6

4.2K 161 7
                                    

Seketika dibalik tembok terlihat Alvina menatap tajam Allan, pandangannya sudah memburam akibat airmata yang sudah memenuhi matanya bahkan akibat menangis subuh tadi saat ini Vina memakai kacamata dan makeup agar mata sebabnya tersamarkan.

'Aku percaya didalam lubuk hatiku kau mencintaiku tapi aku benci apa yang ada di otakku adalah kau menduakanku' batin Vina berbalik berjalan keluar dari gerbang sekolah.

Hingga pak James mencegatnya "kemana kau bolos dasar murid nakal" Ucapnya sebari menatap Vina aneh.

"Gak pak saya permisi mau pulang saya sakit" jawab Vina dengan suara serak hingga mata Pak James berubah menatap prihatin Vina.

"Oh baiklah siapa yang menjemputmu Hati hati dijalan yaa..." ucap pak James yang Vina jawab dengan ganggukan.

Di perjalanan menuju rumah Vina enggan rasanya menaiki taxi lebih baik ia berjalan sebari mengeluarkan sakit hatinya dengan tangisnya.

Bahkan hingga hujan turun Vina tak manggubrisnya dengan hati sudah hancur Vina dengan tangis nya berjalan dengan diiringi derasnya hujan membuat tubuhnya sangat basah kuyup tak peduli suara petir dan mobil meciprati rok ataupun baju sekolahnya yang hanya difikirann saat ini hanya rasa sakit dan hancur.

Tubuhnya seakan matirasa mengingat kasih sayang Allan dan seketika hancur disaat mengingat telefon tersebut.

Hingga sampailah di gerbang rumahnya.

"Non kok udah pulang ayo masuk ini hujan deras non bisa sakit" ucap Pak John menggiring Vina masuk kedalam rumah hingga.

Pelayan rumah menatap Vina khawatir langsung saja mengerumuni Vina dengan beribu pertanyaan.

"Sudalah siapkan air hangat aku mau mandi dan makan malam bubur dan air hangat itu saja bawa ke kamar dan jangan terima tamu" ucap Vina masuk dengan wajah sangat pucat dan tubuhnya yang sempoyongan.

Dengan wajah pucat Vinapun memasuki batubnya lalu mandi air hangat dengan lambat akibat pergerakan sedikit saja sudah membuat Vina pusing.

Dengan susah payah Vina menyelesaikan mandinya lalu mengganti bajunya dengan piama dres langsung saja berbaring di ranjangnya.

Hingga telphonnya berbunyi nyaring dengan wajah pucat tanpa tenaganya susah payah Vina menengok tertulis nama Allan seketika senyum simpul tercetak di bibirnya hingga.

Plak...

Plak.....

"Ini terlalu sakit disaat kau sama sekali tak memastikan keadaanku dan malah bersama orang lain" ucap Vina lalu lagi lagi melempar benda didekatnya hingga.

"Ada apa Non kenapa Vas bunganya jatuh" tanya Alin pelayan yang membawakan bubur Vina.

"Tak apa tolong panggil yang lain membersihkan ini lalu suapi aku tubuhku terasa berat lalu ambilkan obat di dapur dan vitaminku dilaci" ucap Vina serak lalu dipanggil Afi.

Setelah sarapan Vinapun nonton TV hingga matanya teralih saat telefon kamarnya berdering.

"Hallo" ucap Vina serak menahan pusing yang menganggu kepalanya.

"Sayang" jawab Allan seketika Vina menangis.

"Jika kau ingin dengannya pergi saja jangan peduli padaku lakukan maumu dan jangan kesini kumohon" ucap Vina seketika telephone jatuh diikuti tubuh Vina yang limbung hingga kegelapanpun merenggut matanya yang semakin lama semakin tertutup.

Seketika mata Vina terbuka dan putih hanya satu kata putih dan pertama kali yang Vina lihat dokter.

"Astaga Vina kenapa kondisimu begini sangat memprihatinkan sangat lemah untuk alergi tak kambuh jika hal kondisi ini alergimu juga kambuh kamu bisa mati" ucap Paman Manuel serius.

EquincoupL (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang