3.1 || Malam

20.5K 1.5K 40
                                    

Photograph - Ed Sheeran
Baca sambil muter lagunya, oke?

========================

Bunyi deru motor terdengar sampai ke kamar Delvi yang menandakan kalau Nilo, memang sudah ada di depan rumahnya untuk menepati janjinya. Iya, ia berjanji untuk menjemput Delvi lagi pukul tujuh malam setelah ia selesai mandi dan bersiap-siap. Dan untuk kali ini, Nilo tidak mengingkari janjinya itu.

Delvi dengan cepat, memoleskan sedikit bedak di wajahnya dan lipgloss di bibirnya lalu ia menyambar tasnya yang berwarna biru tua yang tergeletak di atas ranjangnya.

Delvi berlarian keluar rumah untuk memastikan kalau yang datang itu, memang Nilo. Ia tersenyum tipis ketika melihat motor yang sangat ia kenali, sudah berada tepat di depan rumahnya.

"Selamat malam," kata Nilo yang membuat Delvi lagi-lagi hanya bisa tersenyum tipis.

"Malam."

"Hari ini mau kemana?"

"Enggak tau. Kan kamu yang ajak pergi."

"Kalau ke surga, mau?"

"Enggak."

"Kalau ke neraka?"

"Enggak juga."

"Kalau ke atas motor aku, mau?"

"Eng—iya, mau."

Nilo tersenyum begitu juga dengan Delvi. Sudah lama mereka tidak merasakan moment seperti ini. Moment dimana mereka bisa sama-sama menciptakan senyuman di bibir mereka itu. Dan tanpa disuruh, Delvi langsung menaiki motor kesayangan Nilo dengan berpegangan di pundaknya, supaya tidak jatuh.

Nilo mulai menjalankan motornnya dan tangan kirinya menarik tangan kiri Delvi yang berada di belakang pinggangnya untuk dipindahkan ke depan dan digenggam oleh Nilo, seolah ia tidak mau kehilangan.

"Alina."

"Iya, tau. Sekali saja, setelah itu enggak akan lagi."

Delvi menghembuskan napasnya lemah.

Tuhan, tanyakan pada Nilo, kemana ia mau pergi. Delvi tidak mau ditinggal lagi. Delvi terlalu tidak kuat untuk menerima semuanya yang sudah berubah ini. Tuhan, sampaikan kepada Nilo, jangan pergi.

Setelah beberapa menit berada di jalanan dengan posisi tangan yang tidak berubah, mereka akhirnya sampai di sebuah pantai yang terlihat sangat gelap, dan yang hanya terdengar suara deburan ombak.

"Ini dimana, Nil?" tanya Delvi dengan pelan sembari menurunkan kakinya dari motor Nilo dan membuka helmnya.

"Pantai kesukaan kita, dulu," jawab Nilo sembari mengibaskan rambutnya lalu ia menyisir rambutnya itu menggunakan tangannya.

Mata Delvi tampak berbinar mendengar kalimat yang dikeluarkan Nilo. Ia langsung berjalan dengan pelan menyusuri pantai itu. Alas kaki yang ia kenakan, ditenteng dan ia lebih memilih untuk berjalan persis di perbatasan antara air dengan pasir.

Nilo berlarian menghampirinya. "Jangan deket-deket sini, bahaya."

Delvi menoleh lalu ia tetap berjalan mengikuti arah kakinya melangkah ini. "Tapi, di sini, seru. Di sini berasa adem, Nil."

Nilo menghembuskan napasnya. "Oke. Aku tunggu di sana," katanya sembari menunjuk suatu tempat menggunakan jari telunjuknya yang membuat Delvi mengangguk mengiyakan. Dan Nilo, ia langsung berlarian menuju tempat yang ia maksud.

Sementara Delvi, ia masih berjalan di pesisir pantai itu.

"Tuhan, tidak bisakah kalau saat-saat seperti ini, terjadi lebih lama lagi? Tidak bisakah kalau seandainya malam ini, berakhir lebih lambat daripada biasanya? Bisakah, Engkau menghentikan waktu untukku sebentar saja? Hanya untuk hari ini. Hari dimana Nilo bilang kalau dia mau pergi. Tapi, Delvi enggak tau dia mau pergi kemana."

Behavior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang