Bagian Tiga

16.2K 993 14
                                    

"Ada apa sih kak? Aku langsung dari TK ke sini. Kata mama ada yang mau diomongin." Kata Virgia to the poin begitu bertemu dengan Yoga. Kakak keduanya itu sedang ada di rumah. Sebagai pegawai Pemda yang taat, heran juga melihat kakaknya itu ada di rumah pada jam segini.

"Ini anak, baru juga sampai udah langsung ke inti pembicaraan. Nanya dulu kek kabar kakak atau kakak ipar kamu." Protes Yoga.

"Kak Restu baik-baik aja kan? Tuh udah." Kata Virgia cuek.

"Dasar! Gak berubah sama sekali. Kapan gedenya kamu?"

"Aku udah gede kok, kakaknya aja yang suka kepo."

"Apa maksud kamu?" Yoga mengernyitkan kening.

"Apa mesti aku omongin lagi? Kakak pasti nyuruh aku ke sini buat dicomblangin lagi kan sama adenya temen kakak atau siapalah itu." Terkanya. Terakhir kali dia dicomblangin waktu semester VIII saat sibuk-sibuknya membuat skripsi! Gila tidak tuh? Membuat skripsi saja sudah pusing tujuh keliling. Ini malah disuruh pedekate sama cowok? Alasan Yoga pada waktu itu biar ada penyemangat katanya. Penyemangat apanya? Yang ada malah tambah butek.

"Kok tahu sih? Hehe..." Akunya sambil nyengir.

"Ya tahulah, kak Yoga kan kakak aku."

"Kami cuma khawatir aja lihat kamu yang enggak nafsu lihat cowok setelah kejadian itu. Makanya kami sepakat akan nyomblangin kamu lagi." Saat mengatakan "setelah kejadian itu" Yoga memberinya penekanan. Virgia tahu apa artinya itu. Dia selalu mengingat kenangan itu sampai detik ini. Dia kira selama ini telah berhasil menyembunyikan perasaannya. Tapi nyatanya dia tidak bisa membohongi keluarganya, apalagi kakaknya yang satu ini.

"Jadi ini menyangkut kami bukan cuma aku?"

"Yah, apa boleh buat? Kamu yang memaksa kami seperti ini. Perasaan kami belum bisa lega kalau kamu belum jatuh ke tangan yang tepat." Wajah Yoga serius. Dari tadi sih sebenarnya. Tapi sulit rasanya membedakan Yoga yang serius dan yang tidak. Karena Yoga orangnya humoris. Beda dengan kakak pertamanya−Zul yang suka serius.

"Barang kali ah harus jatuh ke tangan yang tepat." Ledek Virgia meniru logat Ayu Tingting.

"Serius. Kalau kamu memang tidak mau diatur seperti ini jawabannya hanya satu: bawalah seorang calon ke rumah dan kenalkan pada kami. Simple kan?" Yoga menyeringai.

"Iya nanti aku bawa sapi deh, sekalian biar bisa disembelih!"

"Virgia!"

"Kayaknya lagi ada yang seru nih!" Seru seseorang. Restu. Kakak iparnya yang sedang mengandung enam bulan.

"Kak Restu! Kenapa ngebiarin aku sama tukang kepo ini sih? Aduh!" Yoga menjitak kepalanya. "Gimana nih kabar keponakan aku?" Katanya sambil menempelkan telinganya pada perut Restu seolah dapat mendengar suara bayinya.

"Seperti yang kamu dengar, dia suka tendang-tendang." Jawab Restu sambil mengelus-elus perutnya sayang.

"Wah...kayaknya anak cowok nih! Yakin deh seratus persen!" Seru Virgia.

"Aaamiiiiin..." Restu mengamini.

"Sok tahu, dokter juga bukan. Ingat, kata-kata kak Yoga tadi."

"Bawel ah!"

"Ayo Vir, kak Restu udah siapin makanan buat kamu. Kamu pasti lapar habis mengajar tadi."

"Asyiiik...kak Restu emang pengertian deh! Gak kayak seseorang tuh."

"Dimanja aja terus. Nanti bakal ada yang ngelunjak!"

"Biarin!"

Restu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kakak beradik itu yang sudah bukan anak kecil lagi.

♫♫♫

Tidak terasa Virgia berada di rumah Yoga sampai malam. Maka, setelah numpang makan malam dan sholat isya dia berniat pulang. Meskipun Yoga dan Restu menyuruhnya untuk menginap.

"Kamu beneran gak mau nginep, Vir? Kita kan bisa curhat-curhatan." Kata Restu memelas.

Virgia tersenyum. "Iya lain kali Virgia nginep kak, sekarang ada kerjaan yang harus dikelarin."

"Bukan karena gak mau kak Yoga ceramahin lagi kan?" Sahut Yoga sambil melipat tangan di dada.

"Salah satunya, tapi sumpah kak, aku emang ada kerjaan di rumah!"

Tiba-tiba hp-nya bergetar. Sms dari nomor yang tidak dikenal.

Malem...udah bobo?

Lah, siapa pula yang ngsms bak abg begini?

Yoga dan Restu ikutan baca. Mereka saling memandang. Lalu tersenyum.

"Bales, bales!" Kata mereka.

"Ih, apaan sih?" Virgia mengerutkan kening. Lalu menuruti permintaan mereka dengan membalas sms iseng tersebut.

Maaf, salah alamat!

"Kok ngebalesnya jutek gitu sih? Pantesan aja gak ada yang mau!" Kata Yoga.

"Biarin, kalau cuma iseng gak bakal ngebales lagi kan."

Hp-nya bergetar lagi. Ada balasan.

Kok jutek gitu sih? Gak berubah ya sejak terakhir kali kita bertemu. Gimana kabar kamu?

Buset dah. Sok akrab banget nih orang? Batinnya.

"Ciee...ciee..ada yang lagi pedekate nih? Kalau begini sih gak bakal kak Yoga comblangin deh. Suerr!"

"Ih, hewir deh ah! Aku pulang aja deh!" Katanya sambil sun tangan dan menggumamkan salam. Lalu berlalu dengan sepeda motornya.

♫♫♫

Malam-malam berikutnya nomor yang tidak dikenal itu selalu mengiriminya sms. Sekedar menanyakan kabar atau menanyakan sedang melakukan apa. Seseorang itu pun mengatakan bahwa tidak bisa menemuinya dalam waktu dekat karena harus mengerjakan sesuatu.

Dari kata-kata yang dipakai seseorang itu sepertinya dia mengenal baik Virgia. Tapi siapa gerangan dirinya? Sok akrab banget padanya, padahal dia sama sekali tidak mengenalnya. Jika teman atau kenalannya pasti akan mencantumkan nama meskipun memakai nomor baru, tapi ini? Tanpa nama. Dia tidak bisa menebak siapa pengirim sms nomor tanpa nama itu.

Paginya Virgia berangkat ke TK tidak seperti biasanya karena dia telat lima menit. Dia sampai di depan pagar TK pukul 07.25 WIB. Dia menengok ke dalam baru ada dua anak serta mamanya yang sudah datang. Dia bernapas lega. Tidak etis kan dia baru datang ketika semua anak didiknya sudah hadir semua? Sebagai guru dia akan malu.

Saat akan melewati pagar, seorang bocah memanggilnya dari arah belakang. Virgia pun menoleh. Dino beserta papanya yang rupawan. Kali ini Verdyan alias papanya Dino memakai kemeja polos putih yang dimasukkan ke dalam celana berwarna hitam berbahan bellini sepertinya. Plus sebuah senyuman yang merekah disudut bibirnya. Lumayan cuci mata pagi-pagi.

"Bu guruuuuuu!" Seru Dino sambil berhamburan kepelukannya.

"Pagi Dino! Apa kabar kamu?" Kata Virgia sambil melepaskan pelukannya untuk melihat wajah imutnya.

"Aku baiiiiik sekali bu!" Jawabnya lucu.

"Pagi bu." Verdyan ikut menghampirinya. Dari ekor matanya, Virgia bisa melihat Toyota Rush berwarna putih terparkir di tepi trotoar yang berjarak tiga meter dari pagar TK. Hm, mapan. Nilai plus. Batinnya.

Virgia mengangguk sopan. "Pagi pak."

"Hari ini juga saya titip Dino ya bu? Kalau ada apa-apa lagi ibu bisa hubungi saya." Kata Verdyan menatap Virgia. Ditatap seperti itu Virgia menjadi salah tingkah. Tapi dia berusaha untuk menyembunyikannya dengan bersikap profesional.

"Baik pak, sudah sewajarnya karena saya guru kelas Dino."

"Kalau begitu saya pamit," katanya. Lalu beralih pada Dino yang bergelayut manja di tangan Virgia. "Dino jangan nakal ya? Jangan buat ibu guru susah."

Dino mengangguk-angguk.

Setelah itu Verdyan pun berlalu dengan Toyota Rush-nya.

  ♫♫♫  

HOT DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang