Ahyar mengamati suasana sekitar. Ia sedang berada di rooftop gedung A--gedung paling tua di sekolah ini. Terbukti dengan lantai rooftop yang berlubang dan berlumut di sana sini.
Pandangan Ahyar menatap lurus pada sisi dinding, yang memisahkan gedung A dengan gedung B. Sisi dinding itu menjulang tinggi, tersusun atas batu bata yang direkatkan dengan adonan semen dan pasir. Karena letaknya tersembunyi, pihak sekolah membiarkannya seperti itu. Tidak ada niatan menutup, tidak pula dicat. Tapi syukurlah, dengan begitu, hal yang dijanjikan oleh Sahla dan Ken di masa lalu, tetap aman, dan dapat diambil sewaktu-waktu.
Sesuai petunjuk dari Ken, dari tempat berdirinya, Ahyar harus maju 8 langkah, lalu ke kanan tiga langkah. Ahyar mengamati, mencari salah satu susunan batu bata yang terlihat rusak--tak rekat dengan adonan semen dan pasir. Tak perlu waktu lama, Ahyar telah menemukannya.
Agak ragu sebenarnya. Tapi Ahyar tetap melakukannya juga. Ia mengambil batu bata itu, menyisakan ruang kosong. Ada sebuah kertas yang terbungkus plastik lusuh di bawahnya. Itu dia! Ahyar tersenyum puas.
Muncul keinginan untuk membukanya. Ahyar pun manusia biasa yang dapat merasa penasaran. Tapi tidak.
Ia lalu meletakkan batu bata kembali ke tempat semula. Tugasnya hanya memastikan bahwa harta karun itu masih berada di sana. Sehingga penepatan janji bisa tetap dilakukan.
Ahyar kembali pada tempat berdirinya semula--menunggu Sahla.
~~~~~KEKI - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~
Tadi pagi Ahyar mengirim pesan. Ia ingin bertemu Sahla di rooftop gedung A pada jam istirahat. Semenjak Ahyar bergabung dengan tim KIR, ia jadi jarang ikut pelajaran. Mengingat tim KIR sedang sibuk-sibuknya meneliti menjelang deadline.
Sahla senang-senang saja diajak oleh Ahyar. Hitung-hitung melampiaskan rasa rindu pada cowok itu. Sayangnya, semua tak berjalan semulus bayangan Sahla.
Bel istirahat, guru segera menutup pelajaran. Sahla ingin cepat-cepat tancap gas setelah guru itu keluar kelas. Namun lagi-lagi anak-anak di kelas membicarakan Ken. Membuat hati gadis itu kembali merasa tak nyaman.
"Eh, Sahla!" panggil Sonya. "Lo pasti tahu, kan, si Ken sakit apaan?"
"K-Ken?" Sahla tergagap. "Sahla nggak tahu!"
"Nggak mungkin, lah. Katanya lo kemarin sering nengokin Ahyar ke rumah sakit. Secara Ahyar sama Ken dirawat di rumah sakit yang sama. Harusnya lo juga ketemu Ken, dong, di sana?"
Sahla memejamkan matanya rapat. Ia memang sering menjenguk Ahyar--setiap hari malah. Tapi ia tak tahu sama sekali tentang Ken. Ia bahkan tak tahu Ken sedang sakit juga di sana. Bayangkan, rumah sakit itu sangat besar. Jadi, wajar bila mereka tak bertemu. Dan Ahyar juga tak mengatakan apa pun. Jadi dari mana Sahla akan tahu?
"Sahla bener-bener nggak tahu!" tambahnya.
"Harusnya lo tahu dong, La! Bukan cuman Ahyar yang temen lo. Ken juga! Meski mungkin Ahyar lebih spesial di hati lo, tapi lo nggak bisa tak acuh gitu dong sama Ken!"
Siswi yang lain menimpali kata-kata Sonya dengan tema yang identik. Sahla benar-benar bingung. Karena ia memang sama sekali tak tahu tentang Ken. Bayangan saat terakhir kali keduanya bertemu di depan kamar rawat Ahyar, terbesit dalam pikiran. Saat Sahla memaki-maki cowok itu, bahkan mendorongnya dengan kasar.
Sahla merasa teman-temannya aneh. Tak hanya Sonya yang kini tak lagi memanggilnya Sahell. Melainkan semuanya. Mereka memanggil nama Sahla dengan baik dan benar. Dan akhir-akhir ini mereka lebih sering membahas Ken.
Well, mereka mungkin memang mengidolakan Ken. Tapi dulu mereka tidak se-over ini. Hanya perasaan Sahla mungkin, mereka seperti sengaja melakukannya. Membuat Sahla semakin merasa bersalah pada cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKI [Sudah Terbit]
Jugendliteratur[Sudah Terbit] KEKI "Akulah orang yang tepat, kapan kamu nyadarnya?". _________________________ Tingkah Sahla memang seringkali absurd, tapi kali ini yang paling puncak. Ia bersikeras memakai helm sepanjang hari di sekolah. Alasannya...