0.9 || Centil

26.2K 2K 51
                                    

"Panas, Vi," kata Nilo yang membuat Delvi langsung menoleh sambil menyipitkan mata karena cahaya matahari sangat mengarah kepadanya ketika menoleh.

"Terus kalau panas harus apa? Gue harus jungkir balik? Harus bawain lo handuk terus ngelapin keringet lo? Lagian ini semua gara-gara lo, kalau misalnya lo cepetan dikit siap-siapnya. Pasti kita enggak bakalan telat," sahut Delvi yang kembali memberikan hormat kepada bendera merah putih itu.

"Iya deh iya. Gue salah, selalu gue yang salah. Kapan gue pernah bener ya?" tanya Nilo dan Delvi hanya menggeleng sambil menghembuskan napas.

"Enggak akan pernah bener sampe kapanpun!"

Sepertinya di mata Delvi, Nilo selalu salah. Malah hampir tidak pernah benar. Karena apa ya? Mungkin karena sikap jahilnya yang sering kali membuat Delvi kesal setengah mati. Dan sepertinya mereka akan sulit sekali untuk berdamai sekali saja.

Kringg....kringg

"Yes! Udah bel!" teriak Nilo sembari mengangkat kedua tangannya dengan keringat yang bercucuran.

"Vi! Udah bel!" ujar Nilo sembari menggoyangkan tangan Delvi sementara Delvi hanya menatapnya malas.

"Terus? Gue harus banget peduli kalau udah bel?"

Nilo menggeleng.

"Ya udah," sahut Delvi dan Nilo langsung mengangguk sambil tersenyum senang.

Sedetik kemudian, ia membuka seragam putihnya yang akhirnya hanya menyisakan kaos oblongnya yang berwarna putih itu. Dan Nilo langsung berlari ke pinggir lapangan diikuti Delvi di belakangnya.

Sampai di pinggir lapangan, Nilo langsung membuka tasnya dan mengambil sebotol air minum yang ia sediakan dari rumah. Ia membuka kacamatanya dan meletakkannya di atas tas miliknya. Dan ia langsung membasahi wajahnya dengan air minum itu, setelah itu, Nilo langsung mengibaskan rambutnya.

Saat itu, karena istirahat, banyak sekali yang menonton adegan dimana Nilo mengibaskan rambutnya yang basah itu temasuk kaum pria. Seolah ada magnet yang melekat di dalam diri Nilo yang langsung bisa membuat semua warga sekolah berjejer rapi di koridor.

"Nil!" panggil Delvi namun tidak dihiraukan oleh Nilo yang masih sibuk membasahi wajahnya dengan air.

"Niloo!!" panggil Delvi sekali lagi dan Nilo langsung mendongak, membuat baju yang dipakainya menjadi sedikit basah.

Delvi dengan cekatan langsung mengambil handuk kecil di tasnya yang selalu ia bawa kemana-mana dan ia langsung mengelap sisa-sisa air yang masih ada di wajah Nilo.

"Enggak usah pakai acara basah-basahin rambut segala!" kata Delvi yang masih sibuk mengelap wajah Nilo.

"Emangnya kenapa say?" tanya Nilo memastikan.

"Enggak usah pokoknya. Liat tuh, koridor jadi rame gara-gara ulah lo."

Saat itu juga, Nilo menoleh ke arah koridor dan Nilo langsung mengedipkan mata dan memberikan kiss jarak jauh untuk mereka semua, yang membuat semua orang di koridor itu berteriak histeris ketika mendapat kiss jarak jauh dari sang pentolan sekolah itu.

"Centil banget si," kata Delvi sembari ia melipat handuknya yang sudah ia peras sebelumnya.

"Cemburu bilang aja si," sahut Nilo yang membuat Delvi mendelik ganas mendengar perkataan yang keluar dari mulut sahabatnya ini.

Kenapa ya, Nilo itu sangat kepedean? Apakah ini termasuk salah satu ciri kids zaman now yang terlalu banyak makan micin? Ah mungkin saja iya. Mungkin juga tidak. Lagipula, Delvi tidak pernah melihat Nilo memakan micin.

"Emang ya, kids-kids zaman now itu tingkat pedenya terlalu tinggi. Lo jangan ketularan generasi micin deh!" ujar Delvi sembari menatap Nilo yang kini sedang memakai kacamatanya.

Nilo mengangguk. "Selow Vi, gue enggak akan ketularan yang begituan kok. Kan ada elo yang jagain gue," ucap Nilo sembari mencolek ujung hidung Delvi yang lagi-lagi membuat orang-orang yang ada di koridor itu menggerutu kesal melihat adegan itu.

"Kantin yuk? Sekalian ketemu si Bara sama Via," ajak Nilo yang hanya ditanggapi anggukan oleh Delvi. Lalu mereka berdua menggendong tas masing-masing dan berjalan melewati koridor yang membuat semua siswi langsung menahan napasnya ketika Nilo lewat.

Bau tubuh Nilo akan tetap wangi walaupun ia berkeringat. Itu yang membuat para gadis di koridor menahan napasnya.

----- Behavior -----

"Dihukum lagi?" tanya Bara ketika mereka berdua duduk di bangku yang juga ditempat Bara dan Silvia.

Ngomong-ngomong, Bara dan Silvia itu adalah sahabat mereka berdua semenjak kelas 1 SMA. Kelas Bara dan Silvia yang jauh dari kelas Nilo dan Delvi membuat mereka berempat jarang berkumpul kalau sedang di sekolah. Tenang, Bara dan Silvia tidak memiliki hubungan lebih dari sekedar sahabat.

"Iya dihukum, capek tau ga," ucap Nilo yang membuat Silvia menggelengkan kepalanya pelan.

"Enggak, enggak tau. Lo enggak ada bilang," sahut Delvi yang berada di sebelah Silvia.

"Barusan, kan, gue ngomong! Lola banget ya tuhan," ujar Nilo yang membuat Delvi lagi-lagi mendelik.

Terkadang ketika Delvi mendelik seperti itu. Nilo sempat atau bahkan sering berdoa seperti ini. Tuhan, sekalian aja bola mata Delvi keduanya, keluar dari matanya.

"Ngikutin emaknya tuh!" celetuk Silvia yang membuat Delvi menoleh sementara Silvia hanya bisa menyengir.

"Eh gaboleh tuh menghina calon mertua gue!" sahut Nilo membuat Bara yang sedang minum langsung tersedak.

"Calon mertua apaan?! Pacaran aja belum udah panggil calon mertua aja!" kata Bara yang terkesan tidak suka.

"Gapapa, Delvi aja santai. Iya kan, Vi?" Delvi hanya bisa mengangguk saja. Buat apa ia menjawab pertanyaan Nilo itu kalau ujung-ujungnya yang menang juga Nilo.

"Pesen makan aja deh Nil, laperr..." rengek Delvi yang membuat Nilo langsung bangkit dari tempat duduknya dan langsung menuju ke tempat penjual siomay yang sangat Delvi sukai di kantin sekolahnya ini dengan jus semangka sebagai penyegar.

"Vi, lo enggak ada naksir-naksiran gitu apa sama Nilo?" tanya Silvia tiba-tiba dan Delvi yang sedari tadi sedang memainkan ponselnya langsung mendongak.

"Ha? Naksir? Enggaklah, dia itu udah kayak apa ya buat gue? Udah keluarga gue dia mah," jawab Delvi santai membuat Bara tersenyum.

"Terkadang perasaan suka itu tanpa kita sadari akan muncul sendiri, sampai kapanpun lo ngelak itu," ucap Bara lalu Delvi mengernyitkan dahi bingung. Beberapa hari lalu, Nilo juga mengatakan kalimat yang hampir mirip dengan Bagas.

"Kok lo ikut-ikutan ngomong gitu, Bar? Beberapa hari lalu, Nilo juga ngomong gitu ke gue," sahut Delvi dengan keheranan.

"Karena gue tahu isi hati Nilo."

****

Hai hai.....

Akhirnya, ulangan berjalan dengan lancar. Dengan posisi Kei duduk ga jauh dari guru, iya. Mantap. Curhat dikit lah ceritanya😂😂

Untuk part ini gimana gais? Mantap atau tydack? Mantapin aja lah ya😂

Jangan lupa di vote dan berikan komentar ya....❤️❤️

Salam sayang, Kei.

Behavior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang