0.1 || Jemput

77.8K 3.5K 139
                                    



Plakk....

"Apa yang kamu mau dari dia? Kamu ingin menjadikan anak saya yang kedua sebagai korban? Apa enggak cukup, kalau dia sudah hilang karena kamu?!" Teriak wanita itu dengan napas yang menggebu.

Sementara pria yang berdiri di depannya tetap memandang lurus dan menatap tajam wajah sang wanita. "Kenapa kamu masih menyalahkanku?! Itu bukan sepenuhnya salahku!"

Di belakang tembok bercat putih itu, seorang anak laki-laki yang masih berumur kira-kira sembilan tahun, menutup telinganya dengan kencang ketika mendengar perdebatan itu lagi.

"Aku tidak akan menyerahkan dia kepadamu, kamu hanya akan menghancurkan hidupnya saja! Kamu hanya akan membuatnya menderita karena sibuknya urusanmu diluar sana!"

Pria berkumis tipis itu langsung memajukan langkahnya untuk mendekati sang wanita, sementara sang laki-laki kecil di balik tembok, sedang berusaha menahan air matanya yang ingin keluar.

"Apa itu tidak salah? Bukankah kamu yang selalu sibuk dengan urusanmu?!"

Nilo terbangun. Lalu ia mengusap wajahnya kasar dan menghela napas. Mimpi itu lagi. Mimpi yang lagi-lagi hanya membawanya ke dalam lautan bersalah.

Nilo mengacak rambutnya. "Kapan, sih, gue bisa lupain kejadian itu?"

Tanpa perlu waktu lama, Nilo segera bangkit dari ranjangnya lalu ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di lantai bawah. Seperti biasanya, Nilo selalu melihat sekeliling ruang tamu. Ternyata masih sama. Sepi dan sunyi.

Setelah selesai melakukan pembuangan sisa makanan atau bisa dibilang berak dan melakukan pemandian kembang lima rupa, Nilo kembali ke kamarnya dan langsung memakai seragam SMA-nya yang di sisi kanannya terdapat tulisan SMA Bakti Cahaya.

Dan untuk sesaat, Nilo berdiri di depan cermin sembari tersenyum manis sambil memperlihatkan wajahnya yang tampan dan sesekali ia mengusap rambutnya.

Namanya, Danilo Pratama. Lebih sering dipanggil Nilo daripada Danil. Katanya lucu, karena nama 'Nilo' hampir mirip sama salah satu merk susu yang terkenal itu loh dan susu itu juga merupakan minuman favorit Nilo.

Nilo langsung merogoh sakunya lalu mengambil ponsel dan menekan salah satu nomor.

"Woy! Lo ngebo aja jam segini, bangun elah! Gue tunggu depan rumah lo," kata Nilo kepada seseorang diujung telepon ketika telepon sudah terhubung.

"Apaan sih? Lo tau kan sekarang masih jam berapa?" tanya orang itu membuat Nilo melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, lalu Nilo tersenyum jahil.

"Jam empat lebih lima menit," jawab Nilo.

"Nah kan, baru jam empat dan lo udah ribut pagi-pagi gini," jawab orang diujung telepon sambil menguap.

"Ditambah dua jam lebih 15 menit," kata Nilo membuat orang diujung telepon itu langsung terkesiap.

"Ha? Ih bentar! Kenapa enggak bilang sih?! Ah ribet!" kata orang itu dengan tidak jelas.

"Tadi gue udah telepon lo berkali-kali, Delvi say-"

Tutt.....

Disaat telepon terputus, Nilo langsung mengernyitkan dahi heran lalu ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dan Nilo langsung menyambar tas sekolahnya yang berada di atas ranjang lalu ia langsung menuju garasinya untuk mengambil salah satu motor yang akan ia gunakan untuk pergi ke rumah gadis yang di teleponnya itu.

­----- Behavior -----

"Eh, ada Nilo. Ayo masuk! Delvi masih sarapan, Nilo udah?" tanya Aletha ketika ia baru saja membuka pintu disaat ada yang mengetuk.

Nilo mengangguk pelan. "Udah Tan, Nilo tunggu di luar aja ya?"

"Jangan! Delvi sarapan kan lama, nanti kalau Nilo capek nungguin Delvi gimana?" tanya Aletha sekali lagi kepada Nilo membuat Nilo tersenyum tipis.

"Enggak apa-apa Tan, Nilo di sini aja ya?"

Baru saja Aletha ingin membuka mulutnya, suara anak perempuannya membuatnya kembali menutup mulut.

"Hai, Nil!" sapa Delvi riang sembari ia melambaikan tangannya dan tersenyum manis. Sementara Nilo mengangguk.

"Yaudah, berangkat sana! Nanti kalian berdua telat," kata Aletha yang terkesan seperti mengusir.

Nilo dan Delvi mengangguk pelan dan mereka bergantian menyalami Aletha lalu mereka berjalan menuju gerbang yang tidak di kunci. Sampai di gerbang, Delvi memutar tubuhnya lalu melambaikan tangan kepada Aletha yang masih berdiri di depan pintu utama.

Lalu Delvi menutup pelan pintu gerbang.

"Untung gue inget telepon, kalau enggak, mungkin sekarang lo bakal telat," kata Nilo sembari memberikan helm dan jaket untuk Delvi. Sementara Delvi hanya tersenyum manis sambil mengangguk.

"Bukan gue aja, tapi, lo juga," sahut Delvi sambil membenarkan posisi tasnya.

Itu Delviya Agaisha Putri. Panggilannya, Delvi. Anak tunggal Alfa dan Aletha. Delvi sangat tidak suka dengan susu milo, karena rasanya pahit kalau tidak ditambah dengan gula. Berbeda dengan Nilo yang sangat amat menyukai susu milo. Delvi juga benci olahraga, tetapi Nilo sangat menyukai olahraga, apalagi futsal. Tetapi sifatnya sangat menurun dari Aletha.

Lembut dan sabar.

"Ayo berangkat!" kata Nilo yang sudah siap di atas motornya membuat Delvi langsung memakai helm dan jaket yang diberikan Nilo lalu ia memegang bahu Nilo sebagai penopang agar ia tidak jatuh saat ingin naik ke atas motor.

"Ayo jalan, Danil!"

Nilo langsung menoleh ke belakang ketika Delvi memanggilnya dengan sebutan 'Danil'. Hanya Delvi satu-satunya orang yang masih suka memanggilnya dengan sebutan 'Danil'.

Delvi terkekeh. "Ayo jalan!"

****

a.n

Hai gaiss...... kembali lagi dengan Kei.

Kei berubah pikiran. Jadi, Kei maju in deh jadwal updatenya. Seneng gak?😂 Kei akan usahakan untuk update setiap hari. Diusahakan banget ya. Dengan jam yang sama, sekitar jam 8 waktu Bali.

Maafkan apabila ada typo atau lain sebagainyaa....😂❤️

Ini adalah sequel dari cerita Kei sebelumnya. Buat yang minta, ini diaa... selamat membaca semuaaa❤️

Salam sayang, Kei.

Behavior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang