1.0 || Tamu

26.2K 1.9K 16
                                    



Delvi sekarang sudah berada di rumahnya setelah kegiatan sekolahnya berjalan dengan lancar tanpa ada satu penghalang pun saat tadi siang. Sekarang hari sudah mulai gelap. Delvi masih diam di kamarnya untuk merenenungkan sesuatu.

Perkataan Bara tadi, itu yang Delvi renungkan untuk sekarang. Apa maksudnya kalimat Bara yang karena gue tahu isi hati Nilo.

Apa yang Bara maksud? Jelaskan kepada Delvi, semesta.

"Apaan si maksud Bara? Kenapa juga gue harus kepikiran?" celoteh Delvi dengan suara yang tidak terlalu besar. Karena ia tahu, Nilo sedang berada di kamar sebelah.

Iya, Nilo tetap menemani Delvi dan menginap di rumah Delvi atas izin dari Alfa dan Aletha. Tenang, mereka enggak tidur seranjang kok. Santai.

Delvi akhirnya beranjak dari ranjangnya dan ia melangkah untuk membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju kamar di sebelahnya. Saat ia membuka kamar yang ditempati Nilo. Nilo tidak ada. Bahkan kamar tamu itu terlihat sangat rapi dan bersih seperti belum ditempati.

Delvi langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu lalu ia menggeleng pelan ketika melihat tv di ruang tamu masih menyala. Delvi langsung melangkah mendekati ruang tamu dan langsung mematikan tv tanpa melihat siapa yang berada di sofa ruang tamu.

Delvi memutar badannya setelah mematikan tv dan matanya langsung melotot.

"Bara? Silvia? Ngapain di sini?" tanya Delvi ketika melihat mereka berdua duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya masing-masing.

Delvi melirik jam yang terpajang di dinding. "Udah jam sepuluh lewat lima belas. Kalian ngapain ke sini malem-malem? Mau minta makan?" tanya Delvi sekali lagi membuat kedua orang yang duduk di sofa itu langsung mendongak dengan tatapan malas.

"Ya kali kita berdua ke sini malem-malem cuma minta makan. Ga modal amat si," sahut Bara yang berhasil membuat Delvi terkekeh kecil dan Silvia mengangguk membenarkan perkataan Bara.

"Terus ngapain?" tanya Delvi lagi dan tatapan mereka berdua sepertinya membuat Delvi mengerti.

"Nilo ya?" duga Delvi dan mereka berdua langsung mengangguk.

"Tepat sekali!" seru Silviasambil mengangkat jari telunjuknya seolah menunjuk Delvi.

"Ngapain itu bocah minta kalian berdua ke sini malem-malem?" tanya Delvi lagi dan lagi yang kali ini dibalas helaan napas oleh Bara.

"Nanya mulu! Mending buatin kita berdua minum kek atau makan gitu, laper nih," ucap Bara yang membuat Delvi menautkan kedua alisnya.

"Tadi katanya enggak mau minta makan. Sekarang malah nyuruh-nyuruh, dikata gue itu babu lo!" sahut Delvi dengan volume yang sedikit keras serta tatapannya yang ganas.

"Weih, selow sist selow," ujar Bara dengan kedua tangannya sudah di depan dada yang bergerak naik turun seolah untuk menenangkan Delvi.

"Udah selow," kata Delvi yang membuat Bara mengacungkan jempolnya dan Delvi langsung mengangguk saja lalu Delvi meninggalkan Bara dan Silvia untuk membuatkan tamu sialan itu minuman dan cemilan kecil.

Delvi langsung memicingkan mata ketika ada bayangan yang terlihat dari dapur. Delvi langsung melangkah dengan pelan untuk mengagetkan orang yang ia tahu betul siapa yang ada di dapur malam-malam begini.

Delvi mengangkat kedua tangannya berusaha untuk mengejutkan. "Enggak usah ngagetin gitu, Vi." Tangannya kembali turun lalu ia menghembuskan napas. Kenapa sih, dia selalu tahu ketika Delvi ingin mengangetkannya?

"Kok tau si?" tanya Delvi dan dia berbalik sambil tersenyum manis.

"Langkah kaki lo itu kedengeran. Makanya kalau mau ngagetin gue, jangan pake sandal yang kalau kena lantai itu bisa bunyi. Pake sandal yang bulu-bulu aja," sahut Nilo yang membuat Delvi terlihat kesal.

Behavior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang