32

2K 68 3
                                    

Vinapun masih tetap stay di mansion sakit kepalanya sudah berangsur membaik tapi wajahnya masih pucat dan tubuhnya masih  demam.

Berulang kali Sila menyarankan menelfon Allan tapi dijawab gelengan lemah Vina.

Iapun naik kekamarnya lebih tepatnya kamar Allan yang dianggap miliknya, membersihkan dirinya lalu makan malam, dikepalanya hanya terngiang cara bernegosiasi dengan tunangannya yang posesif, dan dingin itu, serta apa arti dirinya bagi Papanya.

Hingga baru saja menyuap satu sendok bubur tiba tiba brak......

Pintu depan dibuka dengan kasar, dan beberapa menit kemudian tampaklah wajah laki laki itu.  Dengan rambut berantakan,  kemeja tak terkancing, dan celana hitam kerja bahkan sepatu kulitnyapun masih dipakainya, dan usng paling mengrikan lingkaran hitam yang mrnghiasi matanya.

Pria itupun mendekat dengan wajah datar, dan tanpa aba aba.

Cup..

Iapun melumat lrmbut penuh kerinduan bibir pink manus Vina, yang dijawab pelototan oleh Vina.

Hingga sebuah isakan terdengar "aku merindukanmu jangan tinggalkan aku" ujarnya penuh penyesalan, dan rasa sakit, bahkan air matapun sudah turundari kedua mata tunangannya yang tak lain pria kutub setan itu.

Vinapun segera mendorong Allan,  dan berusaha lepas dari ciuman itu, tapi nihil hingga Vinapun memencet hidung Allan prbuh kekesalan, dan.

"Lepas!!  selalu menangis jika kau menyesal,  dan mengulanginya lagi. Apa kau tau rasanya, ingin percaya tapi logika berkata lain" Ujar Vina menatap Allan intens dengan tatapan mata datar, dan dingin.

Vinapun duduk di sebuah single sofa "kau menyesal, minta maaf itu nampak dimatamu tapi pernahkah saat melakukan sesuatuhal yang berhubungan dengan wanita lain kecuali Mamamu tak bisakah fikirian perasaanku dulu?" tanya Vina dengan nada suara parau,  bahkan pertahanan kakunya telah mengikis.

"Dan kau tau aku ini anak angkat ayah kandungkupun tak ingin denganku,  aku ini buangan" ujar Vina hingga saat ia berbalik.

Lagi lagi sama..

Bruk....

Tubuh Vinapun ambruk dan seketika kegelapan menjemput.

Dan Allan seketika panik segeran meenlfon dokternya dengan wajah sudah pucat pasi.

Hingga setelah Vina diperiksa Leipun kembali menghela nafas "ini sudah ke 2 kalinya Al. Kau harus lebih bersabar ia sudha mengalami depresi tingkat sedang, jaga emosinya,  perasaannya sedikit guncangan bisa fatal, dan bicaralah pelan pelan apa beberapa tahun lalu ia pernah begini sampai mana tahap terparahnya jika kau tidak memberitahuku kondisinya yang sesungguhnya maka banyak penyakit mental akan berakibat untuknya"  ujar Dokter lalu segera memberi resep dan pergi.

Malampun makin larut hingga pagipun sudah menyambut. Matahari mulai bersinar memasuki sela - sela ventilasi, dan menerobos celah - celah gorden, sedangkan Allan masih saja stay memegang tangan gadisnya,  sebari sesekali mengerjakan pekerjaan kantornya di atas ranjang.

Hingga sebuah lenguhanpun terdengar "ughh.. "

Seketika Alanpun melirik dan menghela nafas lega, iapun tetap fokus pada laptopnya hingga.

"Dimana? kepalaku pening" gumam Vina dengan wajah pucat, menatap sekeliling hingga matanya tertuju pada satu titik.

Allan yang masih setia dengan laptopnya,  hingga Vinapun menghela nafas "Al, tak bisakah utamakan aku bukan laptopmu?" ujar Vina dengan suara parau.

Allanpun segera menoleh "sedikit lagi" ujarnya seakan cuek, hingga Vinapun menatapnya, kecewa.

Silapun datang membawa bubur, serta obat dan air "letakkan di sana" tunjuk Vina kearah nangkas.

EquincoupL (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang