Chapter 7: You are the one (2)

482 95 6
                                    


"kenapa kau duduk dikursi suji?" tanya jiyeon menatap langsung pada luhan.

"hari ini aku ingin duduk disini. Kau tidak keberatan kan suji-ya?" ujar luhan tersenyum pada suji. suji hanya diam, dengan segera luhan menarik suji dan mengarahkan suji untuk duduk dikursinya. Setelah suji duduk, luhan kembali duduk dikursi penuh coretan tadi.

Sehun yang melihat peristiwa itu hanya bisa diam dan kembali ke tempat duduknya ketika jung saem memasuki kelas. Mata suji terarah pada salah satu coretan disana tapi belum selesai suji membacanya tangan luhan menutupi tulisan itu. suji beralih menatap luhan.

"jangan membacanya.." ujar luhan meyakinkan suji. suji menunduk dan menatap jung saem yang tengah mengajar didepan kelas seakan ia baik-baik saja. sebenarnya perasaan suji sangat campur aduk sejak setelah ia menemukan kalimat hinaan dimejanya.

Suji kembali melirik salah satu tulisan disana tapi lagi lagi tulisan itu ditutupi luhan, kali ini menggunakan kertas robekan. Suji memberanikan diri menatap luhan. Luhan kembali tersenyum untuk suji.

"ini bukan seperti yang kau pikirkan.. mungkin mereka iri padamu" ujar luhan menyemangati suji. suji ingin sekali membalas senyuman luhan dengan senyuman tulusnya tapi ia bahkan tak mampu memperlihatkan senyumnya meski hanya sebuah senyum palsu.

"kumawo luhan-ah" ucap suji dengan wajah sendunya. Luhan memasang ekspresi cemberutnya lalu mencubit kedua pipi suji sebagai upaya menarik kedua sudut pipi suji. sebuah senyuman terukir diwajah suji meski terpaksa. Sehun yang melihat hal itu mengalihkan wajahnya untuk memperhatikan jung saem, sedangkan irine melihat hal itu dengan tatapan sendunya. Hani melirik jong in yang tengah memperhatikan keduanya dengan wajah sedih.

"apphoo" protes suji berbisik karena takut ketahuan oleh jung saem. Luhan tersenyum puas melihat pipi suji yang semakin merah karena hasil cubitannya.

"bae suji! xie luhan! Apa yang kalian lakukan?" suara jung saem menggegerkan suji dan luhan. Luhan menghadap kedepan tanpa melepaskan cubitannya dipipi suji.

"aku sedang mencubitnya saem. Dia sangat menggemaskan" jawab luhan. Suji menatap luhan dengan deathglare-nya.

"ya! xie luhan! Jangan main-main. Ini sakit" desah suji tak terima.

Suji dan luhan akhirnya berakhir di depan tiang bendera di lapangan upacara sekolah. Keduanya menatap ke ujung kain bendera yang berdiri kokoh disinari panasnya siang hari seoul di musim panas.

"ini semua karenamu" desah luhan sebal melirik luhan kesal.

"yasudah. Aku akan bertanggung jawab" potong luhan yang langsung mendekati suji dan membuka jas seragam luarnya untuk menutupi kepala suji. suji langsung melirik luhan yang saat ini hanya mengenakan kemeja putih sekolah dan menatap tepat kewajah luhan yang penuh dengan peluh.

"andwee,, kita dihukum bersama" tolak suji halus.

"gwenjjhana" jawab luhan.

"jika jung saem lihat bagaimana ?" tanya suji ragu.

"aku akan bertanggung jawab" jawab luhan dengan enteng.

Suji mengeluarkan sapu tangan yang terselip di kantung roknya dan kembali menatap luhan.

"kalau begitu, aku juga harus bertanggung jawab" timpal suji dan langsung membersihkan peluh yang membasahi wajah luhan. Saat ini mereka bahkan tidak sadar sedang menjadi pusat perhatian.

"kelas sudah berakhir, apa kalian akan tetap berdiri disana?" sebuah suara mengalihkan perhatian suji dan juga luhan.

"nae. araso" jawab luhan dengan tatapan dingin kearah sehun. suji yang menemukan sehun sedang menatapnya tajam hanya bisa menunduk dan berjalan pergi dari suasana canggung tadi.

Daily SunshineWhere stories live. Discover now