Selfie mode wajah manis manja huekkk 😆😂
Tapi ganteng yakkk 😍 gak jadi huekk deh, jgn benci2 bgt ntar aku jadi beneran suka eaaaa
Bahaya, beda keyakinan 😂😂😁Dita POV
Masih ingat kan sama apa yang aku katakan ke Dino barusan soal si manusia narsis yang sekarang duduk di kursi persis di samping meja kerjaku, menang chasing doang, tapi otaknya kosong.
Omonganku itu bukan tanpa alasan, memang kenyataan dirinya seperti itu.
Mungkin ketika manusia narsis ini sedang diciptakan oleh kedua orang tuanya, goyangan pinggul daddy atau mommynya kurang 3 kali putaran makanya otaknya gak terbentuk sempurna.
Ya Tuhannnn maafkan aku.
Aku menepuk-nepuk keningku sendiri, menyadari kalau pemikiranku terlalu absurd.
Aku merengut kesal menatap dirinya, sudah 10 menit berlalu aku menerangkan masalah down payment customer yang masih menggantung karena dirinya bertanya kenapa laporanku tidak lengkap.
Laporan yang seharusnya aku berikan kepada Pak Wisnu agar di cek ulang, malah manusia narsis ini yang mendatangiku untuk mengecek lagi.
Dirinya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, tapi ketika aku bertanya, udah faham belum, dirinya menggeleng cepat.
Aku menggaruk kepalaku kesal.
"Uun, bagian mananya sih yang kamu gak ngerti?" Aku berusaha keras untuk bersuara senormal mungkin, padahal sudah merasa gondok to the max.
Dirinya bingung menatapku.
"Kamu tadi manggil saya apa?" Tanyanya, dirinya menggeser dan merapatkan kursinya lebih mendekat ke sampingku. Tubuhnya di condongkan ke arahku, dengan dada membusung.
Di kira dengan memposisikan tubuhnya mendekat ke arahku, aku akan merasa terintimidasi atau kesenangan karena di pepet pria tampan kali ya.
Maaf ya, mantan preman kampung, gak pernah merasa terintimidasi sama siapa pun. Apalagi kesenangan, cuma pangeran tampanku aja yang bisa bikin mulut ini secara tidak sadar menganga lebar dan mengeces sempurna.
Aku menggeser tubuhku ke arah samping, menatapnya dengan melipat kedua tanganku di atas dada.
"Manggil kamu Uun, kenapa? Kamu mau saya panggil Shasha? Lebih cocok sih, kedengarannya kaya produk penyedap rasa, tau kan?" Tanyaku.
Kulihat dirinya menatapku dengan serius.
"Sepertinya teori saya sebelumnya mengenai otak kamu itu kurang akurat, saya malah punya teori lain, mungkin kamu itu kebanyakan makan micin dari kecil kali ya, makanya otaknya jadi kurang greget gitu" Lanjutku lagi.
Berasa gak tega juga ngomong gini, bisa saja dirinya marah karena tersinggung mendengar perkataanku yang terlalu afgan.
Ku dengar suara batukan Putri di sebelah kubikelku.
Tuh perempuan dari tadi cuma nguping doang, tapi gak mau nolongin gue terbebas dari manusia narsis itu.
"Micin? Apa itu?" Tanya Shaun bingung.
Aku menghela nafas lega.
Syukurnya nih bule emang gak pernah bisa nalar.
Aku nyengir ke arahnya, lanjutkan Dit, hina terus, hina, mumpung orangnya gak ngerti ini.
"Micin itu mie cinta yang di pesan di AMiGoS" Jawabku asal.
"Oh ya? Memangnya Amigos ada menu micin itu?" Tanyanya lagi, raut wajahnya susah aku bedakan antara bingung dengan rasa ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisahku
HumorPenulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/17 - 27/11/17