Keping 12: Mawar Kuning dan Malaikat Cantik

16.2K 1.9K 305
                                    

Lintang membaca secarik kertas yang disematkan dalam salah satu lembar note book. Ia membaca rangkaian tulisan, berisi permintaan tolong. Bocah itu ingin Lintang memberikan note book-nya pada Sahla.

Masalah janji lagi-lagi dibahas. Dasar anak muda! Khawatir sekali Sahla tidak mengingatnya dan juga janji itu. Padahal sudah Lintang katakan, Sahla benar-benar ingat, pada orangnya ataupun janjinya.

"Bapak bawa apaan, tuh?" Sahla heran melihat benda asing di tangan Lintang. Ia menggeser kursi di samping Lintang, lalu duduk di sana.

Lintang mengambilkan nasi goreng spesial buatannya agar sang Putri segera bisa sarapan, sehingga tidak terlambat ke sekolah.

"Banyak banget!" pekik Sahla.

"Nggak apa-apa. Biar kenyang!"

"Yang ada Sahla bulet, Bapak!"

"Nggak apa-apa. Lebih imut, lebih manis."

"Ntar kalo Yayang illfeel sama Sahla gimana?"

"Kalo dia illfeel ... berarti dia bukan cowok yang baik."

"Kok gitu?"

"Iya lah. Rasa sayang itu datangnya dari hati. Hati nggak bisa melihat, hanya bisa merasa. Mau seperti apa bentuk fisik orang yang disayang, perasaan itu nggak akan pernah berubah. Jika sampai berubah, berarti perasaannya nggak tulus. Buat apa cashing doang yang bagus? Ibarat beli buah. Kulitnya kelihatan seger, tapi dalemnya busuk. Ujung-ujungnya bakal dibuang juga."

Sahla menggaruk pelipisnya dengan telunjuk. "Bapak ngomong apaan, sih? Dari hati, terus ke perasaan, tiba-tiba juntrungannya kok buah busuk?"

Lintang tergelak seketika. Untuk orang lain, ketulalitan putrinya mungkin dianggap musibah. Namun untuk Lintang, itu adalah sebuah anugerah. Sekaligus merupakan hiburan gratis, di tengah-tengah profesinya yang memakan waktu, juga banyak menguras energi, dengan risiko yang tak kecil pula.

"Bapak, tadi pertanyaan Sahla belum dijawab. Itu Bapak lagi bawa apa?"

"Uhm ...." Lintang memandangi sampul note book. "Ini titipan buat kamu."

"Buat Sahla?"

"Iya, Sayang."

"Dari siapa, Pak?"

"Udah, baca aja! Nanti juga tahu sendiri."

Sahla mencubit lengan Lintang dengan kekuatan maksimal. Lintang sampai memekik, meringis kesakitan. Yakin bekas cubitan putrinya akan membiru keesokan hari.

"Tega banget bapaknya dicubit!"

"Habisnya tinggal bilang ini dari siapa, pakek sok misterius segala!"

"Kan biar surprise, Sayang!"

Sahla mencebik pada Lintang, lalu mulai membuka note book. Sahla tersenyum, mengagumi tulisan tangan yang indah dan rapi. Jauh sekali dari tulisan tangannya yang menyerupai ceker ayam.

Sahla mulai membaca judul yang tertera pada bagian teratas. "Mawar Kuning dan Malaikat Cantik."

Sahla hendak lanjut membaca, namun dihentikan oleh Lintang. "Nanti aja bacanya, makan dulu!"

"Yah, Bapak!"

"Makan dulu!"

"Yah, Bapak, mah!" Sahla menghentak-hentakkan kaki ke lantai tanda kesal. Tapi tangannya menyendok nasi goreng, dan mulai makan dengan lahap.

~~~~~KEKI - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~

Pak Joe melihat ke belakang melalui kaca spion. Heran rasanya. Tumben anak majikannya hari ini sangat anteng. Biasanya Sahla begitu banyak bicara, bahkan sampai melakukan banyak hal tidak jelas. Tapi hari ini ia benar-benar tenang, sembari membaca sebuah note book.

KEKI [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang