Namaku Hana Shierley. Si bungsu dari tiga bersaudara, cukup panggil saja Hana. Aku memiliki kemampuab ini sejak masih kecil. Lebih tepatnya saat masih bayi. Menurut mama ketika aku masih
bayi, tiap malam selalu menangis padahal tidak ada gejala sakit atau gigitan serangga apa pun yang menjadi penyebabnya. Mama dan papa sampai kebingungan dan kewalahan karena aku yang menangis tiap malam. Namun sekitar dini hari tepatnya jam 3 pagi, aku berhenti menangis. Berulang kali seperti itu hingga membuat mama panik.Akhirnya atas saran nenek dari mama. Aku dibawa ke rumah teman nenek untuk melihat apa yarıg sedang terjadi kcpada diriku yang masih kecil. Beliau hanya mengatakan kepada orang tuaku kalau aku ditunggui oleh anjing hitam besar tiap malamnya, tetapi jangan takut karena anjing itu penjagaku.
Sampai sekarang aku tak tahu dari mana datangnya anjing itu. Jika kalian ingin tahu bagaimana rasanya menjadi aku? Akan aku jawab. Takut itulah yang aku rasakan setiap kali bertemu dengan mereka. Apakah wajah mereka baik-baik saja? Oh tentu saja tidak. Aku tak bisa menceritakan secara detail
Apa kalian ingin tahu wajah mereka? Apa kalian sudah yakin? Baiklah akan aku ceritakan sedikit saja rupa mereka. Jika rnereka meninggal dalam kecelakaan, rupa rnereka sangat buruk. wajah mereka hancur, tubuh mereka bersirnbah darah dan bau dari tubuhnya. Ada dua hal yang aku tak suka, Ambulance dan bau darah. Kedua hal itu dapat membuat aku mual, takut dan berkeringat dingin.
Sejak kecil menurut aku selalu bercerita tentang teman main yang tak terlihat. Tetap saja mama tak percaya dengan apa yang aku katakan. Terkadang sengsara jika tak ada siapapun yang mempercayaiku.
Aku bisa melihat, menyentuh mereka yang dingin dan berbicara.
Mereka sama seperti kita. Hanya yang membedakan tubuh mereka yang transparan atau
tembus pandang. Jika kalian dilewati oleh mereka kalian akan merasakan tubuh kalian yang tiba-tiba merasa dingin dan seakan-akan ada angin yang lewat padahal tidak ada angin.
Jika kalian ingin tahu lebih detail tentang kehidupanku dari kecil hingga aku detik ini maka ikuti saja ceritaku. Aku akan bercerita secara jujur dan tidak menutupi apapun.****
Masa Kecilku
Aku suka sekali bermain ayunan. Namun perlu kalian ingat diriku tidak pernah sendiri, ada yang menemani. Aku memiliki dua orang teman yang usianya di atasku. Aku ingat pertemuan pertama kami di rumah kontrakan di Probolinggo. Apa kalian ingin tahu siapa nama mereka? Baiklah akan kuberi tahu. Pertama namanya Bu Tin. Dia seorang wanita tua dengan kebaya dan rambutnya yang di sanggul sedangkan temanku yang satunya lagi adalah pria tua yang memakai baju batik khas jaman dulu dengan blangkon. Kami selalu menghabiskan waktu dengan bermain. Bermain petak umpet, masak-masakan atau lari-larian.
”Hana, jangan lari-lari di rumah," ucap mama kala itu yang tidak mengetahui keberadaan mereka.
”Aku sedang main, Ma,” jawabku dengan polosnya.
Kamu main sama siapa, Hana?” tanya mama menghampiriku di teras karena sering berbicara sendiri.
"Sama Bu Tin dan Pak Toh.” Aku menjawabnya dengan menunjuk mereka yang tak tampak di depan. Mama menoleh ke arah yang aku tunjuk. Kosong dan tidak ada siapapun.
"Hana, jangan membuat mama takut." Mama marah kepadaku yang menakutinya.
”Memang mereka ada, kok.” Aku menjawab dengan lugunya. Maklum waktu itu usiaku masih tiga tahun dan masih belum sekolah sehingga bermain sendirian hal yang lumrah.
"Sudah Hana. Jangan mengatakan apapun". Mama berlalu dari hadapanku sedangkan dua temanku hanya terdiam.
Kakak-kakakku sekolah baru pulang siang hari.Papa kerja dan mama sedang sibuk sebagai ibu rumah tangga. Apakah aku kesepian? Tidak. Ada mereka yang menemaniku.
Setiap malam Bu Tin dan Pak Toh selayaknya orang tua sering meninabobokan aku. Mereka membacakan sebuah cerita walaupun cerita mereka tentang sebuah sejarah atau kehidupan mereka sebelum meninggal.
Jika kalian menganggap 'mereka' buruk rupa penampilannya. Maka kalian salah. Mereka sama seperti kita. Seperti Bu Tin yang setiap tutur katanya lembut bak seorang nenek. Pak Toh itu tegas dan berwibawa. Aku senang bermain dengan mereka.
"Aku rasa Hana sedang bermain dengan sesuatu yang tak tampak, Hans?" kata mama saat papa pulang kerja.
"Ya sudah biasa mungkin, Mel. Namanya anak kecil." Hanya itu yang papa katakan.
Satu hal yang kalian tahu. Aku bisa mendengarkan setiap perkataan orang dari jarak jauh. Jadi jangan membicarakan aku saat berada di belakang.Jujur waktu kecil aku tak tahu jika memiliki kemampuan ini. Mungkin dulu aku menyukainya karena bisa menguping pembicaraan orang lain. Namun, ketika aku beranjak dewasa. Aku malah takut dengan kemampuan ini dan ingin menyingkirkan itu tetapi tidak bisa.
Mungkin dari kalian akan bertanya mengapa aku memiliki ini? Aku juga tidak tahu. Apakah kemampuan ini adalah dari Tuhan atau keturunan? Ada yang mengatakan ini bukan anugerah dari Tuhan dan mereka tak percaya dengan apa yang kulihat.
"Adikmu itu bisa bicara dengan hantu ya?" tanya tetangga rumah kepada kakak perempuan dengan nada merendahkan.
Ingat sekali lagi walaupun jarak pembicaraan mereka di tempatku ( kamar) dengan pagar aku masih bisa mendengarnya.
"Maaf ibu. Saya tidak tahu." Kakakku meninggalkan ibu itu yang penasaran.
Apakah kalian pikir enak bisa melihat mereka? Bisa merasakan sentuhan mereka? Coba sehari saja menjadi aku. Pasti kalian akan gila. Bagaimana aku tidak bisa menganggap gila jika yang kalian lihat adalah 'mereka' yang tak tampak? Masih mending jika yang kalian lihat itu berwajah bagus.Kalau wajahnya---? Ya sudahlah. Aku yakin kalian akan menjerit bahkan pingsan.
Masih banyak yang ingin aku ceritakan kepada kalian tentang kehidupanku. Tentunya kalian penasaran bagaimana mereka sering menampakkan diri kepadaku.
=Bersambung=
27 Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )
TerrorKarena banyak kesalahan dalam ejaan maka saya akan memperbaiki tiap babnya dan ada sebagian yang tidak saya publish di sini. Dan cerita ini akan terbit Non Exclusif dan akan publish sampai tamat. Ini tentang Hana. Sejak kecil sudah memiliki kemampua...