Di tempat itu lagi, di belakang aula. Sebelum Ahyar sempat menggeser kursi untuk Sahla, gadis itu sudah lebih dahulu duduk di salah satu kursi yang terletak di sudut.
"Ngapain lo mojok di situ?" bingung Ahyar.
"Sahla pengen duduk di sini."
Ahyar mengangguk mengerti. Ia melangkah mendekati Sahla, menggeser kursi agar mereka bisa duduk berdekatan. Ahyar terjingkat saat Sahla tiba-tiba berdiri, berjalan cepat, kemudian duduk di kursi yang ada di sudut lain.
"Woy, disamperin malah pindah ke sana!"
"Sahla pengen duduk di sini!"
Ahyar menggeleng tak percaya. Ia coba mengendus ketiaknya, siapa tahu ia bau, sehingga Sahla tidak mau dekat-dekat dengannya. Tidak. Ia tidak bau. Wangi cendana bercampur aroma mint dan citrus dari parfum mahal miliknya, tidak mungkin bau.
"La, kita kemarin udah duduk sebelahan. Lo juga udah pakek helm. Apa perlu segitunya malu-malu terus?" omel Ahyar. Cowok yang satu ini ternyata memang sepeka itu.
"Kenapa Yayang ngomelin Sahla? Rasa malu ini bukan kendali Sahla. Muncul dengan sendirinya. Terus Sahla bisa apa?" Sahla mendengkus-dengkus. Semoga Ahyar tidak curiga.
Ahyar hanya tak tahu saja. Bahkan seumur hidup berada di sekolah ini, Sahla selalu lari tunggang langgang keliling sekolah demi menghindarinya.
Ahyar masih belum bisa menerima alasan Sahla. Tapi yang gadis itu katakan ada benarnya juga. "Yaudah, maafin gue. Fine, kita bisa ngobrol dari jarak jauh kayak gini kok."
"Okay, fix."
"Gue mau tanya."
"Tanya apa, Yayang?"
"Kenapa lo nggak mau ikut lomba yang dibawa sama cewek jutek tadi?"
"Yayang, Sahla nggak jutek. Sahla ini cuman pemalu!"
"La, kalo gue ngomong disimak, ya! Sekali lagi lo nggak nyambung, gue bakal ...."
"Iya-iya, Yayang. Ampuuuunnn!" Sahla sudah mau menangis saking takutnya. Selalu seperti ini. Ancaman Ahyar tak pernah berubah. "Tolong Yayang ulangi lagi! Tadi Yayang ngomong apa? Kali ini Sahla bakal nyimak."
"Kenapa lo nggak mau ikut lomba yang dibawa sama si Cewek Jutek?"
"Si Cewek Jutek? Maksud Yayang ... Sonya?"
"Gue nggak tahu namanya. Yang jelas dia jutek, terus tadi bawa selebaran lomba, terus berkoar-koar."
"Nah, bener, itu Sonya."
"Oke, Sonya. Kenapa lo nggak mau ikut lombanya? Ini udah ketiga kalinya, La. Seandainya sekali lagi gue ngajuin pertanyaan yang sama, gue bakal ...."
"Iya, Yang. Iyaaaaa!" Sahla menyatukan kedua telapak tangan, tanda ia benar-benar memohon pada Ahyar agar jangan melakukannya. "Sahla nggak mau ikut karena Sahla ... duh ... karena ...."
"Karena apa, La?"
"Karena ...." Sahla bingung harus menjawab apa. Sementara sebab sebenarnya adalah alasan utama kenapa Sahla selalu berlari untuk menjauhi Ahyar selama ini. Adalah alasan utama kenapa Sahla selalu malu berlebihan pada Ahyar.
~~~~~KEKI - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~
Pak Saipul tersenyum simpul menyambut kedatangan anak didik kesayangan semua guru. Ia sangat berbangga diri karena sekarang menjadi wali kelasnya.
Cowok itu mengangguk sopan menyapa semua guru yang sedang berada di ruangan ini. Langkahnya tegas menuju tempat duduk sang Wali Kelas.
"Selamat siang, Pak!" sapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKI [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[Sudah Terbit] KEKI "Akulah orang yang tepat, kapan kamu nyadarnya?". _________________________ Tingkah Sahla memang seringkali absurd, tapi kali ini yang paling puncak. Ia bersikeras memakai helm sepanjang hari di sekolah. Alasannya...