Jam istirahat kedua, saatnya mereka melancarkan aksi. Sama seperti yang Ahyar lakukan saat istirahat pertama, ia menghampiri Sahla ke belakang. Yang dibahas pun tetap sama, perihal lomba yang akan diikuti oleh Sahla.
"La, ayo!" ajaknya.
"Yang, temenin Sahla, ya!" pinta Sahla dengan wajah memelas.
"Iya, Sahla." Ahyar menggamit jemari Sahla, menggandengnya ke area kelas bagian depan.
Sahla hanya setinggi pundak Ahyar yang jangkung. Gadis itu terlihat semakin mungil karena ia terus menunduk. Anak-anak di kelas terkikik. Drama lagi. Bedanya, kali ini mereka menjadi bagian dari drama itu. Bukan sekadar penonton seperti sebelumnya.
"Mohon perhatian!" Ahyar berseru cukup keras.
Seluruh mata segera tertuju padanya--dan Sahla. Gadis itu masih senantiasa menunduk. Rambut panjangnya menjuntai menutupi muka. Membuatnya terlihat mirip Sadako. Jemarinya masih senantiasa digenggam oleh Ahyar, supaya Sahla lebih tenang.
"Kalian semua pasti masih inget sama kejadian beberapa waktu lalu." Ahyar memulai dramanya. "Kejadian saat si Cewek Jutek ...." Ahyar menunjuk Sonya.
Tawa seluruh isi kelas menyambut. Hanya Ahyar, Sahla, dan Sonya sendiri yang tidak ikut tertawa. Sonya cemberut kesal pada Ahyar. Bisakah Ahyar tidak terlalu jujur?
Ahyar meneruskan kata-katanya. "Saat si Cewek Jutek bawa selebaran lomba bikin komik dalam rangka perayaan hari jadi Kediri. Waktu itu Sahla bersikeras nggak mau, kan? Sebuah kabar baik. Sekarang Sahla udah mau ikut lomba itu, mewakili kelas kita, mewakili sekolah ini!"
Mereka semua segera bersorak layaknya suporter bola saat salah satu pemain berhasil mencetak goal. Mereka benar-benar bahagia atas keikutsertaan Sahla--meskipun sebenarnya mereka sudah tahu--tentu saja karena Ahyar sudah memberi tahu. Alhasil drama mereka terlihat semakin meyakinkan.
"Tapi ...," kata Ahyar lagi. "Sahla butuh dukungan. Gue udah sepakat sama dia. Dia mau ikut lomba, asal gue ikut lomba juga. Biar kita bisa saling suport."
Seketika anak-anak di kelas bersorak heboh. Menciye-ciyekan Ahyar yang sudah berani menggunakan kata kita untuk dirinya dan Sahla.
Ahyar sebenarnya merasa malu saat ini, namun tertutup oleh muka datarnya. Sementara Sahla tertutup oleh rambut.
"Emang lo mau ikut lomba apaan, Yar?" Tengku menjalankan perannya dengan baik.
"Pertanyaan bagus!" Ahyar sok memuji. "Kalian tahu kelompok KIR-nya Ken?"
"Wah, jangan bilang lo mau gabung sama mereka?" Tengku sok terheran-heran. "Berat, Yar, berat!"
"Mau seberat Brontosaurus sekalipun, bakal tetep gue perjuangin, asal bisa saling suport sama dia."
"UWAAWW! Si Ahyar bisa ngegombal, Saudara-Saudara!" Rasa kesal Sonya pada Ahyar hilang entah ke mana, digantikan oleh rasa takjub tak terkira. Ia sampai memberi standing ovasion, disambut sorakan anak-anak lain.
"Itu bukan gombal." Ahyar menaikkan kacamaatanya yang melorot. "Gue serius."
Satu kelas pun hening. Mereka kembali berusaha fokus pada apa yang akan Ahyar katakan.
"Ini bukan hanya agar gue dan Sahla bisa saling suport. Tapi juga demi kelas kita. Kalian tahu sendiri buat gabung ke ekstrakuriler KIR sekolah aja susah. Apalagi gabung sama tim terkuat yang ketuanya ... ya ... Kalian tahu sendiri gimana dia. So ... gue nggak bisa lakuin ini sendiri. Gue butuh bantuan kalian buat ngomong sama mereka."
"Emang kita harus bantu apa?" tanya Tengku.
"Temenin gue aja ke sana. Kalo kita bareng-bareng, pasti gue lebih berani ngadepin si Songong."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKI [Sudah Terbit]
Ficção Adolescente[Sudah Terbit] KEKI "Akulah orang yang tepat, kapan kamu nyadarnya?". _________________________ Tingkah Sahla memang seringkali absurd, tapi kali ini yang paling puncak. Ia bersikeras memakai helm sepanjang hari di sekolah. Alasannya...