"Kalau suatu saat nanti, orang yang lo suka, ninggalin lo dan pergi dari hidup lo. Lo harus balik lagi ke gue ya, Vi? Jangan beralih ke orang lain."Delvi diam. Ia sangat jarang mendengar Nilo mengeluarkan kalimat-kalimat seperti itu. Biasanya, semua kalimat Nilo itu adalah candaan terssendiri bagi Delvi. Tapi ini berbeda, Delvi juga tidak terlalu mengerti.
"Ha? Apaan? Kok, lo ngomong gitu?" tanya Delvi sembari melepas tangannya yang digenggam oleh Nilo itu.
"Ya gapapa dong. Gue kan mau mastiin aja," jawab Nilo sembari ia mengetukkan jarinya di meja makan itu.
"Mastiin apaan?" tanya Delvi lalu Nilo menaikkan kaca mata yang sedikit turun itu.
"Mastiin kalau setelah lo nangis berhari-hari, berjam-jam. Bakal ada gue yang nenangin," sahut Nilo membuat Delvi tertawa.
Nilo langsung menatap Delvi dengan tatapan anehnya. Kenapa tiba-tiba Delvi tertawa seperti ini? Apakah ada yang salah dengan kalimat.
"Lo diem ga? Berisik banget deh," kata Nilo yang merasa risih karena tawa Delvi yang mengundang pandangan pengunjung lainnya ke arah meja mereka.
Delvi masih tertawa. Bahkan semakin keras. Nilo memutar bola matanya malas, lalu ia menatap semua pengunjung yang ada dan semua pengunjung itu seolah memberikan tatapan itu temennya kehabisan obat?. Nilo hanya bisa tersenyum malu dan ia langsung memelototi Delvi yang masih saja tertawa.
Ya tuhan ...., panjang banget si napas Delvi buat ketawa kayak gitu. Itu perut Delvi enggak sakit ya?
"Gue malu anjir ....," kata Nilo sembari menutup mulut Delvi dengan kedua tangannya. "Lo diem." Lanjutnya.
Delvi menepuk-nepuk tangan Nilo supaya ia mau membuka mulut delvi yang ditutupi tangan jahanam itu.
"B-b..ukaa, woy!" kata Delvi terputus-putus karena susah untuk berbicara ketika mulut sedang tertutup. Nilo langsung membuka mulut Delvi.
"Tangan lo bau banget si," kata Delvi dan Nilo langsung menatapnya ganas.
"Heh apaan, nyadar dong. Tangan situ juga bau banget," sahut Nilo yang seolah juga tau keadaan tangan Delvi. Dan Delvi dengan bodohnya, langsung mendekatkan tangannya ke hidungnya dan mengendus-ngendus bau tangannya itu.
"Enggak kok," jawab Delvi dengan tampang herannya. Sementara Nilo sudah menahan tawanya.
"Bego banget si, gue cuma bercanda," kata Nilo dan Delvi langsung mencubit tangannya dengan keras membuat Nilo sedikit tertawa. Nilo memang sangat senang jika Delvi sudah kesal. Pasti sehabis pulang dari kedai ini, Delvi akan meminta sesuatu. Pasti.
"Ih Nilo! Dasar tukang boong," sahut Delvi dan Nilo hanya bisa menganggukan kepalanya sambil tertawa.
"Janji ya, Vi?" tanya Nilo tiba-tiba membuat Delvi menautkan kedua alisnya tanda kebingungan.
"Janji soal apa?" tanya Delvi.
"Kalau nanti orang yang lo suka ninggalin lo, lo harus balik ke gue lagi."
Delvi menghembuskan napasnya pelan. Memang, sahabatnya yang satu ini sangat sulit untuk tidak posesif kepadanya. Seolah, Nilo hanya ingin dirinya yang menempati posisi di hati Delvi. Tapi Delvi sama sekali tidak menganggap semua itu lebih. Mereka hanya sebatas sahabat. Enough.
"Ada jawaban lain, selain iya?" tanya Delvi dan Nilo langsung menggeleng.
"Tuh kan bener, enggak bakalan ada. Dasar pelit!"
Nilo tersenyum tulus menatap gadis di depannya ini. Sementara yang ditatap masih sibuk dengan ponselnya yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.
Entah kenapa menatap Delvi itu adalah kesenangan tersendiri untuk Nilo. Ia merasa seolah dirinya akan melupakan segalanya jika sudah berada di dekat Delvi. Bahkan melupakan sesuatu yang teramat sangat penting untuk hidupnya sendiri.
Nilo sangat sulit untuk mengalihkan pandangannya dari Delvi. Apalai kalau Delvi sedang tertawa. Tapi tidak tertawa yang seperti tadi, ingat, tiak yang seperti tadi.
Kalau seperti tadi, Nilo sendiri yang menanggung malu.
"Janji?" tanya Nilo sekali lagi untuk memastikan.
"Iya," sahut Delvi yang masih sibuk dengan ponselnya.
Nilo tidak kesal karena diabaikan, sama sekali tidak. Karena pada dasarnya, Delvi akan mencari dirinya jika memang sangat membutuhkan.
"Balik yuk. udah kemaleman. Nanti Tante Aletha ngamuk ke gue," ajak Nilo dan Delvi langsung mengangguk sembari memasukan ponselnya ke dalam tas.
Lalu Nilo mengulurkan tangannya dan Delvi dengan senang hati menyambut uluran tangan Nilo.
Mereka tidak lupa membayar makanan tentunya. Dan mereka langsung berjalan menuju motor Nilo dan Nilo langsung menyalakan motornya menuju rumah Delvi.
----- Behavior -----
"Kenapa baru pulang jam segini?"
Delvi terkejut. Baru saja ia membuka pintu rumah, sudah mendapat perkataan dingin seperti itu. Ia berbalik lalu mendapati Alfa berdiri tidak jauh dari tangga. Bukan Alfa namany jika tidak berkata dengan wajah yang datar.
Delvi berbalik dan langsung mendapati Alfa yang sudah berkacak pinggang diam di dekat tangga.
"Em ... anu Pah, tadi Delvi pergi nemenin Nilo ke supermarket," kata Delvi dengan suara yang cepat dengan sekali tarikan napas.
Alfa yang sedari tadi memasang wajah datar, langsung menyunggingkan sedikit senyum. "Oh, sama Nilo?"
Delvi mendongak dan menatap Alfa dengan tatapan aneh. Tadi kan, Alfa baru saja berkata dengan nada suara yang dingin. Kenapa sekarang berubah ketika Delvi hanya menyebut nama Nilo?
"Iya sama Nilo, Papa enggak marah?" tanya Delvi pelan dan Alfa langsung mendekati anak gadis satu-satunya ini. Lalu Alfa mengusap kepala Delvi dengan pelan sambil tersenyum.
"Enggak. Papa percaya sama Nilo kok," sahut Alfa yang membuat Delvi langsung memeluk Alfa.
"Kenapa Papa percaya banget sama Nilo?" tanya Delvi. Sementara Alfa hanya bisa tersenyum nanar ketika pertanyaan itu keluar dari mulut Delvi.
"Enggak, Papa cuma yakin aja sama dia. Nilo mana?"
"Udah Delvi suruh pulang Pah, udah malem. Nanti Delvi takut kalau Nilo kena omel sama Papah. Padahal Nilo udah ngerengek enggak jelas buat maksa masuk. Katanya biar dapet ketemu Papah," jawab Delvi membuat Alfa lagi-lagi mengusap puncak kepalanya anak gadisnya itu.
"Itu artinya, Nilo bertanggung jawab."
Delvi menautkan kedua alisnya. "Kok bisa?"
"Dia itu pingin bilang ke Papa, kalau anak gadis Papa bisa dia bawa pulang dengan selamat tanpa lecet sedikitpun."
****
Hai hai, Behavior update lagii.. seneng ga? Harus wkwk.
Gimana gimana sama part ini? Kasi saran dan kritik Yaa....sangat mendukung banget kritik dan saran dari kalian....
Jangan lupa vote dan komentar ya....❤️
Salam sayang, Kei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behavior [Completed]
Teen Fiction-SEQUEL OF IMPRESSED- "Kalau suatu saat nanti orang yang lo suka ninggalin lo dan pergi dari hidup lo. Lo harus balik lagi ke gue ya, Vi? Jangan beralih ke orang lain." Dia, Danilo Pratama. Pentolan SMA Bakti Cahaya yang terkenal karena pecicilan...