"Loh loh loh, pulang-pulang kok matanya sembab gitu?" Tanya Yoga begitu mereka pulang ke rumah. Baik Virgia maupun Verdyan sama-sama diam.
"Jangan-jangan lo apa-apain ade gue ya?" Tuduhnya pada Verdyan.
Virgia melenggang masuk tanpa mengucapkan apa-apa dan langsung menuju lantai dua. Kamarnya. Kayla dan Dino pun yang heboh memanggil namanya dari ruang keluarga ketika dia melintas tidak dihiraukan sama sekali.
"Sebaiknya biarkan dia sendirian dulu." Kata Verdyan perhatian.
"Ada apa sih sebenarnya?" Yoga gemas jadinya. Dia paling malas kalau disuruh tebak-tebakan seperti ini.
"Tadi dia bertemu dengan seseorang di acara pernikahan."
"Siapa?"
Verdyan mengangkat bahu. "Yang jelas orang itu membuatnya jadi begini."
"Kalau lo ngomong gitu, kayaknya gue tahu deh siapa orangnya." Kata Yoga penuh makna. Verdyan mengangkat alis. Penasaran.
Di dalam kamarnya, Virgia melanjutkan tangisnya yang belum selesai sambil membuka baju dan menggantinya dengan kaos belel dan celana jins selutut khasnya jika di dalam rumah. Lalu merebahkan tubuhnya ke tempat tidur sambil membekap mulutnya dengan bantal. Tangisnya pun mengeras seolah akan teredam dengan adanya bantal itu yang menghalanginya.
Pertemuan tadi begitu menyakitkannya. Menambah luka yang masih menganga dalam hatinya. Dia tidak pernah menyangka pertemuannya lagi dengan Azwar akan seperti itu. Hatinya memang membenarkan perkataan Azwar tadi tapi dirinya ingin menyangkal, ingin berdusta bahwa yang dikatakan oleh Azwar adalah salah. Azwar hanya ingin lari dari rasa bersalah karena sudah menyakitinya dulu. Tapi dilain pihak, dia tahu seblak-blakannya Azwar, lelaki itu tadi mengucapkannya dengan tulus. Ingin yang terbaik untuknya. Azwar ingin dia melupakannya dan hidup bahagia menjalani hidup dengan orang lain. Karena mereka memang tidak berjodoh.
Mama mengetuk pintu kamarnya tapi tidak ada sahutan. Kalau sudah begini cara yang terbaik adalah membiarkannya sendirian untuk menumpahkan semua emosinya. Barulah setelah reda tangisnya, mama akan mencoba berbicara dengannya dari hati ke hati.
♫♫♫
"Mah, laper." Kata Virgia sore harinya yang matanya bengkak dan merah serta rambut acak-acakan. Mama menatapnya takjub tanpa berkata apa-apa.
"Mah," rengeknya.
"Apa sayang?" Tanya mama sambil tersenyum.
"Laper."
"Yuk, ikut mama." Ajak mama sambil menggiringnya ke dapur.
Sesampainya di dapur, mama memanaskan sayur asem dan sambil goreng terasi. Kemudian menggoreng tahu dan ikan teri. Beberapa menit kemudian makanan sudah dihidangkan di meja makan. Virgia langsung melahapnya tanpa babibu. Mama tersenyum melihatnya.
"Makannya pelan-pelan dong."
"Yang lain ke mana mah?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya.
"Udah pulang dari tadi."
Virgia ber-oh ria. Sebenarnya dia sedang berbasa-basi. Dia tahu kalau mama sedang menunggu penjelasannya tentang mengapa tadi dia pulang dengan mata sembap dan sekarang matanya bengkak serta berpenampilan acak-acakan.
"Aku udah beres mah, makasih makanannya."
"Gak mau nambah? Makanmu kok cuma sedikit?"
"Udah kenyang mah. Sekarang aku mau mandi dulu biar fresh."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY
Любовные романыVirgianita Lukman menyukai anak kecil, makanya mengapa dia lebih memilih menjadi guru TK dibanding dengan pekerjaan yang lain. Di usianya yang terbilang matang, dia selalu digoda kedua kakak laki-laki serta kedua kakak iparnya dengan menjodoh-jodohk...