"Apaan, La? Buruan! Udah mau masuk!" paksa Ahyar.
Dari tadi Sahla hanya ahm uhm ahm uhm, tidak segera jujur tentang apa alasannya tidak mau mengikuti lomba membuat komik tingkat kabupaten itu.
"S-Sahla ... boleh minta waktu?"
"Buat?"
"Sahla pengen jujur, tapi ... Sahla bener-bener malu. Sekarang Sahla belum siap. Butuh waktu buat nguatin mental."
Diam-diam Ahyar tertawa. Ia tak berani terang-terangan karena khawatir Sahla semakin malu. Demi apa Sahla sama sekali tak berubah? Ahyar pikir saat gadis itu sudah besar, ia akan menjadi seseorang yang anggun dan feminim. Seperti apa yang Sahla selalu impikan. Tapi mimpi hanya sekadar mimpi. Karena sampai sakarang pun, Sahla ... yah ... begitu adanya.
"Minta waktu berapa lama?"
"Uhm ...." Sahla meletakkan telunjuk di pelipis. "Satu tahun!"
Kali ini Ahyar tak sanggup lagi menahan tawanya. Ia tergelak keras. Masa bodoh jika Sahla semakin malu setelah ini. Salah sendiri, kenapa jadi orang lucu sekali?
"Kenapa Yayang ketawa?" protes Sahla.
"Lo, mah. Setahun nggak kurang lama? Kenapa nggak seabad sekalian? Lombanya keburu expired!"
"Kalo seabad ya nggak mungkin, lah. Pasti Sahla udah mati nanti!"
Bukannya diam, Ahyar justru semakin terpingkal-pingkal.
"Ih, Yayang ngeselin. Sahla ngomong serius, tapi diketawain melulu!"
"Terserah lo, La!" Ahyar memegangi perutnya yang terasa sakit karena terlalu lama tertawa.
Mungkin tawa Ahyar tak seberapa lama dibandingkan orang-orang pada umumnya. Tapi ini adalah Ahyar. Ahyar yang dikenal sebagai si Patung. Ahyar yang hanya suka bercengkerama dengan buku astrologinya. Ahyar yang jarang tersenyum, apalagi sampai tertawa.
Ngomong-ngomong tentang buku astrologi, mendadak Sahla mendapat sebuah ide cemerlang. Ide yang sekiranya dapat mengimbangi paksaan Ahyar padanya untuk mengatakan alasan kenapa ia tidak mau mengikuti lomba.
"Yang, Sahla juga mau nanya."
"Nanya apa?"
Sahla terkikik membayangkan bagaimana reaksi Ahyar setelah ia mengutarakan pertanyaannya.
"Ngakak lo bikin perasaan gue nggak enak." Ahyar meraba tengkuknya yang merinding.
Sahla menunjuk buku di tangan Ahyar. "Kenapa Yayang hobi banget sama astrologi dari dulu?"
Kedua netra Ahyar membulat seketika, di balik kacamata tebalnya. Sahla bisa melihat semburat merah di pipi Ahyar. Sahla begitu mengagumi rona Ahyar saat ini. Ia yang biasanya terlihat tampan, kini terlihat sangat manis.
Mungkin bisa dikatakan pengalaman sekali seumur hidup, melihat Ahyar yang pipinya memerah, karena menahan malu. Pasti alasan Ahyar menyukai astrologi, sebelas dua belas memalukannya dengan alasan Sahla tidak mau ikut lomba.
"Gini aja, deh. Sahla bakal ngomong apa alasan Sahla nggak mau ikut lomba, kalo Yayang udah ngomong alasan Yayang kenapa suka sama astrologi."
Ahyar mengumpat dalam hati. Niatnya mengajak Sahla ke sini baik. Untuk membujuk gadis itu supaya mau mengikuti lomba. Bukan sekadar memanfaatkannya seperti para penghuni kelas yang lain, tapi untuk menunjukkan bakat Sahla pada dunia. Supaya ia diakui. Tidak melulu dipandang sebelah mata seperti dulu dan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKI [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Sudah Terbit] KEKI "Akulah orang yang tepat, kapan kamu nyadarnya?". _________________________ Tingkah Sahla memang seringkali absurd, tapi kali ini yang paling puncak. Ia bersikeras memakai helm sepanjang hari di sekolah. Alasannya...