3.2 || Abang?

18.7K 1.5K 20
                                    

          

Hari ini, sekolah dimulai berjalan normal seperti sebelum kejadian yang terjadi di halaman itu. Semuanya kembali normal, tak terkecuali, sikap Alina kepada Delvi. Alina juga sepertinya tidak membenci Delvi, terlebih ketika Delvi mendadak merasakan sakit di bagian pipinya, ia akan siap untuk membantu.

"Kamu ke sini sama Juna?" tanya Delvi ketika melihat Alina berjalan bersebelahan dengan Juna.

Tidak. Delvi tidak cemburu, ia hanya bertanya saja. Tidak salah, bukan?

Alina yang baru saja duduk di sebelah Delvi, langsung mengangguk dengan tawanya. Delvi rasa, Alina tertawa karena topik obrolan yang mereka berdua bicarakan.

Sekarang, mereka bertiga sedang berada di sebuah rumah makan yang cukup dekat dari sekolah mereka. Delvi memang meminta untuk berangkat sendiri, karena harus ada urusan yang harus ia kerjakan.

Dan Delvi lebih tidak menyangka lagi, kalau Alina dan Juna, berangkat bersama. Delvi tidak cemburu, oke? Sama sekali tidak. Hatinya masih untuknya yang jauh di sana.

Oh iya, ngomong-ngomong soal Nilo, dia izin selama tiga hari, karena harus menemani Tante Dila melakukan perawatan kecantikan di luar negeri. Begitulah yang Nilo katakan pada Delvi kemarin malam.

Awalnya, Delvi memang tidak percaya, tapi setelah Nilo mengirimkan foto dirinya yang sedang berada di salah satu bandara yang ada di New York, Delvi akhirnya percaya.

"Delvi, Delvi!" Juna melambaikan tangannya tepat di depan wajah Delvi yang sedang melamun itu.

Delvi langsung tersadar. "Eh? Kenapa?"

"Kita mau pesen makan, apa?" tanya Alina seolah berusaha untuk mengalihkan pembicaraan yang ingin dikatakan oleh Juna.

Oh, mungkin, Alina tidak memiliki pasangan, karena Nilo yang berada di luar negeri, jadinya ia tidak ingin kalau Delvi hanya ngobrol berdua dengan Juna.

"Kamu aja yang pesenin, bebas aja deh. Kan hari ini, kamu yang traktir, katanya," ucap Juna kepada Alina. Iya, memang katanya, Alina yang akan mentraktir mereka berdua, karena hari ini adalah tepat hari ulang tahunnya.

"Oke, tunggu sebentar ya. Pacaran aja dulu, nanti kalau aku datang, jangan pacaran lagi."

Delvi dan Juna sama-sama terkekeh kecil dan Alina langsung melangkah meninggalkan mereka berdua untuk memesan makanan.

"Delvi, nanti malam ikut saya, ya?" ajak Juna yang membuat Delvi yang sedari tadi sedang melihat sekitaran, langsung menoleh dan mengangguk mengiyakan.

"Asal, jangan ke tempat yang aneh-aneh," katanya.

"Siap!" seru Juna sembari memberi hormat, seolah Delvi adalah orang yang sangat tinggi dimatanya.

"Juna, kamu kok keliatannya kayak deket gitu sama Alina?" tanya Delvi sembari memainkan tisu yang ada di depannya.

"Deket gimana? Bukannya biasa aja, ya? Kayak kita gini, kan?" kata Juna seolah tidak membenarkan pernyataan Delvi itu.

"Huh ... Enggak, beda pokoknya. Kamu keliatan deket banget sama dia, atau jangan-jangan waktu kemarin aku pergi sama Nilo, kamu juga pergi berdua sama Alina, ya?" tebak Delvi yang membuat Juna yang sedang minum langsung tersedak.

"Saya tidak akan pergi dengan orang lain, sebelum izin dan memberitahu kamu. Dan saya akan pergi, kalau kamu memang mengizinkan."

Delvi terdiam lalu ia tersenyum. "Tapi, aku bukan pacar ataupun siapa-siapa, kamu."

Juna tersenyum tipis lalu ia mengambil salah satu tangan Delvi. "Kalau menurut saya, kamu itu adalah prioritas utama saya, gimana? Saya tidak membenarkan kalau kita pacaran, juga tidak membenarkan kalau kita adalah teman. Karena selama ini, saya menganggaap, kalau kamu adalah satu-satunya orang yang ada di hati saya. yang bisa buat saya tersenyum setiap harinya."

"Gombal, kamu!" kata Delvi dengan wajahnya yang memerah karena menurutnnya, kalimat Juna itu sangat menyentuh. Apalagi, Delvi tidak pernah mendapatkan kalimat-kalimat seperti itu.

"Itu bukan gombal, Delvi. Itu adalah realitanya," kata Juna yang sedikit bangkit dari kursinya untuk mengacak pelan rambut Delvi yang terurai itu.

"Juna! Berantakan!" kata Delvi sembari memanyunkan bibirnya.

"Udah ah pacarannya. Pacar aku lagi enggak di sini," ujar Alina yang tiba-tiba datang sambil membawa beberapa makanan yang ada di atas nampan yang dibawanya.

Delvi hanya bisa diam, ketika Alina sedang menurunkan makanan yang dibawanya itu ke atas meja makan.

"Selamat makan semua!" seru Alina dengan gembira lalu ia memulai makanannya itu diikuti oleh Juna dan Delvi.

Beberapa menit berlalu, Juna membuka suara untuk memecahkan keheningan yang ada. "Kamu sama Nilo, udah kenal berapa bulan?"

"Kurang lebih, satu bulan sebelum pacaran."

Juna kenapa malah bahas Nilo, sih! rutuk Delvi dalam hatinya. 

"Terus, kenapa bisa pacaran?" tanya Juna lagi yang membuat Delvi menghela napasnya lalu ia menatap Juna dengan tatapan tolong, jangan bahas hal seperti itu.

Juna hanya bisa mengangguk mengiyakan kalimat yang seolah Delvi katakan padanya.

"Ya enggak tau, namanya juga saling sayang, ya tiba-tiba udah pacaran aja," sahut Alina yang membuat Delvi dan Juna sama-sama mengangguk.

"Sebenernya, kalian itu, pacaran atau enggak?" tanya Alina yang membuat Delvi mendadak menjadi bisu dan kaku seolah tidak tau harus menjawab apa.

"Enggak." Delvi dan Juna menjawabnya serempak.

"Terus, kalian saling suka, gak?" tanya Alina sekali lagi.

"Iya."

"Enggak."

Delvi langsung menatap Juna ketika Juna mengucapkan kata 'iya'. Apa maksudnya? Apa mungkin, Juna itu memang benar-benar menyukainya? Ah semestaaaa, Delvi bingung.

"Jadi, kamu itu suka sama Delvi, ya!" goda Alina yang membuat Juna mengangguk membenarkan sementara Delvi hanya bisa menatap Juna dengan tatapan bingungnya.

"Delvi, boleh minta tisunya, gak?" tanya Juna ketika ia melihat Delvi mengeluarkan selembar tisu dari dalam tasnya.

"Beli sendiri lah, Bang," ucap Alina yang membuat Delvi tiba-tiba menoleh lalu ia mengernyitkan dahinya.

"Bang?" ulang Delvi sekali lagi yang membuat Alina mengangguk.

Ha? Abang? Maksudnya apa?

"Juna itu Abang kamu?" tanya Delvi dengan pelan takut salah.

Alina terkekeh. "Ha? Enggaklah! Ya kali, aku punya Abang kayak dia. Aku panggil 'Bang', karena dia lebih tua dari aku beberapa bulan."

Delvi menatap Juna seolah menanyakan kebenarannya. Juna mengangguk yang artinya mengiyakan perkataan Alina.

Delvi tampak berpikir.

Tapi, ada sesuatu yang buat aku ngerasa kalau ucapan Alina itu bohong.

****

Haloha.....

Ah, senangnya kalau kalian tetap milih Couple kesayangan Kei, Nilo dan Delvi. Enggak tau kenapa, lucu aja gitu ngeliat mereka berdua. Betul ga? Iya betul aja.

Jangan lupa di vote dan diberi komentarnya untuk part ini....❤️

Salam sayang, Kei.

Behavior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang