🐍Empat🐍

703 104 13
                                    


Yerin dengan senyum lebar masih menatap pantulannya sendiri dari kaca mini yang ia bawa setiap harinya. Yerin menoleh ke Joy lalu bertanya, "Hari ini jadwal kita ngapelin siapa si Joy?" tanya Yerin masih sibuk menyisir rambutnya sendiri.

Joy yang sedang menidurkan kepalanya bersandar di meja menatap Yerin dari samping dengan malas. "Gue lagi nggak mood. Lo aja gih."

"WHAT!?"

Yerin kaget bahkan hampir saja menjatuhkan softlens yang baru saja ingin ia pakai kali ini. Yerin buru-buru merapihkan kotak softlens nya lalu mendekat melihat Joy yang sedang menidurkan kepalanya di atas tangan. "Kenapa si? Anak rohis waktu itu lagi? Sini gue yang cari dah, ciri-cirinya gimana?" tanya Yerin gregetan juga karena Joy sejak kemarin terlihat tak semangat tidak seperti biasanya.

Joy menggelengkan kepalanya. "Gua aja nggak bisa temuin dia apalagi lo Rin."

"He lo lupa koneksi gue tuh dimana-mana ha?" tanya Yerin mulai belagak lagi. "Joya lo nggak usah khawatir cukup kasih tau gue ciri-cirinya gimana dan beres," katanya lalu melipat kedua tangan dan menidurkan kepalanya menatap Joy. "Seganteng apasih tuh orang. Sampe lo kayak gini? Ganggu jadwal rutinitas kita tau nggak."

"Dia sangat sangat amat tampan dan bercahaya asal lo tahu Rin."

Yerin hampir saja ingin mengumpat kasar kalau saja tak ingat bahwa temannya satu ini sedang galau. "Yaudah jadwal kita hari ini ganti aja jadi hinggap ke seluruh kelas dua belas, gimana?"

Sebenarnya Joy pengen banget marah plus jambak rambut Yerin rasanya. Gimana nggak marah kalau Yerin dengan entengnya bilang 'hinggap' disangka Joy itu lalat kali ya suka nemplok sana-sini.

Masih melihat wajah cemberut Joy, Yerin lantas menepuk pundak Joy. "Udah deh nggak usah banyak pikir kasian otak lo." kata Yerin sambil menarik Joy untuk keluar kelas.

Joy hanya tertarik pasrah. Yerin ini kalo ngomong tuh emang nggak pernah di filter, bikin Joy rasanya pengen khilaf memukul Yerin dengan batu besar.

"Ck jangan cemberut," celetuk Yerin menyadarkan Joy dari lamunannya. "Please deh Joy lo kayak gini tuh sama aja kayak bikin makanan tapi gak pake micin," kata Yerin membuat Joy mengangkat alis tak mengerti. "Suka sama seseorang tapi nggak ada usaha sama sekali itu rasanya kayak ada yang kurang, hambar banget tau gak."

Joy mencibir pelan mendengar itu, "Gue udah usaha Rin. Emang cowok satu ini aja yang susah ditemuin."

"Halah usaha darimana siㅡEH KAK YUNHYEONG."

Joy hampir saja latah kaget ketika Yerin tiba-tiba memekik memanggil seseorang. Joy mendelik menyadari suara Yerin kali ini menjadi lebih halus dan terlihat imut. Padahal tadi Yerin sedang ngomel-ngomel seperti ibu-ibu yang sedang menceramahi anaknya.

Cih, dasar wanita ular.

"Kak Yunhyeong mau kemana?" tanya Yerin tersenyum lebar.

Laki-laki yang dipanggil Yunhyeong tadi hanya tersenyum tipis. "Ke lab. Kalian berdua mau kemana?"

"Oh ini biasa kak," balas Yerin sambil memukul pelan lengan Joy. "Temanku yang satu ini mau nyari mangsa baru. Emang ini anak nggak mau tobat-tobat ya kak. Padahal aku udah bilangin dia, tapi masih aja ngeyel."

Joy semakin mendelik, karena sudah tidak tahan dengan semua ini, tanpa belas kasihan Joy segera menginjak kaki Yerin dan langsung beranjak pergi.

Bodo amatlah itu anak ular emang harus di gituin sekali-kali.

"Aduh Joya apasih. Huhuhu sakit kak, sakit banget ini Kak Yunhyeong, huhuhu."

Joy sempat menoleh saat mendengar itu lalu mengacungkan jari tengahnya kepada Yerin. Sedangkan laki-laki bernama Yunhyeong itu sedang berjongkok entah untuk apa Joy nggak mau tahu dan gak ngurus.

Charity Box Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang