Dino POV
Aku berjalan menuruni tangga menuju dapur mencari ibu Ida karena rasa penasaran ku akan perempuan yang kulihat tadi.
"Tadi itu siapa bu?" Tanyaku begitu aku sampai di dapur dan melihat Ibu Ida yang sedang sibuk memotong sayuran.
Dirinya menoleh ke arahku.
"Tadi siapa?" Dirinya malah balik bertanya.
"Perempuan yang tadi, rambutnya panjang, keluar rumah beberapa menit yang lalu" Jawabku sambil duduk di kursi bar yang langsung menghadap dapur.
Kulihat dirinya sedikit mengerutkan keningnya. Lalu tersenyum.
"Ohh itu Dita, anak ibu" Jawabnya sambil kembali memotong sayur.
"Anak ibu? Bukannya anak-anak ibu masih kecil-kecil ya? Terus bukannya mereka di kampung semua?" Tanyaku sok tahu, padahal aku hanya asal ucap saja.
Suaraku benar-benar terdengar sangat penasaran.
Ibu Ida kembali menoleh ke arahku dan memutar tubuhnya.
"Den, den Dino itu kan gak pulang-pulang ke Jakarta selama 4 tahun, ya si Dita udah lulus kuliah dan sekarang udah kerja, masak iya masih kecil-kecil aja gak gede-gede" Jawabnya dengan mimik wajah seperti memberi tahu anak kecil.
Aku terkekeh.
"Dita itu anak ibu yang keberapa?" Tanyaku masih ingin mengorek-ngorek informasi.
"Yang pertama den" Jawabnya lalu kembali melanjutkan aktivitas memotong sayuran lagi.
"Kok saya gak pernah tau sih bu?" Tanyaku lagi.
"Dita sering main ke sini tapi den Dinonya gak pernah ada, lagian dari dulu ibu selalu ngelarang anak-anak ibu main-main ke sini" Jawabnya tenang dengan memunggungiku.
Aku mengerutkan keningku.
Sering main ke sini, tapi masa aku baru ngeh sekarang.
"Dita sering ke mari bu?" Tanyaku lagi.
Yang benar saja? Masa selama puluhan tahun mereka mengabdi di keluarga kami, aku tidak mengetahui kehidupan mereka, sedangkan Ibu Ida dan Pak Erwin sudah aku anggap keluarga sendiri.
Mereka bekerja turun menurun, Ibu Ida saja sampai tinggal di rumah ini, sejak dirinya diperbolehkan meninggalkan anak-anaknya di kampung.
Aku menghela nafas panjang.
Ngaku-ngakuin keluarga tapi untuk masalah Ibu Ida mempunyai anak berapa, aku tidak mengetahuinya.
"Iya, Dita waktu kecil dulu sering kemari pas liburan sekolah, terus belakangan ini juga lebih sering kemari, karena Dita pindah kerja ke Jakarta" Jawabnya masih memunggungiku.
"Anak ibu berapa sih?" Tanyaku lagi.
"Den Dino gak jadi ke kantor tuan den? Udah siang ini lho" Suara Pak Erwin dari arah belakang membuatku menepuk keningku sendiri karena lupa untuk pergi ke kantor menemui Papa.
"Sebentar Pak, saya ganti baju dulu" Kataku ke arahnya lalu berdiri dari dudukku dan berlari kecil menaiki anak tangga menuju kamarku.
Urusan Dita nanti aku bisa lanjut tanya-tanya lagi ke Pak Erwin selama di perjalanan menuju kantor Papa, pikirku.
°°°
"Pak" Panggilku begitu mobil sudah berada di jalan menuju kantor.
"Bapak punya anak berapa Pak?" Tanyaku langsung.
Pak Erwin menoleh ke arahku sekilas lalu kembali fokus menyetir.
"Punya anak 3 den, tumben nanya-nanya" Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisahku
HumorPenulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/17 - 27/11/17