Bagian Lima

16K 978 9
                                    

Jangan ditanya deh bentuk rumah Dino bagaimana. Yang jelas rumah itu bertingkat dua dengan diberi cat pastel, di sebelah kanan terdapat kolom ikan mini di pekarangan rumahnya yang luasanya 3 meter x 2 meter−yang di sekeliling kolamnya dipenuhi pot-pot kecil berisi tanaman kaktus (bagian ini Virgia kurang setuju. Harusnya bukan tanaman kaktus tapi bunga seperti rose untuk menambah keindahan), sementara di sebelah kirinya terdapat sebuah garasi yang dapat menampung Toyota Rush-nya Verdyan.

Begitu masuk ke dalam rumah, pewangi ruangan beraroma lavender menyambutnya. Jangan ditanya lagi bagaimana gambaran di dalam rumah. Pokoknya luas dengan segala macam properti dan elektronik yang mewah yang ditempatkan sesuai kombinasinya. Tapi ada sesuatu yang kurang. Seperti kurang sentuhan wanitanya.

Pegal rasanya tangan Virgia karena diseret ke sana ke mari oleh Dino. Kini dia berada di kamar Dino. Bisa ditebak kamarnya penuh dengan mainan.

"Aku tidur sendiri di sini, bu guru. Kalau malem suka dingin tapi sama papa suka diselimutin." Celotehnya.

Virgia terkejut. "Kamu tidur sendiri di kamar seluas ini?"

Dino mengangguk sedih. "Sejak mama gak ada aku suka tidur sendiri."

"Oh, maafin ibu ya. Ibu sudah buat kamu sedih." Belainya sayang.

Dino menghapus air matanya yang mengintip di pelupuk mata dengan semangat. "Gak apa-apa kok bu, sekarang kan sudah ada ibu!"

Setelah itu mereka bermain. Virgia dengan setia mendengarkan celotehannya Dino. Dia merasa kasihan padanya. Mungkin selama ini dia ingin ditemani mengobrol seperti ini, sementara papanya sibuk bekerja dan Virza...ngomong-ngomong soal Virza, ternyata dia adalah anak dari kakaknya Verdyan. Entah bagaimana kini dia tinggal bersama Verdyan dan Dino.

"Dino." Kata Verdyan menengok dari balik pintu.

Mereka pun menoleh. Sekilas mata Verdyan bertemu pandang dengan Virgia. Tapi Virgia langsung membuang muka terang-terangan. Verdyan mengernyit lagi.

"Makan dulu yuk?" Lanjutnya.

"Ibu guru juga?" Tanya Dino penuh harap.

"Tentu, bu guru juga." Jawab Verdyan sengaja menatap Virgia yang pura-pura sibuk dengan mainan yang ada di tangannya.

♫♫♫

Waktu makan malam sudah tiba. Virgia jadi menumpang makan malam di rumahnya Dino. Hidangan makan malamnya dengan sup jagung, ayam goreng, krupuk, dan sambal. Virgia kurang berselera makan padahal masakan bi Sum lumayan enak. Habis dia tidak sengaja duduk berhadapan dengan Verdyan. Dengan otomatis Verdyan jadi bisa menatapnya leluasa. Dia melirik Virza. Sepertinya anak itu pun tidak berselera. Makanannya hanya diaduk-aduk tidak jelas. Wajahnya sangat murung. Lalu dia memfokuskan kembali kepada Dino yang terus berceloteh dengan riang.

Tiba-tiba hp Virgia yang disimpan dalam celana jinsnya bergetar. Telepon dari mamanya. Dia pamit ke belakang untuk mengangkatnya.

"Halo? Assalamualaikum mah. Iya aku tahu, tadi mendadak aku ada urusan lain. Bentar lagi pulang kok. Iya iya tenang aja, aku bisa jaga diri. Beli martabak bangka? Siap. Iya, waalaikum salam." Katanya. Lalu memasukkan lagi hp-nya ke dalam saku celana jinsnya.

"Panggilan pulang?" Tanya seseorang.

Verdyan sudah ada di belakangnya. Virgia terkejut. Sejak kapan dia ada di sana?

Virgia berlalu tanpa menghiraukannya. Memang tidak sopan tapi dia masih kesal dengan Verdyan. Bisa-bisanya sekarang dia bersikap santai seperti itu padahal kemarin sudah menghilang dan tidak pernah mengiriminya sms lagi.

Tepat pukul 20.00 WIB, Virgia pamit pulang. Verdyan bersikeras ingin mengantar pulang. Tentu saja Virgia menolaknya. Tapi Dino merengek ingin ikut mengantar pulang ibu gurunya. Jadi, dengan terpaksa Virgia menerima tawaran Verdyan.

HOT DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang