Bab 45

4.8K 179 102
                                    

"Kalo gue bilang, gue mendengar semua ucapan lu, gimana?"

Gue tersentak kaget, pandangan kami bertemu saat gue langsung menengok ke samping.

Ahh bodoh! Gue pikir byan tertidur setelah minum obat!

"Itu," Ucap kami bersamaan.

Kami masih di sini, dibangku taman rumah sakit ditemani hembusan angin yang berada diantara kecanggungan kami, terlebih saat kata yang terlontar dari mulut kami keluar secara bersamaan.

"Ekhem.. Lu duluan," Perintah Byan.

"Gue ingin lu melupakan apa yang gue katakan hari itu."

Gue melihat ekspresi byan seperti orang yang nampak sedang berfikir, memangnya seberapa banyak ucapan gue yang dia dengar?

Gue berdiri karena gue rasa sekarang suasananya makin buruk dan canggung.

Namun, sebuah tangan meraih pergelangan tangan gue hingga membuat gue membalikkan badan kembali.

"Kasih gue alasan, Kenapa gue harus melupakan perkataan lu?"

"Apa lu mendengar semua ucapan gue? Termasuk—"

Gue ragu dan takut melanjutkannya, ragu jika byan mendengar semua ucapan gue dan takut akan respon byan yang kemungkinan tidaklah sebaik apa yang gue pikirkan.

Byan mengangguk,"Ya, termasuk perasaan lu pada gue." Sambungnya disertai tatapan yang dalam.

Gue memalingkan wajah ke arah lain.

Gue merasakan genggaman erat Byan terlepas dari pergelangan tanganku.

"Look at Me, Flo. Kalo orang sedang berbicara serius padamu, jangan pernah memalingkan wajah, jawab pertanyaan gue tadi." Titahnya seraya menyentuh wajah gue sampai kedua bola mata legam kami bertemu.

"Jawaban apa yang pengen lu dengar?"

Alis tebal byan bertaut, dia menurunkan tangannya yang menyentuh muka gue.

"Maksud lu?"

Entah kenapa kalimat terakhir yang byan lontarkan membuat gue kesal, dia seolah tidak mengerti situasi kita.

"Lu itu udah jadi milik kak tari, Bukankah sudah sangat jelas bahwa sekarang posisi gue adalah bertepuk sebelah tangan? Lantas kalo tidak dilupakan, katakan hal apa yang harus gue lakuin? Lu mau gue terus menerus jadi orang bodoh hanya karena cinta sepihak?"

Byan menatap gue, dia tidak berbicara sama sekali, entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang, gue nggak akan pernah bisa menebak jalan pikirannya.

"Jika lu udah mengerti dengan alasan gue, lupakan apa yang lu dengar, gue akan belajar melupakan semua—-"

"Bagaimana kalo gue juga memiliki perasaan yang sama dengan lu?!" Geram Byan, sorot matanya tajam,  wajahnya begitu datar, terlihat amat menyeramkan.

"A-apa, m-mana Mun-mungkin?" Kata gue terbata-bata tatkala menatap matanya yang seolah dipenuhi amarah.

"Lu memang adalah Flora, selalu menyimpulkan perasaan lu sendiri! Bahk—"

"Byan?"

Suara sok imut itu datang disaat yang tidak tepat, kami bahkan belum sempat menyelesaikan masalah kami, bahkan gue masih sangat penasaran akan kalimat terakhir byan, Si penganggu Tari-tarian kenapa harus muncul sekarang?

Mengesalkan!

"Byan, Bagaimana keadaanmu?" Ujar tari saat tiba Dihadapan kami.

"Baik, Tar."

Ms. Dj  Vs Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang