chapter 23

2.5K 76 0
                                    

Kelvin duduk dengan wajah ditekuk menandakan ia kesal saat ini,bagaimana tidak kesal papahnya malah mengajaknya ke rumah sakit. Sudah ia katakan sebelum nya, ia tidak butuh terapi lagi. Tapi bukan lavid namanya kalau tidak bisa membujuk anaknya, ia tau betul dimana letak luluh anak angkatnya. Itu sebabnya ia menggunakan nama felica untuk bisa mengajak kelvin kemari, namun sepertinya tu wajah gak bisa di ajak kerja sama.

Masih sama kelvin tetap dengan wajah jeleknya, lavid melihanya menggeleng frustasi. Tu anak maunya apa...

"Kelvin, papah mohon tersenyum lah" pinta lavid.

"Tidak mau"

"Kelvin"

Terdiam

"Huff, baiklah. Kalau kau terus bersikap seperti ini sebaiknya kita pulang saja" ajak lavid mulai lelah dengan sikap kelvin.

"Tidak mau"

"Mau kamu sekarang apa haah" lavid mulai marah.

"Mau aku, papah tidak perlu lagi mengajak ku ke rumah sakit. Aku bosan dengan semua ini, aku benci obat yang selalu aku minum 3× sehari. Aku tidak suka itu papah, lagian aku juga sudah sehat. Papah tidak perlu lagi mengajak ku rutin ke rumah sakit" kelvin ngerocos panjang lebar, tapi lavid hanya mendengarnya.

"Sudah ku tebak" gumam lavid.

"Pa, aku mohon suruh tuan vardhan pulang. Aku tidak mau dia memeriksa ku" rengek kelvin seperti anak kecil.

"Kenapa"

"Dia begitu jelih ketika memeriksa ku, dan aku tidak suka ia banyak bertanya. Bukannya membuat ku sembuh dia malah menambahnya" ujar kelvin.

"Lalu"

"Lalu, suruh dia pulang sekarang"

"Ini rumah sakit kelvin bukan di rumah, dia tidak bisa pulang begitu saja. Dia bekerja disini" jelas lavid.

"Pokoknya aku tidak mau di periksa atau terapi" tegas kelvin.

"Tapi.."

"Papah.."

"Tidak apa-apa tuan lavid kalau kelvin tidak mau diperiksa, kalau  dilihat sepertinya kelvin mulai sembuh. Dan kau jangan terlalu memaksanya atau kepalanya berkontraksi lagi" sambar vardhan memasuki ruangan di mana kelvin dan lavid berada.

"Tapi var, aku takut.." terpotong.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan, kelvin baik-baik saja" ujar vardhan pasti.

"Tu kan pa, aku bilang juga apa. Aku itu baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dicemaskan" sambung kelvin.

"Diam kau" kesal lavid.

"Ck, itu saja mau marah" gumam kelvin.

Menghela nafas lesu "baiklah, apa kau bisa menjaminnya kalau kelvin sudah sembuh" ulang lavid penasaran.

"Aku jamin itu" vardhan menyakinkan.

"Baiklah, ayo kita pulang sekarang kelvin" ajak lavid dan berpamitan kepada vardhan.

"Itu baru benar"

"Aku balik dulu var, thank you" ucap lavid.

"You're welcome"

"Thanks" ucap kelvin tersenyum semanis mungkin.

Mengangguk

"Dah"

💔💔💔💔

Kelvin menatap datar mansion  keluarga fanvinder conday di depannya sekarang, ingin rasanya ia hancurkan bangunan yang ditempati adik dan istrinya. Tapi ia masih waras saat ini, tidak mungkin ia lakukan. Bisa saja ia hancurkan namun hancurnya satu rumah tidak akan membuat adiknya jatuh miskin, malvin banyak uang dan satu rumah tidak cukup baginya masih banyak rumah yang ia beli.

The Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang