Bab 37

2.3K 114 6
                                    

***

" Flo, Jangan cepet-cepet jalannya, astaga!" Dia memegang lengan gue seraya tersengal-sengal.

gue menarik napas pelan.

" Sorry, tadi gue ninggalin lu gitu aja," ujar gue memaksakan senyum.

" Gausah tersenyum flo, gue tau apa yang terjadi sama lu, bukannya di bali lu bilang bakal melupakan?" Ardella berucap dengan nada getir.

"Gak bisa del, gue kalah sama perasaan! gue emang bodoh, bisa-bisanya gue menyukai sepupu gue sendiri, gue harus gimana sekarang?" tutur gue dengan nada pedih.

Untunglah, dikoridor sekolah sedang sepi.

" Terima kenyataan, Flo dan perlahan-lahan lupakan, pilihan lu sekarang hanya itu." Ardella merangkul gue," Mending ke kelas yuk, nanti ada yang denger kalo kita membahas sepupu lu disini, lagian bentar lagi masuk." gue mengangguk.

Benar kata Ardella, Tapi hati gue gak segampang itu menerima kenyataan? kenapa hati gue pembangkang banget? harusnya saat gue menyuruhnya menerima, dia patuh mendengarnya namun, tidak!

Gue dan Ardella melangkah menuju kelas dan mengikuti pelajaran terakhir.

***

Sekarang gue menuju parkiran sekolah, dengan langkah ragu.

Namun, tinggal beberapa langkah lagi, gue lihat byan dan tari-tarian baru saja tiba di parkiran, Tari sudah memasuki mobil dan duduk didepan.

Gue merasakan sesak dalam dada, inilah kenyataannya, mereka pacaran, trus gue harus jadi obat nyamuk diantara mereka? nggak!

Saat gue melangkah, gue melihat kak alvan baru saja sampai di parkiran sekolah.

Syukurlah, sungguh kebetulan yang sangat gue harapkan.

gue mengalihkan langkah menuju kearah kak Alvan.

"Kak? gue boleh nebeng?" Ujar gue, membuang jauh-jauh rasa gengsi gue, ketika berdiri tepat dihadapannya, tadi gue berlalu dihadapan byan begitu saja tanpa menoleh.

" Of course," Dia terkekeh melihat gue memutar bola mata malas, lalu dia menyodorkan helm.

gue memasang helm, saat gue ingin menaiki motor kak Alvan, Byan menarik lengan gue kasar, alhasil gue hampir terjungkal.

"Apasih!" Gue memperlihatkan raut gondok.

" Lu pulang bareng gue! ngapain lu naik motor orang lain, kegenitan banget lu minta nebeng," ujarnya sembari mencelaku.

" iya gue emang genit, trus kenapa? emang mengusik lu? pulang aja sono bareng pacar lu! sekarang lepasin tuh tangan, karena tanggung jawab lu sekarang bukan gue tapi cewek yang ada dimobil lu!" gue mencoba melepaskan namun byan mencengkram dengan begitu kuat.

"Lepasin tangan lu byan dari flora, kemarin gue masih mau dengerin ucapan lu sebagai temen gue, tapi sekarang, tidak! lu bener-bener semena-mena sama flora." kak alvan menarik tangan gue sehingga terlepas dari tangan byan.

Byan menarik kerah baju Kak Alvan.

"Lu emang siapanya Flora, Van? berhenti ikut campur urusan gue sama Flora!!" ucapnya dengan tatapan mengintimidasi.

" Sekarang, gue tanya balik sama lu! trus lu siapanya flora? lu cuman sepupunya, bukan? flora juga bilang dia gak mau balik sama lu! harusnya kalo lu sepupu yang tau diri, lu ngebiarin dia pul..." Byan tanpa diduga melayangkan pukulan di sudut bibir  kak Alvan, lalu kak Alvan berkilat marah dan membalasnya.

gue menarik lengan byan yang ingin melayangkan pukulan lagi.

" Berhenti! kenapa kalian jadi berkelahi? kalian itu pelajar! bukan preman, Stop! bersifat kekanakan, lihat tampilan kalian sekarang, bibir berdarah! muka lebam! memalukan!" gue berteriak didepan mereka diikuti dengan nada emosi.

" lu byan, berhenti buat gue kembali bingung dengan sikap lu! dikantin cukup buat gue paham maksud lu kemarin malam, jadi stop sekarang sebelum gue kembali berharap! gue muak dan gue kalah dengan taruhan kita!!" Ujar gue dengan suara emosi menggebu-gebu.

Si Tari- Tarian datang dan langsung menarik byan, seketika pegangan tangan byan terlepas dari gue.

"Yan, Yaampun bibir lu berdarah." Si Tari-tarian menyentuh ujung bibir byan yang berdarah namun Byan melepaskan tangan tari-tarian, Byan berjalan menuju mobilnya dengan tampang datar.

Si Tari-Tarian mengekori dari belakang sampai memasuki mobil setelah itu, mobilnya melaju meninggalkan parkiran.

"Flo?" Kak Alvan menyentuh pundak gue.

Gue membalikkan badan.

"Ya?" gue berpura-pura tersenyum kearah kak alvan.

" Lu gak apa-apa?" Ujar kak alvan dengan raut wajah prihatin.

" Haha santai aja kak, Udah biasa juga." Kak alvan meneliti wajah gue.

" Gausah ditahan, Flo, Kalau lu butuh seseorang untuk bersandar, gue siap bahkan gue siap ngegantiin posisi byan di hati lu." Ucapnya dengan nada seperti orang serius.

Gue Menghembuskan Napas keras.

" jangan becanda deh kak, gue lagi Sedih ini!" seketika gue langsung memalingkan wajah.

"Nah, ketahuan khan lu lagi sedih pakai acara nyembunyiin lagi, lu gak jago acting," dia mensejajarkan tubuhnya dengan gue.

Ketika gue melihat Kak alvan, dia memperlihatkan wajah konyol dihadapanku, matanya dibuat juling.

Alhasil gue tersenyum dibuatnya.

"Nah senyum gitu khan cakep, ayo balik," Ucapnya sembari mengacak rambut gue.

gue menganggukkan kepala.

Ms. Dj  Vs Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang