Jam menunjukkan pukul 00.37 WIB ketika Virgia membuka mata dan merasakan dahaga di tenggorokannya. Dia haus. Tapi enggan berdiri untuk membawa minum yang sudah disiapkan suami tercinta di atas meja sebelum mereka terlelap.
Saking manjanya, dia berpikir untuk membangunkan suami tercintanya saja untuk sekedar membawakannya minuman itu. Entah mengapa semenjak dia dinyatakan hamil, dirinya menjadi manja.
Suami tercinta, Verdyan, menggeliat khas orang bangun tidur. Matanya enggan terbuka. Tapi karena tubuhnya diguncang-guncang oleh Virgia maka dengan terpaksa dia membuka mata dan menatap wajah istrinya yang sedang merenggut kepadanya.
"Kenapa, sayang?" Tanyanya serak. Tangannya menggapai kepala Virgia dan mengelusnya lembut.
"Aku mau minum, haus." Katanya manja.
"Minum?" Katanya membeo. Kemudian dia terduduk dan menggapai segelas air putih yang sudah disiapkannya tadi sebelum tidur. Verdyan sudah tahu kebiasaan istrinya itu semenjak hamil bila tengah malam akan meminta minum.
Sebelum memberikan gelas itu, terlebih dahulu Verdyan mendudukkan Virgia dengan disangga oleh bantal untuk bagian punggungnya. Kemudian membantu Virgia meminumnya.
"Sayang...."
"Hm?" Verdyan sudah bersiap-siap akan tidur lagi setelah membaringkan Virgia dan akan memeluknya ketika Virgia memanggilnya.
"Rujak."
"Hm?"
"Aku pengen rujak."
"Aku salah dengar kan sayang?" Verdyan pura-pura tidak mendengar permintaan Virgia dan memeluknya.
"Kamu tidak salah dengar sayang, aku memang ingin rujak."
Verdyan menghela napas dan merenggangkan pelukannya.
"Kamu bercanda kan pengen rujak tengah malam begini?"
"Aku gak bercanda, aku pengen rujak!" Rajuk Virgia seraya duduk. Verdyan ikut-ikutan duduk dan menatap frustasi istri tercintanya yang sedang mengidam itu.
Verdyan menyentuh lembut pipi Virgia dengan lembut. "Tengah malam begini mana ada yang jualan rujak sayang. Besok aja ya aku beli di langgananmu itu. Janji deh. Sekarang tidur yuk, besok aku harus berangkat pagi-pagi...." Katanya memberikan pengertian.
"Kata siapa kamu harus beli ke luar? Aku gak sekejam itu menyuruhmu pergi tengah malam begini."
"Lalu?" Verdyan menatap Virgia bingung.
"Buatkan." Virgia tersenyum senang.
"Hah?"
*****
Singkat cerita, mereka kini sedang berada di dapur. Virgia menatap geli Verdyan yang sedang mencuci mangga dan jambu air yang diambilnya di dalam lemari es. Setelah itu Verdyan mengupas cangkang mangga dan mengirisnya tipis-tipis sampai membuat Virgia mengomel.
"Sayang, jangan terlalu tipis mengupasnya memangnya diserut?"
Verdyan menghela napas. "Terus bagaimana yang benar? Aku belum pernah membuat rujak, sayang."
"Sini aku beri contoh dulu...." Dengan sigap Virgia mengambil pisau dari tangan Verdyan dan tidak lupa dengan mangganya. Kemudian mengupas mangga itu seperti sudah biasa.
Setelah memberikan contoh beberapa potongan, Virgia memberikan pisau dan mangga kepada Verdyan lagi.
Kening Verdyan berkerut. "Kok gak diselesaikan saja? Padahal lebih cepat kalau kamu yang buat, sayang."
"Aku kan pengennya rujak buatan kamu sayang." Virgia tersenyum manis. Saat Verdyan ingin memprotes, Virgia menambahkan. "Bawaan bayi sih, mengerti ya.... hehehe."
Kalau sudah bilang begitu Verdyan bisa apa? Hahaha
Kegiatan berlanjut dari kupas-mengupas ke uleg-menguleg (maaf kalau rancu.haha). Verdyan harus bersabar mengikuti intruksi Virgia yang mengatakan ini lah itu lah. Untung saja istrinya itu sedang hamil, kalau tidak dia bersumpah akan memakannya tanpa ampun.
Tapi kegiatan makan-memakan itu harus Verdyan pikir ulang lagi mengingat kejadian tempo hari yang membuatnya seketika merinding. Pernah sekali waktu dia ingin berhubungan intim dengan Virgia tanpa sepersetujuannya terlebih dahulu karena memang karena saat dia ingin dia akan merayunya habis-habisan agar Virgia mau.
Tapi beda ketika Virgia sedang hamil. Istrinya itu langsung mengamuk dan menangis histeris dan mengatainya cabul. Dikatai cabul oleh istri tercinta membuat hatinya sakit. Belum lagi esok harinya Virgia mogok bicara padanya dan memaksa tidur di kamar Dino. Verdyan sampai harus membujuk Virgia habis-habisan agar dirinya tidak tidur sendirian di kamar. Emosi ibu hamil sungguh mengerikan.
Agar kejadian tidak menyenangkan itu tidak terulang lagi, maka Verdyan mengikuti semua kemauan Virgia yang sedang mengidam itu. Dia tekan keinginan batiniahnya untuk meminta jatah yang sudah telat tiga minggu lebih. Sungguh ini sangat menyiksa baginya mengingat Virgia baru memasuki bulan ke-3 masa kehamilannya. Dia tidak akan tahan jika harus puasa selama sembilan bulan. Bisa-bisa dia mati kesepian. Hahaha
"Enak?" Tanya Verdyan ketika melihat Virgia mencicipi hasil buatannya. Sekarang mereka sudah pindah ke ruang keluarga dan menyalakan televisi yang volumenya dikecilkan karena takut membangunkan Dino.
"Enak, siapa dulu dong yang buatnya?" Katanya sambil tersenyum senang.
Melihat senyum cerah Virgia membuatnya nyaman dan juga ikut senang. Tidak apa-apa deh Verdyan kelimpungan karena ngidam Virgia yang sedikit membuatnya kerepotan demi calon jabang bayi yang sedang ada dirahimnya. Tidak apa-apa juga kalau Virgia bersikap kelewat manja padanya malah Verdyan sangat senang. Hanya saja jika dia tidak segera mendapatkan jatah.... mana tahan? Hahaha
"Hadiahnya?" Tanya Verdyan menunggu.
Virgia mencium pipi Verdyan dengan mesra.
"Hanya itu?" Tanya Verdyan sambil mengerling nakal.
"Iya, hanya itu."
"Jangan bercanda sayang, kamu harus bertanggung jawab karena sudah membuat kantukku hilang." Katanya sambil mengendong Virgia lembut.
"Katanya besok harus berangkat pagi-pagi?" Goda Virgia dalam gendongannya.
"Itu urusan nanti. Saat ini ada urusan yang lebih mendesak."
Mereka pun masuk kamar. Dan selanjutnya bayangkan sendiri apa yang terjadi. He
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY
RomanceVirgianita Lukman menyukai anak kecil, makanya mengapa dia lebih memilih menjadi guru TK dibanding dengan pekerjaan yang lain. Di usianya yang terbilang matang, dia selalu digoda kedua kakak laki-laki serta kedua kakak iparnya dengan menjodoh-jodohk...