WARNING!!! Akan ada cerita yang di-private karena ada unsur yang hanya diperuntukkan 18+
Sekali lagi, cerita ini terinspirasi oleh game otome Shall We Date?: Ninja Shadow. Dan, ini juga jadi cerita FF sageuk dan genderswitch pertamaku!!!
Keluarga Do...
Setelah memastikan wanita dan anak itu menemukan tempat yang aman, aku berjalan berkeliling untuk melihat apa yang tersisa dari desa. Kata-kata terakhir Yixing Urabeonim selalu ada di pikiranku. Sepertinya, tidak ada korban selamat lainnya. Begitu kembali ke reruntuhan gudang yang membara, perasaan kehilangan yang tak terkatakan menyapu tubuhku.
Urabeonim tidak mungkin mati. Maldo andwae. Dia selalu baik hati. Terlalu baik, bahkan. Mencoba menyelamatkan semua orang, dan membayar harganya untuk itu. Dia selalu seperti itu.
Saat aku menatap api yang masih mengaum, aku terpaku. Aku tidak bisa bergerak dan tidak bisa meninggalkan gudang ini.
Aku tidak bisa berbuat lebih banyak untuk desa ini. Aku harus pergi, saat ini juga...
Saat itulah aku mendengar tawa yang terbahak-bahak menghancurkan kesunyian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada seorang pria berjalan melewati api, yang kelihatannya bukan berasal dari kerajaan ini. Dengan gembira, dia menendang tubuh yang dia temui, yang hidup maupun yang mati.
"Ha ha ha ha ha!" Tawanya yang licik memenuhi desa mati ini. "Inilah akibatnya bila kalian semua, termasuk Raja Taejong kalian yang Agung, berani melawanku! Bakar semuanya sampai habis!"
Dengan gembira dia menyalak perintah kepada antek-anteknya, lalu terkekeh dengan kegilaan yang mengerikan.
"Bila kalian semua melawanku, berarti kerajaan kalian akan hancur!!! Memohon saja, sesuka hati kalian. Aku akan tetap membakar rumah dan kerajaan kalian!!!"
Pria ini...dialah yang membumihanguskan desa!
Tidak lama setelah pikiran itu melintas di kepalaku, maka aku merasakan napasku tertahan di tenggorokanku dan darah mengalir deras ke kepalaku. Aku mempersiapkan pedangku yang terpercaya.
Kematian kakakku harus dibalas! Tidak peduli berapa banyak antek yang dia miliki, aku adalah seorang ssaurabi. Mudah saja memenggal kepala pria itu. Aku tidak peduli apakah aku hidup atau mati, asalkan aku bisa membunuhnya!
"Baiklah, itu sudah cukup. Kita akan kembali ke Busan. Berita akan menyebar tentang apa yang terjadi di sini, cukup cepat."
Dengan itu, ia membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan pergi. Itu adalah kesempatan sempurna...atau begitulah, pikirku. Sambil mencengkeram peganganku di pedangku, aku mengambil langkah pertamaku melalui api. Dalam sekejap mata, pria itu dikelilingi oleh antek-anteknya. Tampaknya tentara-tentara muda yang ganas ini telah merasakan kehadiranku.
"Siapa di situ? Apakah ada orang bodoh yang sedang mencari darah?"
Pria yang mengejek itu meludah, sementara antek-anteknya menyipitkan mata untuk mencoba melihatku. Syukurlah, dinding nyala api bertingkah seperti selubung dan menyembunyikan posisiku. Jelas sekali, bahwa mereka tidak akan melakukan langkah pertama. Pria itu tampak merasa aman dalam keamanannya sendiri. Dia berbalik untuk pergi, tertawa terbahak-bahak.