah ditemukan. Dengan kehilangan felica aku tidak bisa tidur memikirkannya" ucap varoz sedih.

The Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang