Pergi Untuk Selamanya

9.6K 1K 92
                                    

Mohon dukungannya selalu. Beri  voment atau hanya vote tanpa komen saja itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

*****

Setelah nenek kami meninggal. Kakek kembali lagi kedesa bersama Om ( adik mama). Kata kakek tidak sanggup tinggal di rumah ini yang penuh kenangan. Di rumah itu hanya tinggal kakak Theo dan mama sementara aku dan kakak masih di Malang.

"Mama takut kalau malam - malam di rumah ini. Kakak Theo sering keluar."

"Mama tiap malam di temani tetangga karena mama merasa ada banyak mata yang mengawasi mama."

Tiap kali mama menelepon aku merasa ada nada ketakutan yang mama rasa. Aku belum bisa pulang karena masih kuliah dan kakakku masih bekerja.

Akhirnya kami pulang ke rumah setelah ada libur. Hal pertama yang kami lakukan adalah segera sampai di rumah. Setiba kami di sana perasaanku semakin tidak enak.

"Sebentar lagi Hana."

"Kami akan pergi karena sudah cukup bagi kami telah menjaga kamu dan lainnya."

Joseph dan ayahnya terkadang menampakkan diri di hadapanku dan mengatakan jika mereka masih di sana sebelum kami benar - benar pergi.

Kejadian demi kejadian yang menimpa kami di rumah ini semakin membuat aku ingin segera pergi dan tidak ingin menginjakkan kaki lagi meski semenit saja.

Tap...tap...

Tik...tik..

Tiap malam aku mendengar suara langkah kaki yang ada di tangga belakang dan sekali - kali ada siulan di malam hari. Mama dan kakak hanya merasa ada sesuatu yang membuat merinding. Beda halnya dengan aku. Gangguan itu jelas terasa nyata. Di rumah tersebut hanya ada aku, mama dan kakak perempuan. Kakak Theo bekerja di Jawa Barat setelah nenek meninggal.

Rumah tersebut akan berpindah tangan ke pemilik baru jadi kami harus meninggalkan rumah ini sebulan sebelumnya. Amat di sayangkan jika rumah impian mama terjual karena sudah tidak ada lagi biaya untuk merawat rumah tersebut.

"Mungkin rumah ini memang bukan untuk kita, Hana. Biarlah rumah ini di jual agar kakek tidak ingat terus."

Selama kami tinggal di sana sebelum kami benar - benar pindah ada hal yang aneh yang terjadi di kamar kakak Theo. Entah malam atau siang hari aku merasakan ada yang memerhatikan kami dan ada suara langkah kaki yang hilir mudik di kamar kakak Theo. Aku tidak dapat melihat wujud dia.

Aku hanya melihat pergelangan kaki yang ada lukanya. Di lihat dari bentuk kakinya aku merasa kaki itu milik seorang wanita. Memang hanya berupa bayangan tetapi setidaknya aku bisa membedakan kaki milik siapa itu.

"Rumah ini nantinya akan di tumbuhi semak belukar dan tidak seorangpun yang akan tinggal di sini dalam jangka waktu beberapa tahun."

"Kamu dan keluargamu harus cepat pergi dari tempat ini sebelum hal buruk menimpa kalian, Hana."

Tuan Vientswerzht ( ayahnya Joseph=penjaga rumah) memperingatiku agar secepatnya meninggalkan tempat ini dalam waktu cepat.

"Hana, semakin hari mama tambah takut di sini. Seperti ada banyak mata yang mengawasi mama."

Tiap malam menjelang tidur bisa di pastikan kami merasakan sesuatu yang mencekam di rumah ini. Bagi mama dan kakak ketakutan yang di rasa adalah banyak mata yang mengawasi. Hal yang berbeda di rasa oleh aku. Jujur memang ada yang mengawasi kami bukan hanya malam saja. Mereka bukanlah Joseph dan ayahnya melainkan mereka yang melihat kita dari atas jendela jemuran. Jadi letak jemuran pakaian ada di lantai atas tetapi ada sebuah jendela kecil yang bisa melihat ke bawah.

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang