10. terciduk

9.7K 1.3K 245
                                    

Sodok menyodok jadi inget babang Nate 😂😂 mas Dinooo sodok aku massss

🙊😆😂🏃🏃🏃

Dita POV

"Saya aja yang bawa mobilnya Dit" Kata Dino ketika aku mengulurkan tanganku ke arahnya meminta kunci mobil ketika kami sudah berada di parkiran basement.

"Badan saya berasa pegal cuma duduk aja selama hampir seminggu di supirin kamu, jadi berasa kaya boss" Lanjutnya lagi sambil membuka mobil dan masuk ke dalam.

Keningku mengernyit lalu mengikuti dirinya masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang.

"Emang boss kan" Kataku setelah memasang seat belt dan memutar tubuhku ke arahnya.

"Yang boss kan papa, bukan saya. Saya mah gak punya cita-cita jadi boss" Jawabnya, tangannya kuperhatikan menyalakan mesin mobil.

Suara lagu 'Congratulations' milik 'Post Malone feat. Quavo' langsung terdengar dari iPod miliknya yang sudah terpasang. Aku mengulum senyumku, karena berhasil menularkan virus lagu-lagu kesukaanku kepadanya.

Yang ku tahu, Dino adalah 'The Chemical Brothers' maniak ketika aku pernah iseng-iseng memeriksa playlist lagu-lagu di iPod miliknya ketika awal-awal aku menyupiri dirinya, dan sekarang isi playlistnya seperti meng copy paste isi iPod milikku.

Aduhh, jadi berasa gimana gitu, bisa nulerin sesuatu ke pangeran tampanku ini.

Aku meliriknya sekilas ketika dirinya mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran.

"Terus cita-cita pak boss kecil apa kalo bukan nerusin memimpin perusahaan bapak tuan besar?" Tanyaku menanggapi perkataannya beberapa menit yang lalu.

"Jadi imam yang memimpin keluarga masa depan kita ya mas?" Lanjutku dengan suara sepelan mungkin agar dirinya tidak mendengar perkataanku.

Mulut ini kalau tidak mengatakan apa yang ada di dalam pikiranku rasanya gak enak, sejak kejadian di lift tempo hari, aku selalu berlatih untuk tidak keceplosan lagi, dan hasil latihanku selama ini ya mengatakan apa yang ada di dalam pikiranku dengan cara bersuara sepelan mungkin.

Perasaan jadi lega, Dino pun gak mendengar, aman kan.

Dino menoleh ke arahku.

"Waktu sebelum saya pindah ke Jerman, saya pernah jadi boss, dulu saya memiliki perusahaan periklanan, resikonya jadi boss itu tinggi, harus punya modal untuk rugi, yeah saya sih gak masalah untuk itu, tapi sekarang-sekarang ini, lebih nyaman jadi bawahan ketimbang atasan" Jawabnya.

"Kalo saya sih mau jadi atasan mau jadi bawahan belum tau nyamannya gimana karena belum pernah ngerasain hihihihi aduhhh" Aku menutup mulutku dengan cepat.

Mulut Dit, mulut.

Aku melirik Dino yang mengerutkan keningnya mendengar perkataanku.

"Maksudnya?" Tanyanya kemudian dengan alis yang terangkat sebelah.

Bingung gitu tapi keliatan kece sih.

Aku berdeham membersihkan kerongkonganku dan bergerak tidak nyaman.

Tuh kan Dit, gara-gara mulut cablak lu tuh, jadi panjang kan, gimana cara ngejelasinnya coba.

Atasan bawahan apa yang biar pembicaraan ini jadi gak nyerempet-nyerempet ke arah yang aneh-aneh.

Aku nyengir ke arahnya.

"Pak boss kecil udah pernah ngerasain makan micin belum?" Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang