29. Fact(2) || Private

18.8K 1.1K 62
                                    

-29-
-Fakta-

Christian terkungkung dalam perasaan gelisah. Ia harus menerima bahwa masalah perusahaannya menyita banyak waktu. Sepekan ini, ia dengan marathon mengadakan private meet dengan kolega kolega yang menurutnya harus ia pertahankan demi memperpanjang umur perusahaannya. Dan untung saja, hanya dua diantara mereka yang tidak bisa diyakinkan. Setidaknya, perusahaannya dapat terselamatkan. Itulah Christian, memang cerdas sehingga ia bisa sukses diumurnya yang terbilang muda.

Christian menjatuhkan diri diatas tempat tidur, melonggarkan dasi yang melingkar posesif dilehernya. Sampai terasa mencekik hingga ia kesulitan bernafas.

"Adera.." Christian bergumam pelan, membayangkan wajah Adera yang tersenyum kearahnya. "Bagaimana kabarmu?" katanya parau.

Sudah sepekan dua hari tepatnya Adera menghilang dari hadapannya. Christian mendengar bahwa orang tua Adera sudah mencoba melapor polisi walau itu percuma, kasus itu tidak dapat di proses karena tidak ada tanda tanda Adera diculik atau diseret secara paksa. Dan menurut keterangan orang orang, ia pergi seorang diri.

Christian membenarkan, jika ia juga polisi, ia mungkin tidak akan memproses kasus itu. Karena Adera memang pergi atas kemauannya, karena ia harus pergi agar Martin berhenti mengganggu Christian.

***

Adenaya lebih baik dari sebelumnya. Kini ia bisa berujar tanpa terbata, ia juga sudah dapat berjalan meski masih butuh penyangga agar ia tidak terembab jatuh karena tulang tulangnya yang lama beristirahat masih kaku dan lemah. butuh waktu lebih lama agar dapat beradaptasi dengan kondisi Adenaya sekarang.

Adenaya merenung, memandang keluar dari balik sekat kaca pembatas kamar inapnya dan taman rumah sakit diluar sana. Orang tuanya sibuk kesana kemari mencari keberadaan Adera, bahkan untuk pertama kalinya, Ayahnya menyumpahi Martin dan akan membunuhnya jika sesuatu terjadi pada Adera. Sebuah emosi yang jarang ayahnya tunjukan. Rasa kehilangan.

Sama seperti kedua orang tuanya, Adenayapun menelan pil pahit yang sama. Karena dialah awal segala kemelut masalah yang terjadi, dialah akar yang menyebabkan semua orang harus seperti ini.

"Tidak tidur?" Mia muncul dari balik pintu kamar inap Adenaya.

"Mia.. " Adenaya memalingkan badan. Bergerak lamban menuju tempat tidurnya. Mia ikut membantu agar Adenaya tidak begitu kesulitan.

"Aku sudah mendengar semuanya. Tempo hari sempat heboh karena Martin dan Christian. Tapi aku terkejut mendengar Adera hilang" kata Mia sambil mendudukkan Adenaya diatas tempat tidur.

"Hm. Dia orang yang keji" kata Adenaya merujuk ke Martin.

"Aku tidak mengerti kenapa hubungan kalian terlalu rumit. Kadang aku mencoba memikirkannya kemudian menerka. Tapi potongan potongan dikepalaku tidak bisa terpasang dengan jelas"

Adenaya menatap hambar kedepan.

"Sebenarnya. Semua dimulai dari perjodohanku dan Martin"

Mia yang sedang memeriksa selang infus Adenaya menoleh. Sedang Adenaya tampak tengah menerawang sesuatu jauh kebelakang.

"Perjodohan?" tanya Mia penasaran.

"Hm. Ceritanya panjang" Adenaya kemudian menatap kearah Mia "bisa aku meminta tolong kepadamu Mia?"

"Katakan saja. Aku akan membantu" kata Mia mantap

"Bisa kau meminta Christian datang menemuiku? Ada sesuatu yang harus aku bicarakan padanya. Meski aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi aku ingin dia mengetahui ini agar ia tidak menyia nyiakan hal yang seharusnya ia perjuangkan"

UNTOUCHABLE || Sudah Tamat √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang