Bab 46

467 30 15
                                        

Gue memegang kedua pipi byan dengan berani seolah kegugupan gue sirna begitu saja, Sebenarnya gue sedikit speechles tapi gue paham byan, dia adalah type cowok yang suka mempermainkan gue dan nggak pernah serius.

Ok. Byan, gue pengen tau sampai mana lu mau main-main sama gue.

"Gini ya, gue sebenarnya suka sama lu juga tapi gimana ya, lu nembaknya yang romantis dikit dong, ini rumah sakit dan  tiba-tiba bilang suka, gadis mana yang bakal percaya sama ucapan lu? Jadi, baby," Gue mengelus pipinya, lalu menempelkan ibu jari di bibirnya, "kalau mau diterima bikin gue nggak bakal nolak lu dikesempatan berikutnya ya," tutur gue sumringah sembari mengedipkan sebelah mata.

Rasain! Sekarang byan pasti nggak bakal main-main sama gue lagi.

Byan nampak terkejut, tapi itu hanya sesaat selanjutnya tergantikan dengan raut wajah nakalnya.

"Oke, jangan nyesal udah berkata seperti itu ya,  calon my girlfriend," sambil mencolek dagu gue.

"Apa sih byan, ga lucu. Istirahat sono, gue pengen balik."

Dengan langkah terburu- buru gue meninggalkan kamar Byan dirawat.

Efek dirumah sakit bikin dia makin sinting, tapi gimana kalau byan serius dengan ucapannya? Gimana kalo dia bener- benar suka sama gue? Ah!

Gue berbicara sendiri layaknya orang bodoh sembari memukul kepala.

Imposibble, gue terlalu banyak mikir.

Gue menertawakan kebodohan gue lagi hari ini gegara byan.

***

Keesokan harinya, Alarm gue berbunyi sangat kencang hingga membuat gue terkesiap dan langsung buru-buru mandi dan bersiap berangkat ke sekolah.

Dengan langkah yang sangat tergesa-gesa, gue menuruni anak tangga dan betapa terkejutnya Byan, miko, Tante dinara serta om danu menatap bingung disertai tawa jenaka dari mereka.

Loh! Sejak kapan byan keluar dari Rs

"Tante, Om." Gue menghampiri lalu menyalami mereka. " Hari ini nggak kerja?"

Mereka tertawa berbarengan, " duduk dulu flo sayang, kita sarapan bareng." Sahut tante dinara. Gue hanya menampilkan raut wajah kebingungan.

"Tante, besok kalau bangun kesiangan jangan sampai ketinggalan isi kepalanya ya." Ejek miko diikuti dengan juluran lidah.

Dasar bocah tuyul, maksudnya gue gapunya otak gitu sekarang? Yang benar saja!

Gue mengabaikan perkataan miko, lalu menatap jam.

"Astaga telat," buru-buru gue menguyah roti sandwich dan minum susu secepat kilat lantas berdiri.

"Cepat amat neng, orang tanggal merah juga." Byan yang tadinya tersenyum tidak jelas tetiba menyahut dengan raut mengoloknya.

Tawa seisi ruang makan pecah begitu saja. Dengan tampang malu, gue menggaruk kepala.

Coba aja semalem gue bisa tertidur. ga bakal kayak kejadian hari ini, gegara ucapan Byan gue jadi ga bisa tidur, sial!

"Tante, Om.. Flo permisi ya keatas dulu." Mereka hanya mengangguk sembari tersenyum.

Gue berjalan cepat hingga sampai di kamar.

Ah flo begoo malu!!!

Tok tok tok

Gue bangun lantas bergerak menuju pintu, betapa terkejutnya ketika yang kuliat muka yang saat ini tidak gue harapkan.

"Apa?" Sahut gue judes.

"Galak amat sih sama calon pacar, ga kangen gitu?"

"Ga," Nampak kebisuan menyelimuti kami.

"Ekhem," Nampak alis tebal byan mengkerut."Pulang semalem, udah sembuh berarti kan?"

Oke flo, lu nanya karena mau gimanapun juga, itu hasil perbuatan lu gak ada maksud lain.

Gue menarik napas, pelan.

"Kangen bilang biar nggak gue aja, Flo."Sontak Byan menarik hidung gue gemas

"Apasih Jangan ngawur, cepat ngomong kalau tidak ada yang penting, gue tutup ya! Gue lagi sibuk gamau diganggu, paham?" Ucap gue berlagak ketus agar menutupi rasa debaran gue yang memacu amat keras.

Bisa mati muda, men! Please byan jangan basa basi dan enyah dari sini.

"Haha, pilih." Gue mengerutkan alis tatkala dia menyodorkan dua kotak kecil yang dari tadi disembunyikan dari belakang punggungnya.

"Apasih, gue gak lagi ultah. Minggat gue mau nutup, lu ngalangin."

"Pilih atau gue kiss lu sekarang." Katanya dipenuhi tanda tanya dengan raut misterius.

"Iya, pemaksa."

Gue terpaksa ga banyak debat dan langsung menunjuk kotak biru kecil agar byan cepat pergi, dia lalu menyodorkan dengan seketika gue langsung mengambil dari tangannya.

"Gausah buka sekarang, ntar aja kalau gue udh pergi dari sini."

"Iya, pergi gih."

"Udah ga sab--." Gue mendorongnya dan menutup pintu keras tepat di depan wajahnya yang tertawa persis seperti orang bodoh.

***
Saat ini, gue lagi duduk di depan meja belajar sambil memperhatikan kotak biru itu.

"Ga mungkinkan, isinya kecoak? Byan yang gue kenal ga sejail itu."

Dengan gerakan lamban gue membuka kotak secara perlahan.

"Ap---, arghh Byan!"

Ada yang masih pantau cerita ini? Maaf ya author lama updatenya, bahkan mungkin cerita ini udah ga sebagus dulu,, tapi terima kasih kasih kalian masih setia dengan cerita ini, itu yang membuat aku masih mau lanjutin ini, salam kangen dari "Flora dan byan"


Ms. Dj  Vs Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang