Bab 38

2.2K 93 9
                                    

"Thanks Kak, Sorry gara-gara gue, Lu jadi berantem sama Byan." Ujar gue kala menginjakkan kaki di area rumah byan.

"Gak masalah, lagian gue heran sama byan, dia gak pernah semarah itu sebelumnya, Mungkin otaknya rada geser hari ini." Ungkap kak Alvan mencoba menghibur gue.

"Bisa jadi Kak, Obatnya lupa diminum kali, Kalo gitu gue masuk dulu, Ya kak? Kak Alvan hati-hati."

Gue menyudahi pembicaraan dengan kak Alvan rasanya gue pengen cepat-cepat terbang ke kamar gue tanpa bertemu dengan byan si tukang pengaduk perasaan.

Kak Alvan tersenyum lembut lalu menaikkan kaca mobilnya selanjutnya melajukan mobilnya.

Gue berjalan memasuki pekarangan rumah milik keluarga byan dengan langkah berat, Andaikata Sayap bisa dipetik, gue pengen pengen memetiknya sekarang juga.

Gue membuka pintu dengan hati-hati lalu masuk setelah itu menutup pintu kembali.

Gue berjalan melewati ruang tamu.

"Senang diantar sahabat gue?" Suara bariton byan mengagetkan gue.

Gue menoleh kearahnya yang sedang duduk di ruang tamu sembari mengobati lukanya.

Gue menghela napas lalu menaikkan volume suara gue.

"Tentu saja, Gue sangat senang!" Gue menatapnya dengan penuh tatapan berani.

Dia geram lantas menghampiri gue.

"Lu harusnya sadar, lu itu sepupu gue, bisa tidak lu jangan bertingkah seperti gadis genit yang minta tebengan dengan sembarangan cowok? Di saat gue masih bisa nganterin lu, Apa seperti itu kelakuan lu dulu?"

Sekujur tubuh gue panas oleh bara api yang memuncak akibat perkataan kejam byan yang menganggap gue seperti gadis murahan.

Gue menghembuskan napas.

Gue muak meladeni lu byan, terserah apa kata lu! I don't care!!!

Saat gue baru melangkahkan kaki Selangkah, Byan menarik tangan gue dengan kasar.

"Apalagi Sih, Ha? Gue capek berdebat! Lu kenapa selalu nguji kesabaran gue? sialan!"

"Cih! Pantas saja bokap lu menitipkan lu, ternyata selain gadis genit lu juga gak punya tutur kata yang baik, beda dengan tari."

Lu sudah keterlaluan byan! Tega-teganya lu bandingin gue dengan pacar lu! Dan nyeret nama bokap gue!

"Lu lucu ngebandingin gue dengan cewek lu! Gue dan tari emang beda, cewek lu emang cewek baik-baik sedangkan gue? Cewek yang dilihat dari segi manapun selalu hina di mata lu! Berhenti mengatas namakan sepupu, disekolah tidak ada seorangpun yang tahu tuan Byan, jadi anda tidak perlu malu dengan cewek seperti gue, Sekian!" Gue menghempaskan tangan byan.

"Oh Ya, Satulagi, berhenti menghina gue seperti gadis murahan kalo lu belum tau seperti Aphmpp..."

Napas gue tercekat, rasanya dunia gue akan runtuh detik ini juga, byan mencium gue.

"Gue sangat tau, kelakuan lu dulu seperti ini, Bukan?" Celanya dengan sudut bibir kanan terangkat.

Gue menampar pipi byan dengan keras.

"Lu gila! Berhenti mengurusi hidup gue lagi!!"

Gue berlari dengan berlinang air mata menuju kamar gue.

Saat tiba di kamar gue langsung luruh ke tempat tidur.

Byan brengsek! Gue benci sama lu!! Gue benci melihat lu dengan tari! Gue benci perasaan gue! Gue benci perlakuan lu!

Gue menangis sejadi-jadinya hingga terlelap.

Tok... tok.. tok

Ketukan bertubi-tubi membangunkan gue.

Arghh, gue nggak bakal buka!

"Tante buka pintunya!" Gedoran ditambah suara lantang Miko mau tidak mau membuat gue beranjak dari tempat tidur.

Gue membuka pintu dengan tampang kesal.

"Ada Apa?" Gue melipat tangan sembari memalingkan muka, sebab gue tau jikalau sekarang mata gue pasti sembab.

"Zombie!" Teriak Miko membuat gue panik dan langsung membekap mulut nakal Miko.

"Sttt diam! Oke?" Dia mengangguk patuh, gue langsung melepas bekapan gue dan menghela napas lega.

"Kenapa lu ngetuk pintu gue?" Tanya gue saat mensejajarkan tubuh gue dengan tinggi tubuh Miko.

"Besok ambilan raporku, Tante," tuturnya penuh perintah.

Dasar bocah Edan! Meminta gak ada manis-manisnya.

"Ogah! Tante Nadira Kemana? Lagian lu punya kakak manfaatin sana."

"Mama keluar kota, Aku maunya tante bukan kakakku!" Dia cemberut membuatnya nampak menggemaskan.

Aku menarik napas.

"Baiklah, besok aku temani." Mendadak Miko memeluk leherku erat.

"Terima kasih tante jelek," Ucapnya usai memelukmu.

Dasar bocah kurang ajar!

Spontan gue tersenyum dengan tingkah Miko.

Saat gue berdiri, gue baru menyadari byan yang berdiri di depan pintunya dengan menyenderkan punggung tegapnya.

Sejak kapan manusia berhati baja itu berdiri disana?

Gue membuang pandangan setelah Bersitatap dengannya.

Saat gue ingin masuk ke dalam kamar, tarikan kuat dibaju gue membuat gue menoleh ke arahnya dengan muka penuh amarah.

"Lepas nggak!!" Gue memberikan tatapan mengancam.

Dia tidak bersuara dan malah menyeret gue, hingga gue terseok-seok mengikutinya.

Dia membawa gue menuju ruang makan.

"Apasih mau lo, Hah!? Lu budeg atau gak punya telinga buat Denger ucapan terakhir gue?!"

Dia menghembuskan napas berat.

"Lu duduk sekarang! Atau mau gue perlakukan seperti tadi siang?"

Terpaksa gue duduk dengan enggan.

Byan membuka kitchen set lemari dapur minimalis yang bernuansa abu-abu, dia merogoh kantong plastik hitam.

Gue melihat dia menyodorkan kantong plastik berwarna hitam tepat di depan muka gue.

"Ambil dan jangan banyak tanya!"

Gue mengambil dengan tampang lelah, Saat gue membuka kantong plastik hitam itu, Mata gue hampir copot melihat pemberian byan, ternyata nasi kotak kesukaan gue yaitu chicken katsu.

Bagaimana dia tau makanan kesukaan gue? Hanya bokap gue yang tau makanan favorit gue.

"Bagai-"

"Gue bilang jangan banyak tanya! Makan saja." Ucapnya mulai geram.

"Lagipula itu bukan dari gue tapi titipan bokap lu."

Gue mendesah kecewa.

Apasih yang lu harapkan flo? Byan peduli sama lu? Impossible! Jelas-jelas dia membenci lu mana mungkin dia secare itu! Apalagi dia sama sekali tidak merasa bersalah atas kejadian tadi siang!

Coba katakan byan? Bagaimana lagi cara gue menghindari Lu?

Ms. Dj  Vs Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang