Delvi membaringkan tubuhnya yang sudah selesai mandi itu di ranjang kesayangannya dengan seprai yang bergambar teddy bear. Sama seperti kesukaan Aletha pada zaman dulu. Lalu tangannya tergerak untuk mengambil boneka di sebelahnya lalu diletakkannya di atas pahanya.
"Nilo gimana ya?" tanya Delvi pada dirinya sendiri sembari ia mengingat kejadian tadi disaat Nilo mengantar Delvi sampai di depan rumah. Begini ceritanya.
Delvi dan Nilo sampai di depan rumah Delvi, lalu Delvi membuka jaket dan helmnya lalu memberikannya kepada Nilo sembari mengucapkan terimakasih. Dan Delvi langsung membuka gerbang. Baru saja ia melangkah, ia berbalik lagi.
"Kenapa ngikutin?" tanya Delvi ketika melihat Nilo sudah tepat berada di belakangnya.
Nilo tersenyum lebar sembari menaikkan kacamatnya yang melorot itu. "Mau nganterin lo sampe dalem."
Delvi menghembuskan napas. "Enggak perlu, makasih."
Lalu Delvi kembali melangkah memasuki halaman rumahnya dan lagi, ia berbalik dan menghembuskan napas pelan ketika melihat wajah Nilo yang sedang tersenyum lebar sudah berada tepat di belakangnya.
"Ngapain si?" tanya Delvi kesal.
"Dibilangin, gue itu mau nganterin lo sampai dalem. Biar nanti gue yang jelasin sama Om Alfa, kenapa lo pulang malam," sahut Nilo sembari tersenyum dan Delvi menggeleng pelan.
"Enggak usah cari perkara sama Papah deh, lo tau kan, Papah itu gimana?" Nilo mengangguk.
"Tapi gue enggak peduli Vi, cowok gentle itu harus berani tanggung resiko karena udah ngajak anak gadisnya pulang larut malam," kata Nilo yang membuat Delvi seketika diam.
"Enggak. Gausah. Pokoknya enggak boleh."
"Harus boleh! Gue pingin masuk, pingin kasi tau ke Om Alfa. Gue enggak mau dibilang laki-laki banci yang cuma bisa nganter anak gadisnya sampai depan rumah tanpa berani berhadapan sama sang Papa."
"Halah! Biasanya kan cuma sampai gerbang doang! Dan ini adalah pertama kalinya lo minta masuk ke dalem mau ngomong sama Papah," jawab Delvi sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sementara Nilo hanya bisa menampilkan senyumannya.
"Pokoknya mau masuk!"
"Enggak boleh, Nil!"
"Harus boleh Delvii!"
Delvi menggeleng.
"Aaaaa ... Delviii, mau masukk! Mau ketemu sama Papah mertuaaa! Mau masuk Delvii!!" kata Nilo dengan nada suara seperti anak kecil yang meminta es krim kepada sang bunda sambil menggoyangkan tangannya.
"Eh apaan tuh nyebut-nyebut Papah gue Papah mertua! Enggak-enggak, pokoknya pulang!"
"Ah dasar, Delvi nyebelin," cibir Nilo dan ia segera meninggalkan halaman Delvi setelah itu Nilo langsung mengendarai motornya menuju rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah Delvi.
Iya, seperti itulah kejadian sebelum akhirnya Delvi masuk ke dalam rumah.
"Nilo udah makan belum ya?" kata Delvi yang sekarang sedang memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih itu.
"Ah chat aja," ucap Delvi dan ia langsung mengambil ponselnya dan membuka kolom chatnya dengan Nilo.
Delvi : Eh bocah!
Enemy✨ : Kayak ada yang geter di saku gue.
Delvi : Itu chat dari gue, ogeb!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behavior [Completed]
Teen Fiction-SEQUEL OF IMPRESSED- "Kalau suatu saat nanti orang yang lo suka ninggalin lo dan pergi dari hidup lo. Lo harus balik lagi ke gue ya, Vi? Jangan beralih ke orang lain." Dia, Danilo Pratama. Pentolan SMA Bakti Cahaya yang terkenal karena pecicilan...