16. telepon

8.6K 1.3K 267
                                    

Gak nemu photo dia yg selfie pose duck face, tapi yg ini yeahhh bayangin ajalah bibirnya maju2 gitu, ehhh eta alis keangkat sebelah, liatnya ga seksi tapi ko pengen nimpuk pake ember yakkk 😆😂

Dino POV

Aku memandang handphone yang ku genggam, menimbang-nimbang untuk menelpon Dita kembali.

Ragu, karena takut kalau-kalau yang menjawab teleponku nanti si manusia setengah jadi itu lagi.

Aku mengedarkan pandanganku ke ruangan kamarku yang luas, menghela nafas, malam minggu, sendiri di rumah, tidak ada niatan untuk sekedar keluar rumah mencari angin atau nongkrong minum kopi.

Aku melempar handphone ke atas ranjang dan menghempaskan tubuhku, mencoba memejamkan mata tapi mataku kembali terbuka.

Dengan gerakan pelan aku membuka laci nakas di samping tempat tidurku dan mengambil kertas surat tulisan tangan Dita.

Aku kembali membacanya pelan-pelan, setiap aku membaca kalimat di mana dirinya yang menyatakan perasaan sukanya kepadaku aku selalu tersenyum.

Tetapi sedikit ragu juga, apa dirinya benar-benar suka kepadaku?

Dirinya kan tidak bisa dibedakan antara serius dan bercanda.

Notif pesan masuk membuatku melirik ke arah handphone yang tergeletak tidak jauh dari jangkauan tanganku.

Aku membuka password dan membuka aplikasi pesan, mataku membulat, seketika aku menegakkan punggungku.

Pesan dari Dita.

Dita: "Malam Pak boss kecil, maaf mau nanya, tadi pagi ada nelpon saya ya?"

Aku tersenyum. Dengan cepat kedua jempolku mengetik balasan.

Aku: "Ck, panggil saya Dino aja Dit, saya kan bukan boss kamu lagi"

Read.

Tidak kulihat Dita mengetik balasan. Dengan tidak sabar aku menelpon dirinya.

Nada tersambung.

Aku menahan nafasku.

Kok jantungku berdebar kencang menunggu dirinya menjawab.

"Halo" Terdengar suara yang selama 2 minggu ini aku rindukan.

Jantungku makin berdebar kencang.

"Halo, Pak boss kecil?" Terdengar lagi suara Dita di ujung sana.

Bayanganku langsung melayang, membayangkan dirinya berdiri tak jauh dari ranjang tempatku berada, tersenyum ke arahku.

Aku mengusap wajahku.

Berdeham membersihkan kerongkonganku yang mendadak kering.

"Ini Dita?" Tanyaku dengan suara serak.

"Bukan, ini asisten pribadinya Dita, aduh Pak boss kecil nih, masa gak bisa menciriin suara saya sih Pak? Lupa sama suara saya? Baru 2 minggu lho Pak, gimana kalo 2 tahun, jangan-jangan malah gak inget muka saya lagi uhuhuhu menyedihkan"

Aku malah tersenyum mendengar perkataannya yang panjang.

"Bukannya gak bisa nyiriin suara kamu Dit, tadi pagi itu siapa sih yang jawab telepon saya? Nyeremin banget" Kataku berusaha menetralkan debaran jantungku.

"Oh iya, tadi pagi Manto bilang pak boss kecil nelpon saya, sayanya gak yakin, makanya saya kirim pesan nanya ke pak boss kecil nih"

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang