Di sini lah Delvi berada sekarang. Di parkiran motor sesuai dengan kalimat yang diucapkan Juna. Delvi tidak terlalu percaya diri kalau Juna akan mengantarnya pulang. Sama sekali tidak.Pikirannya itu hanya terfokus kalau Juna ingin menyampaikan suatu hal. Hanya itu saja.
"Juna kemana ya? Kata dia, harus tunggu di parkiran," celoteh Delvi karena sudah hampir dua puluh menit ia menunggu, tetapi Juna belum datang.
"Pulang aja deh kalo gitu," kata Delvi dengan pasrah lalu baru saja ia hendak melangkah. Suara Juna membuatnya berbalik.
"Maaf, kamu sudah nunggu lama, ya? Saya baru inget, kalau hari ini ada mata pelajaran tambahan selama dua puluh menit. Saya minta maaf," ucap Juna sembari menyatukan kedua tangannya di depan dada.
Delvi tersenyum. "Iya. Kenapa nyuruh ke sini? Mau ngomongin apa?"
Dahi Juna mengerut lalu ia terkekeh pelan. "Saya bukan mau ngobrol sama kamu di sini. Saya minta kamu ke sini, karena saya tahu. Kamu enggak ada yang antar pulang."
Delvi membulatkan matanya. "Maksudnya?"
"Saya antar kamu pulang," ucap Juna yang membuat Delvi meneguk salvianya.
What? Dia mau nganterin pulang? Ini kalo ketahuan sama Nilo, bisa bahaya. batin Delvi.
Delvi yang masih melamun dan berbatin itu, tidak sadar kalau Juna dengan perlahan memasangkan helm di kepala Delvi dan Juna sudah siap di atas motornya.
"Ayo, Delvi! Kita pulang, sepertinya udah mau hujan," ucap Juna yang langsung membuat Delvi menghentikan lamunannya itu. Dan ia dengan perlahan menaiki motor Juna dan langsung berpegangan pada tas milik Juna.
Dan akhirnya Juna melajukan motornya dengan kecepatan standar karena ia tahu, ia sedang membawa seseorang di belakangnya.
Di saat lampu merah, Juna membuka kaca helmnya dan langsung menoleh ke belakang.
"Kamu pegangan, ya," ucap Juna yang langsung membuat Delvi mengangguk pelan berusaha menahan kantuknya.
"Udah pegangan?" tanya Juna sekali lagi dan Delvi hanya bisa mengangguk saja.
"Pegangan dimana? Saya belum bisa ngerasain tangan kamu," ucap Juna yang berhasil membuat Delvi membulatkan matanya. Maksud Juna apa?
Delvi kan sudah berpegangan pada tas Juna yang berwarna biru itu. Kenapa harus keluar kalimat saya belum bisa ngerasain tangan kamu? Memangnya Juna mau Delvi berpegangan dimana?
"Gue udah pegang tas elo, emangnya lo harus bisa ngerasain tangan gue?" tanya Delvi pelan.
"Maksud saya," Juna langsung mengambil kedua tangan Delvi dan menuntunnya untuk memeluk pinggang Juna yang dibatasi oleh tas itu. "di sini pegangannya," lanjutnya.
Delvi langsung terdiam dan ekspresinya itu seperti terkejut tidak karuan. Jelaslah Delvi kaget, baru kenal sudah main peluk-peluk pinggang segala.
Ya walaupun sebenarnya ini juga demi keselamatan Delvi. Tapi tetap pada intinya, Juna sudah menyentuh tangan Delvi.
Selama ini, baru Nilo yang pernah menyentuh tangan Delvi. Dan Juna? Seenaknya saja menyentuh tangan Delvi tanpa izin.
Delvi yang tidak mau memperpanjang masalah ini hanya bisa diam.
—— Behavior ——
"Delvi, kita makan siang dulu, ya?" Delvi belum menyahut disaat Juna menanyakan pertanyaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behavior [Completed]
Jugendliteratur-SEQUEL OF IMPRESSED- "Kalau suatu saat nanti orang yang lo suka ninggalin lo dan pergi dari hidup lo. Lo harus balik lagi ke gue ya, Vi? Jangan beralih ke orang lain." Dia, Danilo Pratama. Pentolan SMA Bakti Cahaya yang terkenal karena pecicilan...