Keping 27: Play Victim

13.8K 1.5K 323
                                    

"Dua minggu setelah operasi Ken, Sahla diizinkan pulang. Saya masih inget betapa keduanya merasa bersedih saat akan berpisah. Saya juga nggak tahu kapan tepatnya kalian berdua mengikrar janji. Yang jelas pasti setelah tahu bahwa Sahla akan segera pulang. Satu bulan setelah pulang, bertepatan dengan tahun ajaran baru. Saya mulai masukin Sahla ke sekolah kembali.

"Karena kecelakaan terjadi di awal kelas dua, dan Sahla dirawat di rumah sakit selama satu tahun lebih beberapa hari, ia harus mengulang kelas duanya. Makanya sekarang dia bisa satu angkatan sama kalian. Meski umurnya satu tahun lebih tua. Karena istri saya udah nggak ada, saya kebingungan bagaimana harus antar jemput Sahla sekolah. Saya kepikiran Pak Joe. Waktu itu beliau belum punya pekerjaan tetap, belum menikah juga. Coba saya tawari, syukurlah beliau mau. Saat saya tawari untuk menikah dengan salah satu perawat, syukurlah mau juga."

"Pak Joe dapet jackpot dua sekaligus karena beliau baik banget," gumam Ken. "Nggak peduli sama suami mantannya sendiri," lanjutnya. Kedua mata sudah terpejam. Tanda kekuatan membuka matanya tinggal lima watt.

Ahyar malah sudah terpejam. Ia hanya mengacungkan jempol. Tanda setuju dengan pendapat Ken. Memang seperti itulah hidup. Apa yang ditanam, itu pula yang dipanen. Karena Pak Joe menanam kebaikan. Yang dipanen pun hadiah manis.

"Udah ... buruan tidur!" titah Lintang sembari tersenyum maklum.

Lintang menaikan posisi selimut Ken dan Ahyar sebatas dada. Berharap tak ada salah satu dari mereka yang bergerak berlebihan saat tidur, sehingga akan merusak tatanan selimut yang rapi. Dongeng panjang Lintang rupanya telah sukses menjadi pengantar tidur bagi kedua cowok ini. Tapi Lintang tidak tersinggung. Mereka tertidur bukan berarti tak mendengarkan ceritanya.

Dalam ilmu psikologi dan parenting, fase sebelum tidur dan fase tidur awal, adalah di mana otak manusia dapat menyerap apa yang ditangkap oleh indra pendengar dari alam bawah sadar. Dalam fase ini, segala penuturan dan informasi jauh lebih dapat dimengerti dan diserap. Tips untuk para orangtua yang anak-anaknya sulit dinasihati. Nasihatilah mereka saat hendak tidur. Saat mata mereka telah terpejam. Katakan nasihat dengan pelan dan baik, maka nasihat itu akan dapat diserap oleh mereka dengan jauh lebih baik, dibanding saat mereka dalam keadaan sadar.

"Halo," jawab Dokter Rayi.

Lintang merapatkan posisi handphone ke telinga, karena suara terdengar kurang jelas. "Ray, nanti kalo nyariin Ahyar, dia ada di kamarnya Ken."

"Ken?" Dokter Rayi menjeda cukup lama. "Oh, pasien aritmia itu?"

"Iya."

"Kok bisa di sana? Pantesan tadi gue cari nggak ada. Kirain tuh anak kabur atau ke mana."

"Panjang ceritanya, Ray. Udah, pokoknya nanti lo ke sini aja kalo ada perlu. Sekarang Ahyar-nya tidur. Nggak tega mau bangunin juga."

"Ya ntar kalo waktunya minum obat sama check up harus tetep dibangunin, dong!"

"Hooh, Ray. Maksudnya jangan dibangunin sekarang, soalnya baru banget tidurnya!"

"Ok ok. Ada-ada aja, pakek pindah kamar segala mau tidur aja," gumam Dokter Rayi sebelum memutuskan sambungan telepon.

Lintang memasukkan kembali handphone-nya dalam saku. Ia kembali memandangi wajah damai Ken dan Ahyar saat tidur. Ia tahu dua bocah ini membuat rencana untuk Sahla. Tapi apa rencananya, ia kurang tahu. Apa pun itu, jika memang terbaik untuk semua pihak, Lintang akan setuju saja. Mungkin besok Lintang akan bertanya pada Ken atau Ahyar tentang rencana itu.

~~~~~KEKI - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~

Sahla menarik selimut sampai menutup seluruh tubuh. Pikirannya tak bisa beralih dari kejadian tadi sore. Saat Ahyar mengatakan ... mengatakan bahwa ia menyayangi Sahla. Diakui atau tidak, gadis itu sebenarnya bersyukur atas kedatangan Pak Joe. Karena kedatangan Pak Joe, Sahla tak harus pusing-pusing memikirkan jawaban untuk pernyataan Ahyar. Sedangkan dirinya yang merajuk saat diseret oleh Pak Joe, itu hanya gimmick, untuk menyelamatkan image-nya di hadapan Ahyar.

KEKI [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang