Chapter 21

2.3K 75 0
                                    

    Suasana kamar felica begitu sunyi, ia merasa ada sesuatu yang kurang dari kamarnya. Tetapi apa???  Ia terus membayangkan sosok pria berbaring memeluknya setiap kali ia ingin tidur disisinya, tetapi sekarang sosok itu tidak ada saat ini. Kemanakah pria dengan tubuh kekar, dan hangatnya pelukan pria itu. Jika memang iya ia marah dengan perkataan felica, ia begitu menyesali karena sudah menyakiti hati malaikat bersayap putih yang selalu berada disisinya.

"Jika aku salah, maafkan aku kelvin. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, itu semua tidak direncana sama sekali. Karena aku terbawa emosi pada saat kau mengatakan satu kata itu ( istriku), entah kenapa ketika kau mengelurkan dari mulutmu.  Aku sangat tidak menyukainya, tetapi bukan berarti aku marah kepadamu, tetapi penyebutan kata itu membuat telinga ku panas ketika mendengarnya" lirihnya meratap dirinya sambil melihat sosok disebelah kasur yang kosong.

Ia menyentuh kasur disebelahnya, lembut dan dingin. Biasanya kasurnya begitu hangat, tapi sekarang menjadi dingin ketika disentuh. Lalu felica bangkit dari kasurnya dan berjalan mendekati pintu untuk keluar, entah kenapa ia tidak bisa tidur sebelum ia melihat pria itu tepat didepan matanya.

Cklikk

Pada saat felica keluar, diluar kamar begitu sepi. Tak biasanya sepi seperti ini, kemana semua orang?? Apa mereka sudah tidur, tetapi sekarang masih pukul 20.30 pm.

Berjalan melewati setiap lorong yang ada dimansion besar kelvin, sesekali felica memasuki setiap kamar yang ada dimansion, ia tidak perduli nantinya ia salah kamar. Atau ia melihat ada orang tidur, yang terpenting sekarang ia harus menemukan kelvin.

"Huff, ini sudah kamar yang ke-10. Tetapi kamar kelvin tidak ditemukan, apa jangan ia tidur dirumah temannya atau.." berpikir sesaat "tidak tidak felica itu tidak mungkin, mungkin saja ia lagi keluar atau ada pekerjaan yang lainnya" ralatnya menepis pikiran yang tidak mungkin kelvin lakukan.

Ketika ia ingin kembali lagi kekamarnya, sekilas ia melihat ada sebuah pintu kamar yang berbeda dari kamar lainnya, ia berjalan mendekati pintu kamar itu. Entah kenapa ia begitu penasaran dengan isi didalam kamar tersebut, sesampai diambang pintu felica mengangkat tangannya untuk membuka handel pintu. Tetapi ada sebuah tangan besar yang menyentuh pundaknya secara tiba-tiba.

"Ahhhhh" terkejut felica. "Huff, tuan lavid kau mengejutkan ku saja" mengelus dadanya yang hampir jantungan, akibat lavid mengejutkannya

"Maaf nona felica, apa yang kamu lakukan disini. Ini sudah malam kenapa kau masih berkeliaran" tanya lavid

"Ehh, tidak aku cuman mau.." gugup felica.

"Mau apa??"

"Mencari udara segar, ia mencari udara" tersenyum kikuk.

"Mencari udara, apa AC dikamarmu bermasalah nona" tak mengerti lavid.

"Tidak tidak" melambai tangannya karena tuan lavid salah memahami ucapannya

"Bukan itu, aku cuman ingin keluar saja. Sebab aku merasa bosan berlama-lama didalam kamar" bohongnya

Mengangguk mengerti "baiklah, tapi jangan berlama-lama. Karena udara malam tidak baik untuk kesehatanmu nona felica" mengerti lavid

"Eh, tuan lavid..."

"Iya"

Menggaruk tengkunya yang tidak gatal "aa-pp--pa kau melihat kelvin" gugupnya menggigit bibir bawahnya.

Deg

Tuan lavid sekarang mengerti, kenapa felica berkeliaran dimansion. Ternyata felica sekarang mencari kelvin, dan ucapannya barusan bohong. Tetapi lavid senang karena felica cemas dengan sosok pria yang berbaring tak berdaya dikamar yang ada dibelakang felica saat ini, tapi ada sedikit ketakutan diwajah lavid ia tidak mau kalau felica tau kalau sekarang kelvin kembali sakit-sakitan. Untungnya lavid cepat mengetahui kalau felica akan masuk kedalam kamar kelvin, jika tidak saat ini rahasia yang mereka simpan rapat-rapat akan terbongkar. Karena belum saatnya felica tau, tunggu kelvin siap untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Tuan lavid kenapa kau diam, aku sedang bertanya kepadamu" kata felica

"Ehh, maaf nona felica. Aku tidak tau, mungkin kelvin masih ada pekerjaan dikantornya" bohong lavid.

"Benarkah"

"Iya, memangnya ada apa nona felica. Apa kalian sedang bertengkar??" pertanyaan lavid membuat felica terdiam.

"Tidak tuan lavid, hanya saja aku tidak melihatnya dari sore"

"Oh begitu" menganguk mengerti

"Iya"

"Hem, baik. Lalu nona felica kau akan berdiri disini terus sepanjang hari"

Felica baru sadar kalau ia masih ada disini, lebih baik ia cepat-cepat pergi dari hadapan tuan lavid. Dari pada nantinya ia akan ditanya lagi

"Baik tuan lavid, sebaiknya aku kembali saja kekamar ku. Lagian ini sudah larut malam, aku permisi dulu tuan lavid. Good night" ucapnya seraya meninggalkan lavid.

"Felica aku tau apa yang kau pikirkan, kau pasti tidak mengerti apa isi hatimu sekarang. Nantinya kau akan sadar bahwa kau sangat mencintai kelvin, aku sangat mempercayai anakku kalau dirinya bisa membuatmu jatuh cinta" gumamnya menatap punggung felica yang semakin menjauh dari pandangannya.

Pada saat lavid masuk kedalam kamar kelvin, ia terus menatap tubuh kelvin yang lemah. Lavid tidak sanggup berlama-lama melihat kelvin seperti ini, kenapa tuhannya itu memberikan pria sebaik kelvin harus mempunyai nasib seperti ini.

Berjalan mendekati

"Kelvin kau tau, felica tadi mencarimu ia cemas terhadapmu. Ayo bangunlah dan temui dia, papah rasa ia sudah mulai mencintaimu kelvin. Papah mohon kepadamu bukalah matamu, dan lihat papah. Papah tidak mau melihatmu seperti ini kelvin, jangan pernah meninggalkan papahmu ini. Aku ingin bertanya kepadamu apa kau menyayangiku, kalau memang iya buka matamu dan peluk papahmu ini" lirihnya menangis meratapi kelvin yang masih belum ada pergerakan sama sekali, melihat itu lavid hampir frustasi dan menggenggam tangan kelvin dengan erat. Iya begitu takut hal yang tidak ia inginkan akan terjadi, ia tidak akan terima kalau kelvin meninggalkannya secepat ini.

"Papah akan berusaha sekuat mungkin, agar kau cepat sembuh kelvin. Papah tidak akan pernah menyerah begitu cepat, bukan lavid alfanmorgan kalau aku tidak bisa membuatmu sembuh" ucapnya mengelus puncak kepala kelvin lembut.

❤❤❤❤

Felica memasuki kamar gontai tak bersemangat, kenapa dirinya masih belum puas. Ia merasa belum bisa tenang, kalau kelvin belum muncul dihadapannya.

"Kalau begini terus, aku pasti tidak bisa tidur" selanya sambil duduk diatas kasur.

"Lagian, ngapai juga sih pakek acara ngambek segala" geram felica.  "Ya allah bantulah hambamu yang lemah ini, biarkan aku tidur tenang malam ini" ucapnya kepada tuhannya itu.

Felica mulai terasa mengantuk saat ini, kantuk yang menerpa dirinya tak tertahan lagi. Dari pada menunggu seseorang yang tidak pasti lebih baik tidur, felica saja sudah bosan menunggu kelvin.

"Hoahh, biarkan saja tu kelvin. Lagian ngapai juga aku terlalu memikirkannya, diakan sudah besar bukan anak kecil lagi. Dia pasti bisa jaga diri, yang pastinya tau jalan pulangkan" ucap felica pada dirinya sendiri lalu menutupi matanya.

Felica baru menutupi matanya 15 menit, tiba-tiba terdengar wanita berteriak diluar kamarnya. Tapi suara itu menghilang, dan tidak terdengar lagi suaranya. Siapa itu??, apa ada tamu dimansion kelvin.
Karena penasaran felica menurunkan kakinya diranjang lalu keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang berteriak tadi, sesampai diluar kamar felica terus menelusuri setiap lorong diluar kamarnya. Ia sudah melihat kekanan dan kekiri tetapi tidak ada siapa pun, mungin saja itu perasaannya saja.

Baru beberapa langkah, suara wanita itu terdengar lagi ditelingannya. Tetapi kali ini suaranya begitu jelas dipendengarannya.

"Aku mohon, biarkan aku bertemu dengan kelvin. Aku tidak bisa tenang sebelum aku melihatnya kalau dia baik-baik saja" mohon wanita itu.

Suaranya begitu jelas ia menyebutkan nama kelvin, felica langsung berlari melihat ada apa gerangan diluar sekarang.

The Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang