"Jadi nggak main kerumah Eunha?" tanya Jisoo kepada yang lain.Yerin yang masih sibuk berkaca di spion motor berkata, "Jadilah! Lagian gue udah rindu mama Eunha nih, mau minta makanan enak." sahut Yerin sambil mengedipkan matanya ke Eunha.
"Yang bawa motor siapa aja? Nggak cuman gue doang kan?" tanya Eunha memastikan.
Hari ini keenam gadis ini berniat main kerumah nya Eunha. Kata Yerin dan Joy rumah Eunha tuh adem banget, nggak terlalu besar tapi suasana nya tuh enak banget. Di tambah lagi ada wifi disana dan juga jangan lupa mama nya eunha tuh baik banget, pasti bakal dimasakin makanan yang enak.
"Gue, Yerin sama Joy bawa kok Na." kata Lisa menunjukkan kunci motornya.
"Gue bareng lu ya Lis." kata Wendy yang sudah duduk anteng di atas motor scoopy Lisa.
"Gue mau bawa sendirian aja ye, nggak mau bonceng orang." kata Yerin yang sudah mulai menyalakan motor matic nya.
"Gue juga mau sendiri aja." balas Eunha yang sedang memakai helm.
"Dih Jisoo sama siapa?" tanya Joy kepada yang lain, walau berikutnya Joy mengumpat. "Dasar ya lo semua sengaja!"
Yang lain hanya mengangguk dan terkekeh.
"Eh gue jalan duluan ya mau beli cemilan. Lisa sama Yerin ikutin gue dari belakang. Joy lo masih inget jalan nya kan?"
Joy hanya mengangguk pasrah. Setelah Eunha, Yerin, Wendy dan Lisa sudah tak terlihat. Joy dan Jisoo segera bergegas menuju parkiran untuk mengambil motor.
"Jis lo yang bawa nih," kata Joy menyerahkan kunci motornya kepada Jisoo.
Jisoo mendorong uluran kunci motor itu. "Dih gue mana bisa naik motor si Joy, gue bisanya bawa motor gigi bukan matic."
"Yaudah itu berarti bisa. Matic lebih gampang." sahut Joy masih mencoba tenang.
"Nggak Joy gue nggak bisa bawa motor matic." balas Jisoo.
"Jis dimana-mana orang kalo udah bisa bawa motor gigi pasti bisa bawa motor matic. Cuman main gas sama rem doang." sahut Joy mulai tak tahan, gregetan.
"Nggak Joy. Gue nggak bisa bawa motor matic. Nanti kalo kita kenapa-napa bahaya."
Andai menikam orang dengan pisau bukan suatu perbuatan dosa dan tidak akan mendapat hukuman, mungkin Joy sudah menikam Jisoo dari dulu.
Tak ingin membuang banyak tenaga karena harus berdebat dengan Jisoo, Joy segera menyuruh Jisoo agar menunggunya di depan gerbang saja.
Joy masih kepikiran apa yang dibilang Kak Seolhyun waktu itu. Katanya dia mau membantu Joy mendapatkan info tentang kakak pembawa kotak amal nya. Tapi ini sudah terhitung empat hari setelah Kak Seolhyun berjanji seperti itu dan sampai saat ini Kak Seolhyun belum mengabari nya sama sekali.
Setelah menyalakan motor nya, Joy segera tancap gas menuju gerbang sekolahnya. "Jis ayo naik." ajak Joy.
Jisoo mengangguk, baru saja ingin naik ke atas motornya Joy. Mata Jisoo sudah menangkap sebuah objek yang silau yang membuat jantung nya berdetak lebih cepat. Halah.
Joy yang sudah menunggu Jisoo naik hanya bisa berdecak. "Jis ayo naㅡ"
Apa Joy boleh berteriak sekencang mungkin sekarang. Ini sejak kapan kakak pembawa kotak amal nya berdiri tepat di sebelah kiri nya seperti ini.
Kenapa si Kak Sungjae itu suka muncul tiba-tiba kayak setan.
Joy mengerjap, tersadar. "Jiss ayo naik dih."
Bukannya segera naik, Jisoo malah curi-curi pandang ke kakak pembawa kotak amal itu. Astaga untung Joy ini baik hati. Kalo tidak, mungkin Joy sudah tancap gas dan meninggalkan Jisoo sendirian disini.
Tapi tunggu deh, ini kok tumben banget Kak Sungjae berdiri di deket gerbang sekolah gini. Padahal mah biasanya kalo udah bel pulang bunyi Kak Sungjae udah lenyap entah kemana.
Setelah Joy diperhatiin kayaknya kakak pembawa kotak amal nya ini lagi nunggu jemputan deh. Soalnya dia sesekali buka handphone terus ngeliat ke jalanan.
Aduhh Kak ini dibelakang aku kosong kok, sini pulang bareng sama aku aja. Jisoo mah tinggalin aja disini. Hehehhe.
Saat sedang asik dengan lamunan nya sendiri. Pemuda yang sedang mereka berdua perhatikan itu tiba-tiba saja menoleh dan menatap Jisoo dan Joy.
Joy yang sudah ketangkap basah sedang memerhatikan Sungjae entah kenapa langsung salah tingkah ditatap seperti itu. Joy langsung buang muka tak ingin saling tatap dengan kakak pembawa kotak amal itu.
Jisoo, cewek satu ini bukannya buang muka karena udah ketangkap basah malah membalas tatapan Sungjae. Entah itu sikap berani atau sinting memang beda tipis.
Joy diam-diam menendang kaki Jisoo, memberi kode. "Ini si Eunha mana si elah!" omel Joy tiba-tiba dengan suara yang sengaja dikeraskan.
Jisoo menoleh dan mengangkat alis mendengar hal itu. "Eunha kan udah pulang duluan tadi," jawab Jisoo polos.
Mendengar itu Joy semakin malu. Ini Jisoo kok nggak bisa diajak kerja sama gini si. Ditambah lagi kakak pembawa kotak amal nya itu masih menatap ke mereka berdua.
Bodo lah mending Joy berakting sendiri aja.
"Ini si Eunha kemana si anjing!" umpat Joy. "Bangsat banget gue udah nunggu lama! Liat aja nanti gue selepet tuh bocah!" racau Joy tak jelas.
Jisoo yang masih belom mengerti situasinya hanya bisa mengerutkan dahi.
"Bangsat tuh anak! Nggak tau diri banget kita udah nungguin dia daritadi."
"Joy kenapa si? Kok jadi aneh?" tanya Jisoo.
Joy melotot kepada Jisoo. "Udah ayo cepetan naik!" katanya galak.
Melihat raut wajah Joy yang sudah kesal, Jisoo hanya bisa mengangguk dan segera naik keatas motor. Dan benar saja tanpa basa-basi lagi Joy langsung tancap gas. Bahkan Jisoo yang baru saja duduk jadi kaget karena itu. Mereka tidak sadar bahwa Sungjae masih berdiri ditempatnya dengan senyum yang tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charity Box
أدب الهواة[✔] Katanya si ini semua berawal dari Joy si kutu loncat kepincut sama kakak kelas anak rohis yang suka minta infaq hari Jum'at. Itu baru katanya, karena nyatanya ini semua berawal dari Love At First Sight, kakak pembawa kotak amal dengan gadis jang...