2.1 || Risih

18.5K 1.5K 46
                                    



Delvi merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya tanpa mengganti baju seragamnya. Biarkanlah ia masih memakai seragam, toh Aletha masih berada di restaurant miliknya. Jadi, Delvi akan aman dari mulut mama nya yang cerewet itu.

Delvi langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya itu. Tidak ada satupun balasan dari Nilo. Sebenarnya Nilo kemana? Seharian ini, Delvi sama sekali tidak melihatnya. Bukankah biasanya Nilo akan selalu berada di samping Delvi? Bukankah Nilo teramat sangat posesif dengan Delvi?

"Nil, sebenernya lo kemana sih?" tanya Delvi kepada dirinya sendiri. Delvi menatap langit-langit dinding kamarnya yang berwarna putih itu.

"Apa samperin ke rumahnya aja, ya?" tanya Delvi sekali lagi kepada dirinya sendiri. Lalu Delvi menggelengkan kepalanya.

"Ah, Nilo kan paling ga suka kalau gue main ke sana, nanti dia malah risih."

"Terus gimana dong?! Dianya ngilang seharian ga ada kabar, chat gue ga bales terus dia ga masuk sekolah. Sebenernya dia kemana sih? Dia ga pernah ngilang kayak gini."

"Ah, puyengg!"

Delvi langsung menelungkupkan kepalanya di atas bantal lalu ia mendesah kecewa. Sahabatnya ini hilang kemana sih?

Beberapa menit sudah Delvi lewati dan tidak ada satupun bunyi dentingan yang terdengar dari ponsel Delvi yang menandakan kalau pesannya belum di bales oleh Nilo.

Ngomong-ngomong soal Juna, dia sudah Delvi usir dari rumah Delvi dengan cara halus. Ya Delvi hanya bilang kalau dia ingin tidur siang karena kepalanya yang sangat amat sakit seperti tertiban batu. Dan Juna langsung pergi meninggalkan rumah Delvi.

Ting.

Delvi langsung heboh sendiri mendengar bunyi dentingan ponselnya itu. Ia seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya.

Delvi langsung menegakkan tubuhnya dan mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi line. Lagi-lagi ia ingin sekali melempar ponselnya itu ketika yang memberinya pesan itu ternyata hanya official account. Pingin banget dibanting!

"Brengsek banget sih oa ini, gue block juga, lu," celoteh Delvi dengan kesal karena ia sudah merasa seperti tertipu.

Ponselnya berdenting lagi dan kali ini ia menghela napas lega tetapi raut wajahnya berubah lagi. "Kenapa harus Juna yang bales? Jun! Gue lagi ga perlu sama lo! Gue cuma perlu balesan dari Nilo!"

Oke Delvi, santai. Rileks aja dulu.

Delvi langsung mengetik balasan untuk Juna.

Junario Abraham : Masih pusing?

"Nyari topik banget si, udah tau gue ga bakal serespon itu sama lo. Tapi masih aja," ucap Delvi dengan kesal sambil menunjuk-nunjuk layar chatnya dengan Juna.

Delvi : Udah mendingan.

"Nah, mending balesnya singkat-singkat aja kali ya, biar dia ga berisik lagi."

Junario Abraham : Keluar rumah, bisa?
Saya ada di depan rumah kamu.

Delvi langsung membulatkan matanya terkejut. Baru saja Juna diusir dan sekarang ia sudah berada di depan rumah Delvi lagi. Apakah Juna tidak capek? Harus bolak-balik seperti itu? Sumpah. Juna memang benar-benar membuat Delvi ingin membanting kepalanya.

"Arghh, dasar manusia jadi-jadian!" gumam Delvi dengan pelan sebelum akhirnya ia benar-benar turun dari ranjangnya sambil membawa ponselnya untuk menemui Juna.

Behavior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang