Bab 29

2.2K 97 2
                                    

***

gue berjalan masuk bersama ardella, miko yang masih memegang tangan gue, Dan triple A.

gue lihat byan dan si tari-tarian bersenda gurau, dan si byan tertawa, gue melewati mereka, miko mempererat genggaman tangannya di tangan gue, saat melewati mereka.

saat tiba di tangga,gue berjongkok mengelus puncak kepala miko, bocah ini bisa juga peduli pada gue, gue kira dia anti banget sama gue. dia terdiam.

"thanks miko, gue mau kekamar dulu," miko menatapku dengan tatapan kasihan lalu mengangguk .
" guys, gue duluan ke kamar yak, gue titip miko, gue lagi ngantuk".ucap gue beralasan.

mereka mengangguk. gue menaiki tangga, muak melihat si tari-tarian dan byan.

gue membuka pintu kamar, lalu menuju kasur, menutup wajah gue dengan bantal.

arghhh byan lu nyebelin! gue benci banget sama lu!

gue menangis dalam diam.

pintu terbuka, gue berpura-pura tidur dengan bantal yang menutupi wajah gue.

"flo?".ucap ardella.

ternyata ardella, dia gaboleh tau kalo gue lagi kacau gini, gue pura-pura tidur aja.

"flo, gue tau lu belum tidur". ucap ardella sambil mencoba merebut bantal gue.

gue duduk berdiri lalu memeluk ardella.

" hey, lu kenapa, apa karena tadi? kak byan emang keterlaluan, gue juga kesel lihat tuh cewek, sok dramatis banget sih" ucap ardella mengomel dan mengelus punggung gue.

" gatau del, gue belum pernah seperti ini, rasanya ini bukan gue del". gue berbicara sambil menangis.

ardella menghapus air mata gue.

" sabar flo, gue udah menduga bakal begini jadinya, byan tuh udah deket lama sama tuh cewek".

gue melepaskan pelukan gue.

" gue gak masalahin byan mau deket sama siapa aja del, tapi gue benci pada diri gue yang menangis hanya karena byan ngebentak gue, rasanya gue gak rela byan membela tuh cewek, kenapa harus ada yang namanya hati? ". gue menunduk sambil menetaskan air mata.

kenapa air mata ini tak mau berhenti? inikah yang sering dirasakan gadis-gadis seusia gue ketika patah hati?

tapi kenapa harus byan?

apakah gue lebay jika menangis seperti ini? gue gak ngerti.

ardella memegang lengan gue, gue mendongak.

" karena tanpa hati, gimana lu bisa hadir? hati menyatukan dua serpihan perasaan, hati itu sensitif, dia akan merasa terbakar ketika seseorang membakarnya, hati itu, seperti bunga, ketika seseorang menanam bibitnya, dan menyiraminya tiap hari, hati itu akan mekar dan tumbuh seiring berjalannya waktu, itulah hati flo". ucap ardella bijak.

gue terdiam, apakah perkataan ardella, seperti yang gue alami sekarang?

"flo, jangan menangis, karena ketika lu kalah akan perasaan lu, lu akan jatuh sehancur-hancurnya".

"iya del, gak akan! ini bukan diri gue". ucap gue mencoba menata kembali perasaan gue.

" bagus, ayo mandi dulu sana wajah lu udah kayak cemong".ucap ardella dengan tertawa mengejek.

gue melempar bantal ke arahnya.

" gue mau ke kolam renang, gue mau menenangkan perasaan gue dulu del". ucap gue sambil bangkit dari kasur,lalu ardella mengangguk.

gue berjalan menuju kolam renang, gue duduk di ujung kolam renang, menurunkan kaki gue menyentuh dinginnya air dalam kolam renang.

gue berharap air ini bisa sampai ke otak gue, agar otak gue bisa jernih dan dingin.

seseorang duduk di samping gue.

" hey, lu gak apa-apa?". ucap suara lembut disamping gue, gue membalikkan badan, ternyata si tari-tarian. ngapain dia disini?

gue berdiri ingin beranjak pergi. namun dia menepuk pundak gue.

" hey, flo?". gue mencoba melepaskan tangannya, namun saat gue melepaskan tangannya, tiba-tiba dia terjatuh ke kolam renang.

pyurrrr...

gue membeku, rasanya sekujur tubuh gue mati rasa melihat dia tidak bisa berenang.

apa yang gue lakuin tadi?bodoh!selamatkan dia sebelum lu ngebunuh anak orang!

saat gue ingin menyelamatkannya, tiba-tiba seseorang duluan melompat ke kolam renang.

dia, byan menggendong si tari-tarian yang sesak nafas.

dia mendudukkan tari di ujung kolam renang.

si tari-tarian mengatur nafasnya, menepuk-nepuk dadanya. byan mengelus punggungnya.

gue menghampirinya. " sorry, tadi gue.....

ucapan gue terpotong oleh byan. mereka mendongak secara bersamaan.

byan berdiri di hadapan gue.

"flo! apa yang lu lakuin!? lu mau bunuh tari!? lu sengaja ha!? lu benci sama tari? lu itu selalu membuat masalah flo! gue muak lihat tingkah kekanakan lu!? bisa tidak sehari saja lu bersikap layaknya seorang anak SMA, terpelajar bukan cewek badung yang sukanya menyiksa anak orang!?" byan berucap panjang lebar, tanpa mendengar permintaan maaf gue dan penjelasan gue.

gue menghela nafas

" lu muak byan? baiklah mulai sekarang antara lu dan gue jangan ada lagi yang mencampuri urusan kita masing-masing, gue dengan dunia badung gue, lu dengan dunia baik lu, gue juga muak! gue sejak awal mengatakan jangan mengatasnamakan tanggung jawab karena lu bukan siapa-siapa gue, lu hanya sepupu gue bukan orang tua gue!". gue menaikkan oktaf suara gue keras hingga semua orang berdatangan termasuk tante nadira.

bahkan luka di kaki gue belum kering byan! kenapa lu menabur luka di hati gue juga?

"ada apa ini? flo? byan? bisa jelaskan?". ucap tante nadira ketika menghampiri kami.

byan menggendong tari melewati kami semua, tapi sebelum dia masuk, dia membalikkan badan.

" tanya sama si cewek badung itu, mah" ucap byan dengan wajah datar."oh ya! oke gue tidak peduli lagi mau lu ngapain saja! terserah flo". byan membalikkan badan, masih menggendong tari-tarian lalu dia masuk ke dalam.

gue menunduk, gue berusaha menahan air mata gue.

ardella menghampiri gue. gue mencoba tersenyum ke arahnya. lalu gue mengarahkan pandangan ke tante dinara yang berdiri di dekat pintu dengan miko dan triple Al.

" maaf tante dinara, flora membuat masalah". ucap gue dengan nada serak menahan tangis.

gue menunduk. tante dinara menghampiri gue. memeluk gue.

" nggak nak, mungkin byan salah paham". tante dinara mencoba menenangkan gue.

gue menghembuskan nafas gue.lalu tersenyum ketika tante dinara melepaskan pelukannya.

gue mengangguk. miko menarik ujung kaos bajuku.

gue menunduk karena dia lebih pendek dari gue.

" tante, ingusnya meler".ucap miko dengan tampang sok polos, gue meraba ujung hidung gue.

gue melihat semua orang tertawa terbahak-bahak termasuk triple A yang dari tadi melihat keadaan kacau gue, ardella yang berada di samping gue, tante dinara yang memberikan pelukan hangatnya termasuk miko si bocah kurang ajar, yang seperti mencoba menghibur gue.

gue berjongkok lalu menarik hidungnya, dia cemberut lalu memalingkan wajahnya kesamping, serta tangan dilipat dua.

gue tertawa tapi tawa itu terdengar hambar, tapi seenggaknya bocah ini, bisa mengurangi kesedihan gue dengan kata-kata kurang ajarnya,

miko si penghibur gue.


Ms. Dj  Vs Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang